HATAKE KAKASHI

285 20 3
                                    

Terik matahari begitu menyengat di balik rindang dedaunan, akan tetapi angin yang berhembus menyapa dengan lembut permukaan kulit. Membuat kita bimbang beranjak pergi atau tetap tinggal.

Begitu pula yang di rasakan oleh Hatake Kakashi.

Rasa yang ia miliki begitu menyesakan di dada.

Namun... membawa euporia yang menyenangkan menggelitik hatinya yang mulai mati.

Rasa yang di miliki Kakash sendirii adalah hal yang tidak pernah dirinya toleransi sedikit pun.

Berawal dari rasa sayang sebagai seorang paman. Perlahan tapi, pasti berubah menjadi hal yang jelas ingin memiliki. Seutuhnya tanpa mau berbagi.

Kakashi sangat paham rasa ini.

Karena pada dasarnya Kakashi bukan pria dewasa yang suka menjalani sebuah hubungan main-main. Di umur 31 tahunya Kakashi akan mengikat dengan serius orang yang telah singgah di hatinya tanpa tahu malu.

Namun, orang yang singgah di hatinya ini adalah orang yang tidak sepatutnya menjadi miliknya. Ikatan mereka sudah terjalin sebagai paman dan keponakan walau waktu pertemuan mereka tidak lah intens.

"Ya... Paman Kakashi!"

Teriakan itu terdengar nyaring dan penuh kekesalan. Menyadarkan ia dari lamunan tentang rasa yang dimiliki olehnya.

Melirik dari ujung mata Kakashi mendapati seorang pemuda berumur 17 tahun tengah berjalan ke arahnya dengan wajah tertekuk kesal.

"Aku berkeliling rumah mencari mu! Dan kau duduk dengan santai di hutan belakang rumah!?"

Pemuda itu berkata kesal. Nafasnya terlihat ngos-ngosan dan yang tercekat adalah Kakashi. Pikirannya seakan di penuhi hal kotor.

"Kau berlebihan, Naruto."

Kakashi berusaha mempertahankan diri untuk tidak menarik senyum mengerikan. Perhatian sekecil ini saja membuat dirinya sangat senang, sungguh sangat senang.

"Paman Asuma menghubungi mu sebanyak 20 kali dan aku menghubungi mu ribuan kali tidak di angkat satu pun. Bagaimana kami tidak khawatir?!"

Kakashi menaikan alisnya mendengar konotasi hiperbola dari Naruto. Sejujurnya menyenangkan sekali melihat ekspresi khawatir pemuda ini.

Sangat manis begitu adiktif.

"Ponsel ku tertinggal di dalam rumah."

Sedetik kemudian Naruto berteriak kesal mendengar jawabannya.

Kakashi tidak bisa menahan tawanya, lihat anak muda ini sangat mengemaskan.

Apa lagi teriakan itu sangat menyenangkan jika, dalam keadaan tanpa sehelai benang sedikit pun.

"Kau tahu!"tangan itu menunjuk ke arahnya, "Kau sangat menyebalkan!"

Kakashi memutuskan bangkit dari duduknya, lalu mengusap surai kuning Naruto penuh kasih sayang.

Kakashi tidak bisa menahan sensai menyenangkan ini.

"Bagaimana, sebagai permintaan maaf ku, aku akan-"

"Hubungi saja paman Asuma terlebih dahulu baru sogokan belakangan."

'Tumben sekali anak ini menolak'

Pikirnya.

Memandang Naruto sejenak, pemuda yang ia pandang berbalik lebih dahulu untuk berjalan ke arah rumah miliknya yang berjarak dua kilo mater itu. Kakashi ingin sekali membawa tubuh remaja itu dalam pelukkannya.

Tubuh belakang Naruto sangat lah menggairahkan di lihat dari jaraknya seperti sekarang. Bokong yang bulat tercetak jelas di balik celana jeans.

"Paman, aku ingin bertanya sesuatu pada mu."

Kakash mengerjap dan menyamakan langkah hingga berjalan di sebelah Naruto dan hanya membalas dengan sebuah lirikan kecil.

"Aku merasa bahwa rasa suka ku pada Haruno kian memudar seiring berjalannya waktu. Dan entah kenapa aku merasa jauh lebih tenang sekarang, bukan kah itu aneh?"

Ya, Kakashi sadar bahwa Naruto menaruh hati pada gadis berisik itu. Kakashi sangat tidak menyukai hal tersebut.

"Itu hal yang wajar dalam fase cinta monyet seperti mu."

Ledek Kakashi dan dengan apik menyembunyikan rasa bahagia.

Penghalang akhirnya jatuh tanpa harus bersusah payah ia suruh pergi.

"Dan sejujurnya aku merasa bodoh kenapa bisa jatuh cinta pada wanita itu."

"Cinta memang sering membuat kita buta."

Merangkul pundak itu selayaknya seorang paman nyatanya Kakashi ingin lebih dan lebih.

Ini Gila.

Naruto melirik dari ujung mata sambil mendengus.

"Setelah ini ayo kita pergi makan."

Kakashi melirik balik Naruto yang kini berhenti melangkah. Dari lirikan mata kini wajah Naruto menengok kearahnya dengan posisi kepala sedikit mendongak.

Ahh.. Fokus Kakashi mendadak rusak dari posisi sedekat ini.

Bibir yang ranum itu sangat menggoda untuk di cicipi. Sesaat kabut nafsu hampir menguasai Kakashi.

"Aku bukannya tidak ingin."senyum itu terukir namun, "Tapi, lebih baik Paman mengajak Sasuke makan, sebagai ayah bapsti yang baik bukannya harus seperti itu."

Sorot matanya begitu mengejek.
Tangan yang baru saja merangkul pundak itu kini terlepas.

Raut wajah Kakahsi seketika berubah mengerikan sedikit kemudian wajah datarnya tampak terukir jelas.

"Cepat hubungi Paman Asuma, aku pergi dulu Paman."

Entah kenapa hati Kakashi terasa sakit mendapatkan penolakan dari Naruto.

Surai pirang mulai menghilang dari pandangan mata menyisakan rasa sakit dan sesak menjadi satu bagi Kakashi.

'Kau tidak boleh pergi!'

'Tetaplah tinggal'

'Aku menginginkan mu dan ku pastikan kau menjadi milikku.

___________

To Be Con
________

DRAWINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang