UZUMAKI NARUTO

162 10 0
                                    

Kawasaki Ninja ZX-25R ABS SE  itu membelah gelapnya malam dengan kecepatan tinggi. Suara knalpot mengaung dengan sombong, motor sport ini memang sangat berguna untuk perjalanan jarak jauh yang di tempuh oleh pemuda dengan surai pirang yang tersembunyi di balik full face helm dengan logo 'KYT'. Motor sport yang sangat jarang digunakan olehnya.

Pergi ke perbatasan Tokyo dan Konoha memakan waktu tiga jam dalam perjalanan mengendarai motor dalam kecepatan tinggi. Jalan lurus cukup mendominasi sebelum belokan tajam menjadi peneman untuk Uzumaki Naruto.

Sebuah pelabuhan tidak teurus dari jauh mulai terlihat, laju motor mulai melambat. Berbelok ke sebelah kiri dengan jalan menurun sekitar lima meter Naruto menghentikan motornya di kawasan box kontener berwarna ungu yang paling ujung bagian sebelah kanan.

Keadaan pelabuhan begitu senyap, banyak bola lampu mulai redup bahkan ada yang sudah tidak bisa menyala. Di beberapa tempat karat besi memenuhi pemandangan mata. Memindahkan posisi waist saling bag ke depan Naruto mencabut kunci motor dan menyimpan kedalam bag miliknya di bagian depan. 

Naruto tampak lega saat kebisingan motor miliknya tidak terdengar lagi. Melepas helem yang terpasang dan menaruhnya di atas body motor, surai pirang yang lepek karena keringat di usak kasar oleh jari jemarinya.

"Woohhh... Tampak lempek, Naruto-chan."

Melirik dari ujung mata Naruto mendengus muak mendengar komentar tidak bermutu itu. Membuka kembali waist sling bag paling besar, Naruto mengambil uang sebesar 50$ Dollar dan memberikan pada pemilik suara itu.

"Aku bertaruh atas nama Hidan."

Senyum tanpa arti mengembang dari si pemilik suara.

"Tidak mendukung si penantang eoh?"

Naruto memutar mata jengah, turun dari motor lalu memasang standar dua. Naruto meninggalkan pria dengan senyum palsu itu.

Pria bernama Sai tanpa marga itu menjadi bandar utama di kawasan pelabuhan. Pelabuhan tidak terpakai ini menjadi arena kematian dan ladang uang untuk bandar sekelas Sai.
Keuntungan yang di dapat juga luar biasa. Arena kematian selalu memiliki pertarungan setiap malamnya. Biasanya dalam semalam ada lima kali pertarungan dengan taruhan besar hingga ratusan juta rupiah.

Arena Kematian ini juga memiliki situs online yang menyiarkan pertarungan secara live tentu menghasilkan uang karena banyak gift berjumlah puluhan juta di berikan untuk mendukung jagoan mereka. Gift itu akan di uangkan dan dapat potong biaya admin untuk mengelola Arena Kematian ini.

"Bukanya giliran tanding mu masih lama tumben sekali membuang waktu di sini."

Mereka berjalan bersama menuju ke gedung paling besar di dekat kapal tua yang telah tidak beroperasi melalui pintu kecil bagian kanan gedung.

"Aku hanya bosan di rumah."

"Kalau kau bosan aku akan senang hati menghibur mu."

Naruto melirik dengan wajah mengejek sambil mengangguk'kan kepala.

"Aku akan mempertimbangkannya nanti."

Sai tampak terkekeh pelan, "Aku menunggu pertimbangan mu itu, sayang."

Tatapan mata itu terlihat lapar dan Naruto mengacuhkan hal tersebut. Sai membuka pintu dan masuk lebih dulu di ikuti olehnya. Jaket hitam berkupluk kebesaran yang sejak awal membalut Naruto tampak menyamarkan dirinya dari hingar bingar teriakan untuk saling menyemangati jagaoan mereka mengaung di udara.

Di atas ring dua orang pria dewasa tengah beradu pukulan untuk mendapatkan posisi dan sebuah kemenangan. Naruto dan Sai mengambil arah terpisah yang mana Naruto menaiki tangga di sebelah kiri dekat jendela untuk duduk di kursi penonton paling atas sedangkan Sai duduk di balik meja hitam dekat komentator.

Memilih tempat duduk yang tidak tersorot lampu mana pun, akhirnya Naruto menemukannya di paling pojok atas. Tempat duduk panjang kayu yang berdebu. Memposisikan diri senyaman mungkin sebenarnya ia hanya mencari ketenangan pergi ke kawasan pelabuhan ini. Hiruk piku Tokyo serta tetek bengek lainnya membuat dadanya sesak. Apa lagi tingkah laku Kakashi. Jujur Naruto enggan menganggap orang itu sebagai paman. Komplik di masa lalu menoreh luka bagi Naruto dan membuat karakter dirinya berubah drastis.

Gambaran seorang pemuda ceria adalah gambaran masa lalu pada sosok yang telah mati terbunuh. Karena yang kini ada adalah seseorang yang bahkan tidak memiliki belas kasih serta simpati. Memandang kosong ke tengah arena hanya kilau cahaya memenuhi pandangan mata.

Kakashi setelah kejadian telepon dari paman Asuma mendadak menjadi orang yang sering mendatanginya atau mengajak makan. Naruto muak. Naruto tidak menyukai hal itu.

Pada dasarnya paman Iruka lah yang terlihat sangat tulus hingga sekarang padanya dan suka rela membantu dirinya serta mengeluarkan dirinya dari kegelapan yang di namakan kesendirian. Namun ada beberapa waktu saat Naruto merasa harinya begitu berat, beban pikiran seakan tumpang tindih bahkan kehadiran paman Irukan tidak bisa mengatasi itu semua. Dan jalan satu-satunya Naruto akan lari ke sini untuk menyendiri di antara sorak para pendukung pemain di atas ring arena kematian.

Mereka bukanlah dua insan yang akrab, di sisi lain komplik masa lalu. Naruto selalu merasa takut berada di sekitar Kakashi padahal dulu tidak seperti itu.

"Sepertinya kau banyak pikiran."

Tepukkan ringan di bahunya menyadarkan Naruto dari lamunan. Sorakan masih menggema di seluruh penjuru. Orang yang menepuk pundaknya bersandar nyaman pada dinding di belakang setelah mendudukan diri di sebelahnya.

"Ya."jawabnya singkat.

Orang itu menyodorkan sekaleng alkohol yang telah terbuka, melirik sekilas Naruto menerimanya. Lalu tidak ada pembicaran yang terjadi di antara mereka.

Meneguk pelan, rasa pahit sedikit rasa baselem memenuhi indra pengecap. Alkohol murahan.

Pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya itu selalu menggunakan kerah tinggi hingga menutupi wajah dengan kaca mata hitam terpasang di matanya. Pemuda ini adalah orang yang membantu Sai menjadi bandar.

"Jika, kau butuh wanita atau apa pun itu jangan sungkan hubungi aku."

Lalu pergi saat getaran dari ponsel begitu mengganggu. Saran yang bagus tetapi, Naruto tidak ingin mengahamburkan uangnya hanya untuk sex semalam. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas jam telah menunjukkan 03.00 dini hari dan pertarungan di atas ring kini di isi pemain baru. Saatnya Hidan dan seorang penantang dari kota lain yang bertanding.

Lawan dari Hidan berbadan besar dengan kulit hitam legam. Perbedan tinggi mereka mencapai 15 cm. Memperhatikan pertandingan dengan seksama lawan Hidan kali ini sungguh kuat, setiap pukulan memiliki arkulasi yang tepat dan bertenaga. Namun Hidan bukan pertarung yang satu atau dua kali bermain dalam ring. Hidan besar dalam dunia pertarungan ilegal ini.
Sudah banyak penantang dengan berbagai macam teknik perlawanan yang membuat Hidan bergairah. Naruto yang terkadang menyimak cerita masa lalu para pemain andalan arena ini merasa kagum akan mereka semua.

Manuver mengerikan dari dubble tendang yang di lakukan Hidan membuat si penantang jatuh keluar ring. Itu bukan salah satu teknik utama Hidan namun cukup mematikan, karena titik serang berpusat pada ulu hati dengan sedikit tenaga dalam.

Sorak gembira terdengar dari pendukung Hidan. Si penantang bahkan tidak bergerak sama sekali, mungkin si penantang ketika jatuh kepalanya terbentur sesuatu hingga membuat tidak sadarkan diri. Sungguh sangat menghibur.

Pertarung akhirnya usai, semua penonton yang menang dalam tiga pertarungan malam ini segera menuju tempat Sai berada untuk mengambil uang mereka yang akan di lebihkan 5$-50$ Dolar. Tergantung berapa uang yang mereka taruhkan.

Antrean pun akan berlangsung sampai pukul 05.00 pagi karena memakan waktu untuk membagi uang, bukan?

Naruto mengeluarkan handphone dan mengetik pesan untuk Sai. Naruto meminta uangnya di transfer ke rekeningnya. Memperbaiki posisi kupluk di kepalanya, Naruto memasuk handphone kembali ke dalam tas dan berjalan keluar bersama penonton yang kalah taruhan. Waktunya pulang ke Apartemen dan tidur seharian penuh karena besok hari minggu. Jika, pulang ke tempat Iruka ada si kecil Iraya yang mengganggu tidurnya tanpa henti.

Naruto butuh ketenangan yang lebih banyak. Bahkan alkohol murahan pun seperti beban berat baginya.

_______
To Be Count
______

DRAWINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang