MASIH BELUM MENERIMA

119 12 0
                                    

Pagi mendung menyambut Naruto saat tiba di depan gerbang yang sepi. Bel sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu sedangkan Naruto baru tiba sekarang.

Kelas tiga memang cukup santai setelah semua ujian yang menentukan ke lulusan di lewati. Hanya menunggu pengumuman dua minggu lagi maka Naruto akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi atau bisa kita sebut universitas.

Sialnya baru saja kaki Naruto memasuki pintu kelas, wanita bercepol dua di tunjuk sebagai ketua kelas itu memberikan selembar kertas yang berisi pertanyaan serta pilihan universitas mana akan di pilih Naruto kelak.

"Biasa. Pergi ke ruang konseling dan kumpulkan itu ke kakak Shizune."

Menatap kertas yang di sodorkan Tenten, Naruto mengambil kertas itu lalu merogoh saku celananya.

"Ini."

Sebungkus coklat tanpa kotak di sodorkan Naruto. Tenten berkedip bingung, kekehan kecil terdengar dari Naruto.

"Untuk mu. Kenapa malah bengo?"

"Errr...."Tenten dengan bingung menerima coklat pemberian Naruto.

"Kalau kurang bilang. Sebelum aku memberikan semua coklat ku pada Chouji."

Beberapa anak di kelas melirik interaksi Tenten dan Naruto. Naruto di kenal sebagai anak laki-laki yang hanya menatap si bunga kelas sebelas Haruno Sakura. Tidak perduli akan anak gadis lainnya, interaksi ini membuat tanya untuk beberapa anak di kelas.

Tenten menggaruk belakang lehernya canggung dan memutuskan keluar kelas setelah mengucapkan terimakasih atas coklat pemberian Naruto. Sedangkan Naruto sendiri masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku paling ujung dekat jendela.
Telingan yang terpasang eraphone tanpa suara kini memutar lagu dari band One Rock dalam volume sedang. Mengambil pulpen dari kolong meja, Naruto mulai membaca isi kertas lalu menghembuskan nafas pelan.

Naruto sebenarnya tidak berencana untuk lanjut ke universitas. Karena pada dasarnya setelah lulus ini Naruto harus melanjutkan apa yang telah di bangun oleh kedua orang tuanya. Mencentang kata 'Tidak Lanjut'  Naruto menyimpan kertas itu ke dalam kolong meja dan beralih pada pemandangan di luar jendela.
Sejauh mata memandang hanya ada pepohonan hijau yang bergerak tertiup angin. Pikiran Naruto melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu.

'Apa aku sungguh menjadi kekasihnya, Kakashi?'

'Apa rasa benci ini sudah menghilang?'

'Apa aku bisa membalas rasanya?
'
'Kenapa aku dengan mudah memaafkannya?'

Banyak pertanyaan berputar di kepala membuat dirinya lelah sendiri.
Lebih baik Naruto segera memberikan tas bingkisan coklat yang di titipkan oleh paman Iruka untuk Chouji.

Beralih pada tas ransel hitamnya, Naruto membuka kantong tas paling besar dan mengeluarkan tas bingkisan yang berisi coklat mahal itu dari dalam tasnya.

Sekitar ada 30 bungkus coklat manis yang sama seperti milik Tenten berserakan dalam tasnya.

"Heyy... Sunmi-chan."

Naruto memanggil gadis berambut pendek yang sedang asik bercerita dengan teman sebangku. Sunmi mendengar namanya di panggil menengok ragu pada Naruto.

"Kemari."

Sunmi berjalan ke arah Naruto, mata itu sempat melirik bingkisan di atas meja Naruto penasaran.

"Ada apa, Naruto-Kun?"

"Mana kedua tangan mu?"

Sunmi membuka kedua tangannya. Naruto segera saja mengambil 10 coklat dari dalam tasnya dan menaruh di telapak tangan Sunmi.

DRAWINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang