4. Ke Apartemen Milik Rendra

280 11 1
                                    

Gea langsung menghapus air matanya secara kasar begitu Rendra mengucapkan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Jangankan untuk menatap pria itu, tanpa menatapnya saja sudah membuat perasaan gadis itu terasa sesak bukan main. Gea tanpa sadar bahkan telah meremat ujung baju yang dikenakannya saat mencoba untuk mengakhiri hubungan mereka tadi.

"Coba katakan sekali lagi sambil menatap kedua mataku secara langsung kalau kamu memang menginginkan hubungan kita berakhir Gea!" Suara Rendra tampak rendah namun dalam yang mana membuat nyali Gea semakin menciut begitu mendengarnya.

Ada rasa takut dalam dirinya, gadis itu hanya diam menundukkan kepalanya tidak berani melakukan apa yang dikatakan oleh Rendra saat ini. Air matanya juga terasa semakin sulit untuk bisa dia bendung, meski dia ingin mengakhiri semuanya. Tapi tetap saja ada rasa tidak rela dalam dirinya dan jika dia memaksakan diri untuk menatap kedua mata pria itu Gea takut bahwa pertahanan dirinya akan runtuh seketika.

"Aku, aku ingin hubungan kita berakhir," Gea masih menundukkan kepalanya, setiap kali dia mengucapkan kalimat perpisahan itu hatinya seakan diremas-remas hingga membuat sesak di dadanya.

Hingga pada akhirnya Gea dapat merasa tangan besar milik Rendra kini mengangkat dagunya agar Gea mau mendongakkan kepalanya menatap wajah pria itu. Gea ingin berpaling, tapi tekanan pada dagunya terlampau kuat hingga Gea mau tidak mau harus menatap kedua mata Rendra yang saat ini tampak keruh usai mendengar perkataan Gea yang hendak mengakhiri hubungan mereka.

"Katakan sekali lagi agar aku percaya."

"Aku, aku ingin hubungan kita berakh__" belum sempat Gea mencoba untuk mengatakan perkataannya, bibirnya terlebih dahulu telah dibungkam oleh pria di depannya hingga gadis itu langsung terbelalak kaget dan tidak bisa merespon apapun.

Dia tahu dengan pasti apa yang saat ini tengah mereka lakukan salah, tapi Gea bahkan tidak bisa menggerakkan dirinya untuk lepas dari pria itu. Bahkan kini Gea tengah memejamkan kedua matanya, pasrah saja bagaimana sosok Rendra kini tengah menjamah bibirnya dengan ciumannya yang dalam dan agak brutal. Gea ingin menolak, tapi tubuhnya berkata lain, dia tidak bisa dan tidak memiliki tenaga untuk sekedar mendorong pria itu agar menjauh darinya. Tubuhnya seakan lemas hanya dengan sebuah ciuman intens yang mendalam dari pria itu.

Hingga pada akhirnya ciuman keduanya harus terlepas ketika pasokan udara mulai menipis dan membuat Gea langsung mengambil napas dengan rakus untuk mengisi paru-parunya. Jantungnya berdegup kencang, mengingat tadi merupakan pertama kalinya Rendra menciumnya dengan seintens dan sebrutal itu. Karena selama ini pria itu selalu memperlakukannya dengan lembut, tidak pernah memaksa Gea untuk melakukan hal yang lebih sehingga membuat gadis itu merasa sangat dihargai sebagai seorang perempuan.

"Itu adalah hukuman jika kamu berani mengulangi kata-kata yang tidak kusukai. Lain kali jangan sekali-kali mengatakan kalimat perpisahan semudah itu, perjuangan kita hingga sampai di titik ini tidak mudah Gea. Aku tidak ingin kehilangan kamu, kumohon jangan tinggalkan aku." Rendra menatap kedua mata Gea dengan lekat, berusaha meyakinkan gadis itu untuk tetap bertahan di sisinya dan melalui apapun masalah yang akan mereka berdua hadapi nantinya.

"Tapi Mas, aku tidak ...,"

"Shhh ...," Rendra langsung menutup bibir Gea dengan ibu jarinya, mengingat kedua tangan pria itu yang masih merangkum wajah Gea agar tidak berpaling dari tatapannya atau kembali menundukkan kepalanya dari Rendra. "Aku tahu tidak mudah untuk kamu bisa menerima semua ini, aku hanya berharap kamu bisa sedikit lebih bersabar lagi. Aku secepatnya akan mencari solusi, tapi aku tidak ingin kehilangan kamu."

Rendra lalu menarik tubuh Gea ke dalam pelukannya, menenggelamkan kepala gadis itu ke dada bidangnya yang hangat. Membuat tangis Gea kembali pecah dan gadis itu tidak sanggup lagi menahan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam dirinya. Rendra hanya menerima dengan pasrah bagaimana ketika Gea saat ini terus saja menangis dan memukuli dadanya dengan cukup keras, namun dia sama sekali tidak berniat untuk melepaskan Gea dari pelukannya. Karena Gea lebih baik memarahinya dan memukulnya seperti ini dari pada mendapati gadis itu hanya diam dan terus menghindar lalu memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka seperti tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tekanan Batin SelingkuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang