9. Ingkar Janji

58 4 0
                                    

"Kamu tadi keluar kemana aja Mas?"

Rendra yang baru saja selesai mandi dan saat ini hanya memakai celana boxer menatap Rana selama beberapa saat. Lalu dia mengacuhkannya. Lanjut mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kering. Bersikap seolah-olah dia tidak pernah mendengar pertanyaan dari istrinya.

"Kenapa gak dijawab Mas?"

"Kamu ini kenapa sih? Suami baru pulang kerja bukannya diurus, disenengin. Malah diintrogasi kayak gini!" Rendra menatap Rana dengan ekspresi wajah tidak suka yang sulit untuk bisa dia sembunyikan.

"Aku cuman nanya loh Mas. Emang salah ya kalau aku nanya sampai bikin kamu curiga kayak gini?" Rana menjawab dengan nada jenaka dan tidak ikut terpancing emosi seperti suaminya saat ini.

Pada akhirnya Rendra hanya menghela napas panjang. Lalu dia duduk di samping Rana dan membawa wanita itu bersandar pada dada bidangnya yang tidak memakai baju. "Kenapa kamu nanya kayak gitu?"

"Gak apa-apa. Cuman kadang aku ngerasa kalau semakin lama kamu kayak menghindar aja dari aku." Rana menjawab dengan pelan. Pandangan matanya tampak lesu dan sayu. Dengan banyaknya spekulasi dan hal-hal negatif yang menghantui pikirannya.

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh, cukup fokus aja sama kebahagiaan diri kamu sendiri. Jangan biarin hal-hal negatif kayak gitu mempengaruhi kamu." Rendra mengecup pelan punggung istrinya dan mengecup rambut Rana dengan sayang.

Rana pada akhirnya hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin kembali memancing keributan dengan bertanya mengenai aroma parfum yang menempel pada baju suaminya. Meskipun hal itu jelas sekali sangat menggangu pikirannya hingga membuat wanita itu sangat sulit untuk bisa berpikir positif. Tapi melihat reaksi marah dari Rendra membuat Rana ragu untuk bertanya. Sekalipun dia berhak untuk menanyakan hal itu agak tidak sampai mempengaruhi pikirannya.

'Kuharap ini hanya pemikiranku saja Mas. Kalau sampai apa yang aku khawatirkan memang benar terjadi entah apa yang harus kulakukan. Yang jelas aku akan sangat merasa sakit hati dan mungkin akan sulit untuk bisa menerimanya.'

"Hari ini kamu gak ada rencana buat pergi keluar lagi kan?"

"Memangnya kenapa?"

"Aku ngerasa kesepian di rumah sendirian, kamu sering keluar tanpa ngajak aku. Atau bagaimana kalau nanti malam kita dinner di luar?" Rana melepaskan pelukan Rendra dan menatap wajah pria itu yang entah hanya perasaannya saja atau bukan. Namun Rendra terlihat seperti mencoba mengalihkan pandangan, agar tidak bersitatap dengan matanya.

"Sebenarnya nanti aku mau keluar sebentar," ucapan Rendra terhenti, dia berusaha mencari alasan agar dia bisa keluar. Karena dia sudah berjanji dengan Gea kalau dia akan membantu gadis itu untuk pindahan dari kos-kosan lamanya ke apartemen yang baru dia berikan pada Gea.

Jika Rana ikut, maka dia tidak akan bisa bertemu dengan Gea. Tapi dia juga sama sekali tidak terpikirkan apapun untuk bisa dia jadikan alasan untuk saat ini. Belum lagi tatapan mata Rana yang seperti berharap agar mereka berdua bisa dinner bersama, semakin membuat Rendra merasa bimbang di antara dua pilihan.

"Kamu ada urusan apa memangnya Mas? Aku gak bisa ikut kamu memangnya?" Rana sengaja memancing Rendra, karena dia ingin melihat bagaimana respon suaminya jika dia ingin ikut dalam urusan yang dikatakan oleh Rendra.

Rendra yang mendengar hal itu hanya bisa menghela napas panjang, "baiklah kalau begitu, kamu bisa ikut aku nanti. Aku hanya ingin bertemu dengan rekan kerja sekaligus teman lama saja sebenarnya."

Dengan sangat mulus Rendra mampu menyingkirkan pemikiran negatif Rana dengan alasan ingin bertemu dengan rekan kerja. Karena kebetulan dia juga ada janji dengan beberapa rekan kerja atau lebih tepatnya bertemu dan makan-makan dengan beberapa teman karibnya di sebuah rumah makan. Awalnya dia sudah berkata bahwa dia tidak jadi datang karena ingin menemani Gea agar gadis itu tidak lagi berubah pikiran untuk pergi meninggalkannya. Tapi jika situasi sudah seperti ini, maka Rendra tidak memiliki pilihan lain. Dia hanya bisa kembali menyetujui ajakan temannya untuk ikut bergabung dalam acara makan-makan tersebut agar tidak sampai membuat Rana merasa curiga.

Tekanan Batin SelingkuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang