vi

580 79 9
                                    

"Terima kasih banyak udah mau datang."

"Terima kasih kembali. Aku nikmatin malam ini."

Kedua insan dimabuk cinta itu memandangi kota di malam hari. Tangan keduanya bertautan secara alami, ditemani debaran didada keduanya.

Perasaan gila itu semakin tumbuh nyata sejak pertemuan pertama mereka beberapa bulan yang lalu.

"Rosé,"

"Hm?"

"Apa ini benar?"

"Tentu. Gak ada yang salah dalam cinta Ji, aku cinta sama kamu. Gitu aja."

"Tapi dia? Dia lagi butuh kamu."

"Jisoo Kim... Dia bisa lakuin semuanya sendiri okay? Gak semua harus ngelibatin aku bukan? Di hidup aku gak cuma ada dia dan aku mau ngejalin hubungan yang lebih sama kamu."

"Rosé... "

"Aku serius Jisoo. Aku mau nikah sama kamu."

>>>

"Hubby,"

Sepasang tangan melingkar dilehernya. Kini dia mengalihkan atensi pada perempuan yang memeluknya dari belakang.

"Kenapa Wifey?"

"Kata Mama... Kalo udah lahiran tinggal di rumah Mama aja, biar dia ada temen. Mau ikut rawat baby juga. Gimana? Mau gak?"

Rosé tak langsung menjawab. Dan itu membuat Jennie kurang enak "Hubby? Gapapa kan?"

Akhirnya Rosé kembali memandangnya dan mengangguk dengan senyuman "boleh kok sayang. Nanti kita ke rumah Mama"

"Makasih Hubby, sayang kamu banyak-banyak."

Pelukan lagi.

Rosé butuh seseorang.

Ya, Lalisa.









"Lis.... Gue butuh lo banget sumpah."

Lisa menutup matanya pasrah saat Roseanne memeluk tubuhnya dengan kedua kaki dan tangannya.

"Plis ya butuh si butuh tapi gak gini juga njem."

"Lis, gue harus ngapain kalo tinggal sama mertua? Duh gue jadi bingung, gini nih ya pertama lo bangun pagi, beresin rumah sebelum Mama mertua bangun, terus..."

"What the heck Sé, lo kerja! Lo Topita nya ege! Gak usah lo kayak gitu kecuali lo pengen ganti label jadi boti."

"Affh iyh?"

"Iye, mending Pagi-pagi lo bikinin mertua lo sarapan dengan keahlian lo itu."

"Ahh ide bagus. Bikinin mama mertua sarapan. Eh tapi Lis..."

"Apa lagi!?"

"Gue gak punya corong merah sama cetakan bintang buat telur nya."

"Mending lo magang di DEBM sat!"

o0o

Sambil menunggu anaknya mama mertua, Jennie berinisiatif untuk membersihkan kamar mereka yang sudah seperti kamar hotel ini.

"Mulai beberes kali ya." gumam Jennie.

"Bi! Bi Yanti!"

"Iya Nyah?"

"Bi tolong bantu saya beresin barang saya sama Rosie ya,"

"Oh ya siap Nyah." Bi Yanti pun langsung melakukan apa yang Jennie minta.

"Emang Nyah mau kemana? Honeymoon ya?"

Jennie tertawa geli, "enggak kok Bi. Kita mau pindah ke rumah Mama abis lahiran nanti."

"Oh yah... Nanti saya gak kerja lagi sama Nyah lagi dong, sedih."

"Kapan-kapan kalo saya butuh, pasti saya hubungin Bi Yanti kok."

Bi Yanti mengangguk sedangkan Jennie membuka laci, disana ada beberapa dokumen penting seperti buku nikah, kartu keluarga, dan beberapa foto.

"Rosie?"

"Ini dia waktu kapan?"

"Dia ponian? Hahaha lucu banget."

"Ini waktu kapan si? Haha"

Senyuman Jennie luntur.

"Apeni."










o0o

"Ayo sekali lagi, lebih keras ya bu ya, tarik nafas, dorong..."

"Haaaarrrgghhhh!"

"Eaa eaaa"

disana gunung disini gunung

Eaaa

Beda

Seorang pria kecil lahir ke dunia dengan tangisannya. Nafas putus-putus sang ibu dan banyaknya tenaga yang terbuang seakan terbayarkan begitu saja kala bayi yang dia kandung kini telah berada didalam pelukannya.

"Ronni..."

"Ronni sayang..."

Kedua mata itu nampak mencari sumber suara hingga telinga kecilnya mendengar kembali detak jantung yang selama ini dia dengar didalam perut.

Kedua mata itu tertutup namun tak lama dia kembali menangis dan dada Jennie terasa sakit.

"Bu, silahkan beri asi anaknya"

Jennie melirik Rosé yang sedari tadi berada disampingnya. Rosé mengangguk dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga seolah mengatakan kamu bisa.

Akhirnya Jennie memberinya ASI untuk pertama kali, sedikit tersentak karena bayinya ternyata sudah sangat kehausan.

Rosé tersenyum melihat ekspresi istrinya "Ronni kan? Apaan Jeje."

"Hehehe kek ade ade nya siapa gitu."

"Hus, jangan bahas itu."










Ronni....

Wkwkwk Capeee

24/365Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang