Bab 47. Fakta Mengejutkan

2.4K 136 2
                                    

▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Sesekali Bagas melirik wanita yang berjalan di sampingnya dengan masih mengomel sambil memegangi kening itu. Ternyata Alesha tidak seburuk penilaiannya, meski manja dan sering ceroboh wanita itu masih mempunyai simpati kepada orang lain. Entah mengapa, pria itu seolah melihat teman masa kecilnya dalam diri Alesha. Hal itu yang membuat Bagas selalu ingin dekat dengan sekretarisnya.

Mereka tiba di lantai empat, Bagas tidak menanggapi satu pun omelan Alesha mengenai perbuatannya di depan kafe tadi. Pria itu fokus memikirkan keberadaan teman masa kecilnya saat ini.

"Pak Bagas!"

Bagas menoleh menatap sekretarisnya yang meletakkan tangan di pinggang itu. "Iya, kenapa Alesha?"

Wanita di hadapannya itu mendengkus kasar. "Jadi, Bapak dari tadi nggak dengerin saya ngomong panjang lebar?"

Pria itu hanya tersenyum singkat sambil menggeleng. "Kamu dari tadi cuma ngomel aja. Panas telinga saya dengerinnya. Lebih baik sekarang kamu kembali ke meja dan kerjakan pekerjaan kamu yang tertunda."

Alesha berdecak sambil melirik sinis kepada bosnya. Meski begitu, wanita itu tetap kembali ke mejanya dan langsung mengerjakan sesuatu, sementara Bagas kembali ke ruangan.

Di dalam ruangan, Bagas menelepon Glen untuk meminta pria itu mencari informasi mengenai putri Anton Wijaya yang kabur dari rumah. Glen langsung menyanggupi dan mengakhiri pembicaraan melalui telepon itu.

Baru saja mereka mengakhiri telepon, satu menit kemudian giliran Glen yang menelepon terlebih dulu. Bagas mengernyit sambil tetap mengangkat panggilan tersebut.

"Pak Anton dilarikan ke rumah sakit!" ucap Glen saat Bagas hendak menyapa.

"Apa? Kok bisa?" Bagas makin mengerutkan kening karena bingung dengan situasi yang ada.

"Gue juga belum tau pastinya. Itu tadi gue lagi cari info soal putrinya, tapi justru dapet kabar kalo Pak Anton dilarikan ke rumah sakit."

"Oke. Kalo gitu gue bakal ke rumah sakit sekarang. Lo chat aja alamat rumah sakitnya."

"Udah gue kirim barusan alamatnya. Kalo gitu kita ketemu di sana aja. Dan ada satu hal yang cukup mengejutkan buat lo. Untuk detailnya gue jelasin waktu kita ketemu nanti."

"Oke."

Bagas tidak langsung pergi, tetapi dia terdiam di kursinya sambil memikirkan perkataan terakhir dari Glen. Informasi apa yang cukup mengejutkan untuknya? Mungkinkah informasi mengenai teman masa kecilnya itu?

Pria itu tersadar dari lamunan lalu menoleh ke pintu saat terdengar ketukan. Dia mempersilakan orang tersebut untuk masuk. Bagas melihat Alesha masuk dengan buru-buru. Dia bisa melihat kekhawatiran di wajah sekretarisnya itu.

"Ada apa, Alesha?" tanyanya yang juga ikut khawatir.

"Saya ... saya mau minta izin keluar sebentar, Pak."

"Kamu ada masalah? Saya juga mau keluar. Kalo kita searah, kamu bisa bareng saya."

"Enggak usah, Pak. Saya barusan dapet kabar kalo ayah saya masuk rumah sakit. Sepertinya serius. Saya boleh keluar, kan, Pak? Kalo urusan saya udah selesai, saya janji akan kembali ke kantor lagi."

"Saya juga mau ke rumah sakit. Kamu bareng aja sekalian sama saya."

Alesha sempat terdiam di tempat tanpa berkata apa-apa. Bagas memperhatikan wanita itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Pria itu menunggu jawaban dari sekretarisnya sambil bersiap untuk pergi. Setelah memakai jasnya kembali, dia menatap Alesha yang meremas kedua tangan.

His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang