1. Cantik Banget

82 12 1
                                    

"Paha ayam satu kilo"

Pria bertubuh padat dengan tinggi 173 itu terlihat tengah memilih sayuran segar pada gerobak milik tukang sayur keliling yang lewat setiap jam 7 pagi.

"Tumben pisan euy meuli satu kilo. Mau ada yang dateng yah? Cieee" goda mang Epan —tukang sayur yang sudah kelewat akrab sama penghuni perumahan Humorich.

Dyo terkekeh dan menggeleng. "Engga, ini rumah sewa sebelah mau ada yang nempatin"

"Wah? Asik atuh makin rame"

"Iya mang, nanti dagangan mang Epan makin rame"

"Alhamdulillah" mang Epan mengibaskan handuk kecil yang tergantung di lehernya. "Sehat sehat ya kalian biar dagangan mang laris terus hahaha"

"Hai" sebuah suara menginterupsi. Tita, itulah nama dari si pemilik suara. Dia adalah tetangga sebelah rumah Dyo, seorang wanita karir yang tinggal seorang diri.

"Halo," Dyo tersenyum pada Tita yang berdiri di sebelahnya. "Tumben banget Ta beli sayur"

"Hahaha iya nih lagi pengen masak" balas Tita yang terlihat sedang mencari sesuatu. "Jamur kancing ada ga mang?"

"Ada atuh neng, sayur jualan mang mah selalu lengkap"

"Aku mau satu bungkus"

"Sebentar ya neng geulis. Mang bungkusin ayam koh Dyo dulu" mang Epan terlihat sibuk memasukkan potongan paha ayam ke dalam kantong plastik bewarna merah. "Jadi tiga puluh delapan ribu koh"

Alis Tita terangkat melihat plastik belanjaan Dyo yang tembus pandang. "Banyak banget Yo, keluarga mau mampir ya?"

"Engga," jawab Dyo sembari memberikan selembar uang bewarna biru tua pada mang Epan. "Rumah sewa sebelah ada yang mau nempatin"

"Oh ya?" tanya Tita. Sebagai manusia introvert, kedatangan tetangga baru bukanlah suatu hal yang menyenangkan. "Sebelah rumah gue?"

"Iya. Cewek, Ta. Tinggal sendirian juga" jelasnya. "Jangan di bocorin dulu ke anak-anak komplek ya"

"Engga lah ngapain juga gue bocor"

Dyo hanya tersenyum tipis dan mengangkat kantong belanjaannya. "Ya udah gue duluan ya, mau langsung masak"

"Okay, dah!" Tita melambaikan tangannya sebelum kembali memilih sayur di gerobak.

"Gimana neng?"

"Hah?" pertanyaan itu membuat Tita mendongak dan menatap mang Epan bingung. "Apanya yang gimana?"

"Koh Dyo. Gimana? Ganteng ya?"

Wanita itu terdiam, bingung harus merespon seperti apa. Ini gue lagi di comblangin tukang sayur nih?

"Ganteng, mang. Tapi bukan tipe aku"

"Yahhh neng.. Padahal cocok loh kalian hahaha"

"Waduh, kalau yang itu gak dulu"

Begitulah suasana perumahan Humorich di pagi hari. Hanya Tita dan Dyo yang terlihat beraktivitas di luar rumah.

Tetangga BanyolanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang