5. Cari Pacar Lagi

45 11 5
                                    

"Buset. Jam segini baru bangun, mau tidur jam berapa lo?"

Kaye berjalan menghampiri Lucas —adik laki-lakinya, yang sedang menonton TV di ruang tamu.

Ya, di tengah-tengah era revolusi industri 5.0 di mana kecerdasan buatan dan IoT bermunculan ini, terdapat manusia langka seperti Lucas yang masih gemar menonton TV.

"Emang jam berapa sekarang?"

"Noh, jam sebelas lewat empat puluh menit. Bentar lagi dunia lain tayang" Lucas menunjuk jam dinding yang baru ia gantung tadi sore. "Kebiasaan lo mah kak, gimana mau bener jam tidur lo?"

"Ah, banyak omong lo" Kaye merebut bungkus chitato dari pangkuan Lucas dan melahapnya. "Ada makanan lagi gak sih? Laper gue"

"Tadi tetangga lo dateng tuh, ngasih ayam. Gue ambil setengah buat makan malem, setengahnya lagi gue sisain buat lo"

"Eh iya lupa gue! Dari Dyo kan?"

Lucas mengangguk. "Baik ya dia"

Kaye mengedikkan bahu, "Gak tau gue. Tapi sejauh ini sih emang keliatan baik" jelasnya sebelum melahap chitato, lagi.

"Udah sana makan nasi ah!" Lucas kembali merebut bungkus chitatonya. "Mau begadang lagi kan lo?"

"Iya lah. Kalau engga, gak lulus lulus gue" Kaye bangkit dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.

Kegiatan sehari-hari kedua bersaudara ini memang sangat berbeda. Kaye sebagai mahasiswi Fashion Design yang banyak begadang dan Lucas sebagai mahasiswa Creativepreneurship yang selalu santai.

"Gue ke atas ya" ucap Kaye dengan sepiring makan malam di tangan. "Mau sambil baca. Lo tidur kapan?"

"Masih lama, nunggu MU main gue"

"Jam berapa?"

"Jam dua"

"Ya udah, lo yang kunci rumah ya"

"Aman"

Kaye langsung menaiki anak tangga dan berjalan masuk ke dalam kamar. Diletakannya piring berisi makan malam di atas meja, dan dinyalakannya speaker bluetooth dengan kualitas bass setara pengeras suara karaoke. Kaye akan memutar musik sebelum ia menyalakan laptop dan mulai menyantap makan malam.

Di sisi lain, Suho terlihat sedang membereskan tempat tidurnya yang sedikit berantakan. Biasalah, selebgram. Kasurnya penuh sama barang endorse-an.

Hari ini Suho telah melakukan banyak aktifitas gerak, membuat tubuhnya menjadi lebih lelah dari biasanya.

"Duh ngantuk banget gua" Suho mengangkat tangan tinggi-tinggi, meregangkan tubuhnya yang sudah banyak bekerja.

Tempat tidurnya kini sudah bersih, bebas dari barang-barang tak penting.

"Bangun jam delapan kali ya" gumamnya, memasang alarm di ponsel lalu menyalakan diffuser.

Begitu semua ritual malamnya selesai, langsung saja Suho merangkak naik ke atas kasur. Mematikan lampu, dan menarik selimut hingga menutup dada.

Tidak seharusnya Suho melamun memikirkan hal tak penting. Tapi ia masih manusia normal, yang tiba-tiba jadi teringat dengan semua kejadian yang sudah terjadi hari ini.

"Oh iya, Seon kenapa bisa masuk rumah gua dah ya?" pikirnya.

Benar juga. Soal Seon, Suho memang sengaja tidak bertanya karena ia yakin perempuan itu memiliki alasan tersendiri untuk masuk ke dalam rumahnya. Tapi entah mengapa sekarang Suho malah penasaran.

"Tu anak sebenernya ngapain sih sampai harus manjat pager rumah gua?" herannya, berpikir keras. "Di kejer anjing? Tapi di sini gak ada yang punya anjing"

Suho memiringkan tubuhnya ke samping, mencari posisi yang nyaman sembari memikirkan Seon.

"Kayaknya tu anak mau nyumput dari sesuatu deh, tapi apaan dah ya...?"

Pria itu terus berdebat dengan isi kepalanya sendiri. Menggali, mencari jawaban untuk tingkah absurd Seon hingga perlahan matanya tertutup, masuk ke alam bawah sadar.












Cintaku, cintaku padamu

Tak besar seperti dulu

Kamu kok begitu menilai cintaku

Begitu rendah di matamu?


Suara musik terdengar, menyelinap masuk dan menggetarkan gendang telinga. Seperti tarikan besar, musik yang berdegup kencang itu membangunkan Suho dari tidur nyenyak.

"Buset" kesalnya, langsung bangkit berdiri untuk mencari tau dari mana musik itu berasal.


Sayangku, sayangku padamu

Tak indah seperti dulu

Maumu begini, maumu begitu

Tak pernah engkau hargai aku

Oh-oh, I am sorry...

Ku tak akan love you lagi



Semakin dekat Suho dengan dinding kanan kamarnya, semakin jelas musik yang sedang memutar lagu ST12 itu terdengar.

"Lah?" Suho terdiam saat mengingat sesuatu. "Bukannya rumah sebelah kosong?"




Biar kuputuskan saja

Ku tak mau hatiku terluka

Lebih baik kucukupkan saja

Ku tak mau batinku tersiksa


Suho tidak bisa berkata-kata. Ia bisa mendengar lantunan suara Charly Van Houten dengan iringan gitar elektrik yang begitu khas. Tidak mungkin Suho salah dengar, itu memang salah satu lagu band ST12 yang sangat terkenal pada masanya.


Jangan kau s'lalu merasa

Wanita bukan dirimu saja

Lebih baik kuputuskan saja

Cari pacar lagi!



Tepat setelah reff selesai, suara musik itu berubah mengecil dan perlahan menghilang.

Suho geleng-geleng kepala, kembali naik ke atas kasur dan memakai selimut. Pikirannya mempertanyakan bagaimana musik itu bisa terdengar dari dalam rumah sewa yang kosong, namun tubuhnya menolak untuk bekerja sama karena sudah terlalu lelah.

"Makhluk mana yang dengerin lagu band pop melayu jam segini?"













































New Cast!!!


Lucas

adik Kaye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

adik Kaye

Tetangga BanyolanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang