3. Merah

34 14 1
                                    

"Ada apa?"

Kaye sedang berjongkok di samping mobil saat suara itu terdengar, mengusik konsentrasinya. Ia menoleh -untuk memastikan jika pertanyaan itu memang ditujukan untuknya, dan mendapatkan seorang pria yang sedang berjalan mendekat.

Wajahnya terlihat terlalu familiar untuk seseorang yang bahkan belum pernah Kaye temui.

"Eh? Dyo ya?" Kaye akhirnya mengenal wajah pria yang kini sudah berada di hadapannya. Dyo adalah anak tunggal Harry -salah satu teman dekat Papa Kaye, pemilik perumahan Humorich. "Sorry! Tadi gue bingung, kirain siapa"

"Gak apa apa. Sorry juga gua gak bisa salaman, tangannya kotor" ucap Dyo sambil mengangkat kedua tangannya.

Tanpa bertanya pun Kaye tau jika pria itu sedang memasak, terlebih dia datang mengenakan apron.

"Gapapa, santai"

"Jadi kenapa mobil lo bunyi?"

"Gak tau, gue juga bingung" balas Kaye sembari memperhatikan setiap sisi mobilnya. "Tadi gue langsung keluar, tapi gak ada orang"

"Kucing kali"

"Iya kali ya?"

"Atau gak anak-anak di sini ada yang kepo sama mobil lo"

"Bisa jadi" balas Kaye, tidak menyangkal. "Tapi tadi gak ada orang sih, Yo"

"Yang penting mobil lo aman dulu, ada lecet gak?"

"Engga, aman kok"

"Ada apa nih ribut-ribut?"

Kaye dan Dyo menoleh saat mendengar suara berat yang menginterupsi. Dyo langsung menggelengkan kepala, sementara Kaye terlihat bingung dengan kedatangan pria bertubuh raksasa itu.

"Bukan apa-apa," balas Dyo, lalu mengambil satu langkah mundur agar Kaye tidak tertutup. "Oh iya, Yeol. Kenalin, ini pendatang baru Humorich"

Chanyeol yang saat itu sedang 3L -letih, lesu, loyo, langsung berubah segar bak atlet olimpiade yang sudah siap bertanding saat mata sehatnya bertatapan dengan Kaye. "Loh? Siapa ini?"

"Kaye" ujarnya memperkenalkan diri.

"C-chanyeol" balas Chanyeol, menjabat tangan Kaye malu-malu. "Mulai dari kapan bakal tinggal di sini?"

"Hari ini"

"Ohh.." Chanyeol garuk-garuk kepala, seketika tujuannya keluar rumah untuk mencari Seon langsung menghilang. "Nyewa, atau...?"

"Masih nyewa" balas Kaye tanpa ragu. "Tapi kalau betah kayaknya gue bakal beli"

"Oalahh iya-iya, semoga betah ya"

"Thanks" Kaye tersenyum manis sebelum akhirnya memandang Dyo dan Chanyeol secara bergantian. "Kalau gitu gue masuk dulu ya? Kasian adik gue masih beresin rumah sendirian"

"Oh iya silahkan, mangga" balas Chanyeol kelewat ramah. "Kalau butuh bantuan boleh banget bel rumah gue, yang nomor satu"

"Okay! Makasih banyak ya Chanyeol" Kaye tersenyum lalu beralih menatap Dyo. "Yo, duluan ya!"

"Oke," balas Dyo dengan anggukkan kecil. "Nanti gua samper gapapa kan, Kay? Mau ngasih sesuatu"

"Eh, apa tuh?"

"Small welcome gift"

"Ahhh thank you banget! Boleh kok boleh, nanti bell aja ya Yo!"

"Sip. Selamat beres-beres"

Kaye mengangguk, melambaikan tangannya pada Chanyeol dan Dyo lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Gua balik ya. Mau lanjut masak" pamit Dyo langsung berjalan menuju rumahnya.

Tidak ada jawaban dari Chanyeol, yang membuat Dyo heran karena tidak seharusnya Chanyeol diam mengingat dia adalah seorang pribadi yang cerewet.

"Yeol?" akhirnya Dyo memutuskan untuk berbalik.

Ternyata sejak tadi pria itu berjalan mengekor di belakangnya dalam diam.

"Woi, Yeol!"

"Oittt?" kaget Chanyeol, mengedipkan matanya berkali-kali.

Dyo mendengus, memandang Chanyeol dari kepala hingga ujung kaki. "Dih, kasmaran lo?"

"Hah? Kata siapa? Engga!"

"Engga engga" ledek Dyo, mengikuti nada dari ucapan Chanyeol. "Kuping lo tuh merah"

Chanyeol melotot, cepat-cepat menutupi telinga dengan kedua tangannya yang besar. "Bangsat, jangan ledekin gue!"



























UPDATED!!!

Penghuni Perumahan Humorich

Penghuni Perumahan Humorich

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tetangga BanyolanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang