Sambil menyeret peti mati yang berisi mayat kakaknya, Respati terus melangkah. Begitu sayangnya pemuda berpakaian compang-camping ini pada kakaknya, sehingga ke mana pun pergi peti mati itu selalu dibawanya. Dan kini pemuda itu tiba di depan sebuah bangunan besar dengan pagar kayu mengelilingi. Di pintu gerbang tertulis,
PERGURUAN TOMBAK SAKTI
Sebentar pemuda itu memandangi tulisan, lalu melanjutkan langkah memasuki perguruan itu. Namun baru beberapa langkah....
"Tahan!"
Terdengar bentakan dari depan. Respati menghentikan langkahnya. Ditatapnya sosok pemuda yang membentaknya. Sepasang matanya begitu tajam, seolah hendak menusuk jantung pemuda di depannya.
"Aku tidak ada urusan denganmu. Pergilah!" desis Respati, dingin.
Pemuda yang agaknya murid Perguruan Tombak Sakti terkesiap. Dan dia tidak mampu berbuat apa-apa ketika Respati melangkah maju. Di halaman ini, beberapa murid yang tengah berlatih langsung berhenti. Sementara seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh lima tahun yang tengah melatih pun sudah melangkah menghampiri Respati, setelah memberi isyarat.
"Siapa kau, Kisanak? Dan apa yang kau ingin-kan di sini?" tanya laki-laki berpakaian jubah warna coklat itu, penuh wibawa.
"Kaukah Gautama alias si Tombak Sakti?" Respati malah bertanya, setelah meletakkan tali penarik peti.
"Benar...!"
"Aku Respati, alias Setan Gembel."
"Belum pernah kudengar sebelumnya nama itu...?" kata laki-laki berjuluk si Tombak Sakti dengan dahi berkernyit.
"Tapi kau mengenal Kemala bukan?" tukas Respati yang ternyata berjuluk Setan Gembel.
Gautama tercekat. Nama Kemala memang tak asing lagi di telinganya. Namun sembilan tahun yang lalu dia terpaksa meninggalkannya, karena gadis itu dipergoki main gila dengan laki-laki lain. Mereka memang sempat menikah beberapa bulan. Sebenarnya si Tombak Sakti bukannya tak mengenal Respati. Namun karena keadaan dan penampilan pemuda itu telah jauh berubah, sehingga membuatnya pangling. Begitu pula Respati.
Dia pun bukannya tak mengenali si Tombak Sakti. Hanya karena masalah ini urusan pribadi, tindakannya terlihat hati-hati. Karena sejak kakaknya menikah, Respati hanya sekali saja melihat tampang si Tombak Sakti. Setelah itu dia pergi berguru di Gunung Rogo Sembangan pada seorang tokoh hitam berjuluk Iblis Gembel. Tak heran kalau dia perlu menanyakan nama dulu, sebelum menuntaskan dendam kakaknya.
"Hm.... Apa yang kau inginkan, Respati?" tanya si Tombak Sakti yang bernama asli Gautama.
"Tentu saja mengajakmu ke akhirat untuk menemani kakakku yang kau tinggalkan begitu saja pada sembilan tahun yang lalu," sahut Respati. Kau adalah suami Kemala. Dan setelah menikmati madunya, kau tinggalkan begitu saja!"
"Brengsek!" desis si Tombak Sakti menggeram, merasa rahasianya terbongkar.
"Guru! Orang ini telah lancang menuduh yang bukan-bukan! Lebih baik, biar aku yang menghajarnya!" teriak salah seorang murid.
"Hehehe...! Kau bocah bau kencur! Apa yang bisa kau perbuat padaku?" tantang Setan Gembel, melecehkan.
"Keparat! Rupanya kau memang benar-benar kepingin dihajar!"
Setelah berkata begitu, murid yang bertubuh tegap itu langsung meluruk menyerang Respati. Namun tidak disangka-sangka, pemuda gembel itu berkelit gesit ke samping. Dan tiba-tiba saja, Respati memutar tubuhnya sambil mengibaskan tangan. Lalu....
Begkh...!
"Aaakh...!"
Tahu-tahu murid Perguruan Tombak Sakti itu terpental ke belakang sambil memekik kesakitan. Begitu jatuh di tanah, dia tak bangun-bangun lagi.
"Hah?! Si Sarwa mati!" desis salah seorang murid yang langsung memeriksa keadaan pemuda yang jadi sasaran pukulan Respati.
"Iya, dia mati!" timpal yang lain.
Gautama memandang geram pada Setan Gembel. Terbayang amarah memuncak dari wajahnya. Begitu juga murid-muridnya. Bahkan sebagian telah ada yang bergerak.
"Jangan!" cegah si Tombak Sakti ketika melihat murid-muridnya hendak mengeroyok Setan Gembel.
"Tapi, Guru...."
"Ini urusan pribadiku! Bukan urusan perguruan. Oleh sebab itu akulah yang bertanggung jawab!" tegas Gautama seraya memandang Setan Gembel.
"Hahaha...! Bagus! Bagus! Kuhargai tanggung jawabmu! Tapi sayang, sudah terlambat! Kemala sudah terbaring di peti yang kubawa. Jadi tanggung jawabmu sudah tak berharga lagi di depanku!"
"Tapi Kemala mengkhianatiku, Respati! Kakakmu kupergoki telah menerima laki-laki lain. Itulah sebabnya aku meninggalkannya!" kilah Gautama.
"Tapi, biar bagaimanapun dia tetap kakakku. Orang yang amat kusayang dan kukasihi. Tak akan kubiarkan kakakku dihina begitu rupa!"
"Hm.... Percuma bicara denganmu!" dengus si Tombak Sakti.
Bersamaan dengan itu, laki-laki yang juga Ketua Perguruan Tombak Sakti ini mengibaskan tombaknya. Ujung tombak Gautama menyambar-nyambar ke leher dan dada Setan Gembel. Namun dengan lincahnya Respati meliuk-liukkan tubuhnya. Dan itu membuat si Tombak Sakti semakin gemas saja. Geraham Gautama bergemelutuk. Seketika permainan ilmu tombaknya semakin cepat dan ganas. Namun begitu, tetap saja belum mampu mendesak Respati. Setan Gembel terus saja menghindar dengan meliuk-liukkan tubuhnya sambil tertawa mengejek.
"Hehehe...! Tombak Sakti adalah nama yang kesohor. Tapi yang kulihat tidak lebih dari seorang tokoh yang tengah belajar ilmu silat satu dua jurus!"
"Kurang ajar!" dengus Gautama, menggeram marah.
"Hahaha...! Kenapa mesti marah? Seharusnya aku yang marah, karena kau membuat kakakku putus asa, dan akhirnya bunuh diri!"
Memang aneh watak Respati, setelah berguru beberapa tahun di Gunung Rogo Sembangan. Dulu pemuda ini dikenal pendiam dan ramah. Tapi entah mengapa, sifatnya jadi penuh dendam dan berkesan brangasan. Mungkinkah itu akibat tempaan Iblis Gembel?
Ujung tombak Gautama terus mengejar ke mana saja Respati bergerak. Namun sejauh itu belum juga mampu mengenai sasaran. Apalagi hanya untuk menyentuh Setan Gembel.
"Apa kebisaanmu hanya menghindar, Respati?!" bentak si Tombak Sakti.
"Hm, agaknya kau sudah tidak sabar untuk mati? Baiklah. Akan kukabulkan keinginanmu!" sahut Setan Gembel.
Begitu kata-katanya habis, Respati bergerak amat cepat mendekati si Tombak Sakti. Gautama terkesiap, tidak menyangka kalau pemuda itu mampu bergerak secepat ini. Dan sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, Setan Gembel melepas satu gedoran amat cepat bertenaga dalam tinggi.
"Deessst...!
"Aaakh...!
Telak sekali gedoran Respati mendarat di dada Gautama. Disertai teriakan keras, Ketua Perguruan Tombak Sakti itu terjungkal ke belakang. Begitu mencium tanah, si Tombak Sakti tak bangun-bangun lagi.
"Guru...!"
Murid-murid Perguruan Tombak Sakti tersentak kaget. Mereka menyerbu tubuh Gautama yang dikira hanya pingsan saja. Namun ketika salah seorang menempelkan telinganya ke dada, jantung laki-laki Ketua Perguruan Tombak Sakti itu tak bergerak lagi. Darah tampak meleleh pada mulut, hidung, dan kelopak matanya. Jelas si Tombak Sakti terluka dalam dengan jantungnya pecah!
Sebentar Respati memandang mayat si Tombak Sakti, lalu berbalik menuju peti mati yang dibawanya. Diambilnya tali penarik, lalu kakinya melangkah perlahan. Namun baru beberapa tombak melangkah...
"Hei?! Berhenti...!
"Hm,...!"
Respati alias Setan Gembel menggumam tak jelas seraya menghentikan langkah ketika terdengar bentakan keras. Dan sebelum dia berbalik, murid-murid Perguruan Tombak Sakti telah berlompatan. Mereka mengurung Setan Gembel sambil menghunus tombak.
"Kau telah membunuh Guru kami! Jangan seenaknya pergi, Keparat!" dengus murid yang bertubuh gemuk.
"Apa maumu?" tanya Setan Gembel, tenang.
"Kau harus mati, Gembel Busuk!"
"Mati di tangan kalian? Hahaha...! Gurumu saja tidak mampu mengalahkanku. Apalagi kalian?"
"Kau jangan sombong, Keparat! Meski kepandaianmu tinggi, tapi kami tidak takut!"
Setan Gembel memutar tubuhnya perlahan-lahan. Pandangan matanya tajam menusuk, menyapu orang-orang yang mengepungnya.
"Begitukah menurut kalian?" tanya Respati dingin.
"Habisi dia! Bentuk barisan Tujuh Bintang, seru murid bertubuh gemuk kepada kawan-kawannya.
"Yaaap...!
Mereka membentuk barisan seperti huruf S. Dan salah satu ujung barisan bergerak ke arah Setan Gembel. Namun dengan gesit Respati mencelat ke atas. Begitu menjejak tanah kembali, barisan murid-murid itu terus mengejar. Namun kegesitan Setan Gembel tidak bisa diimbangi. Di mata Respati gerakan mereka terasa lambat. Sehingga dengan mudah pemuda ini mengobrak-abrik hingga mereka tercerai-berai.
Dua tombak mendadak meluncur deras ke tubuh Respati. Namun dengan sigapnya, dia berhasil menangkap. Dan dengan sekali sentak, tombak yang satu lepas dari genggaman. Sementara pemiliknya sendiri terjungkal ke depan. Saat itulah Respati melepas tendangan bertenaga dalam tinggi.
Desss...!
"Aaakh...!"
Seorang yang tadi menghujamkan tombak kontan roboh dengan dada hancur. Darah kontan termuntah dari mulutnya.
"Sial! Si Jaka mati!" teriak seorang murid si Tombak Sakti.
Belum lagi habis rasa kaget, mendadak tombak yang satu lagi di tangan Setan Gembel berputaran cepat. Beberapa senjata para murid itu terpental. Maka saat itu pula korbannya mulai berjatuhan dalam waktu singkat. Setan Gembel tidak berhenti sampai di situ. Ujung tombaknya terus bergerak, menyambar-nyambar. Tiap sambaran tombaknya, beberapa korban kembali jatuh. Baru ketika korban berjatuhan semakin banyak, murid-murid yang masih sayang nyawa segera mundur teratur.
"Hahaha...!"
Setan Gembel terbahak-bahak dengan kepala mendongak ke atas. Kemudian perlahan-lahan matanya memandang para murid satu persatu.
"Pergilah kalian! Aku tidak berselera melawan orang-orang yang sok pahlawan!" ujar Respati datar.
Setelah berkata begitu, Setan Gembel berbalik, lalu melangkah kembali ke arah peti matinya. Dan tombaknya dilempar ke tanah begitu saja. Perlahan-lahan dia meninggalkan tempat ini sambil menyeret peti mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
214. Pendekar Rajawali Sakti : Setan Gembel
ActionSerial ke 214. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.