Setan Gembel berbalik. Matanya langsung menyorot tajam pada pemuda berbaju rompi putih dengan pedang bergagang kepala burung di punggung yang telah berdiri di hadapannya. Pergilah, Kisanak! Jangan ikut campur urusan orang! Apakah kau tidak sayang jiwamu? ujar Respati tanpa tekanan.
Pemuda tampan berbaju rompi putih yang tak lain Rangga yang di kalangan persilatan dikenal sebagai Pendekar Rajawali Sakti hanya tersenyum kecut.
"Kisanak pun tak perlu merisaukan diriku. Aku tahu, bagaimana menjaga diriku sendiri. Tapi alangkah baiknya bila kau menghentikan sepak terjangmu. Dengan apa yang kau perbuat hari ini, jelas semua orang akan berusaha untuk membunuhmu," sahut Rangga tenang.
Pendekar Rajawali Sakti yang telah mendengar sepak terjang Setan Gembel setelah diberi tahu Ketua Perkumpulan Pengemis Tongkat Angin memang merasa berkewajiban untuk menghentikannya. Dan dari bicara serta tatapan Setan Gembel, Rangga telah menarik kesimpulan kalau pemuda itu selalu meremehkan lawan bicaranya. Dan hal itu tidak lain karena Respati merasa sebagai seorang tokoh yang tidak terkalahkan.
"Hehehe...! Pintar juga bicaramu. Tapi aku yakin, kau lebih pintar memilih keselamatan dirimu sendiri. Sebab bila coba mengusikku, maka nasibmu tidak akan lebih baik ketimbang mereka!" ancam Respati, yakin.
"Setan Gembel! Aku hanya memberi kesempatan sekali saja. Sudah cukup korban berjatuhan karena ulahmu. Dan jangan ditambah lagi. Kau harus menyerahkan diri menerima hukuman. Kalau tidak, terpaksa aku yang harus menangkapmu?" jelas Rangga tak kalah gertak.
"Kau ingin menangkapku? Hahaha...!" Setan Gembel tertawa mengejek.
"Kalau begitu..., heaaa...!"
Dengan teriakan keras, Respati melayangkan satu tendangan keras ke wajah. Namun dengan sigap, Pendekar Rajawali Sakti menarik kaki kanannya ke belakang dengan tangan mengibas ke atas.
"Baru saja benturan terjadi, kaki Setan Gembel yang terpapak telah kembali meluncur. Kali ini sasarannya tulang rusuk Pendekar Rajawali Sakti. Namun cepat sekali Pendekar Rajawali sakti menurunkan tangannya dan mengibaskannya ke samping.
Begitu kembali terjadi benturan, Rangga memutar tubuhnya. Lalu dengan satu kemposan, kaki kirinya sudah melayang melepas tendangan setengah lingkaran.
"Uts!"
Tendangan itu lewat di atas kepala ketika Setan Gembel merendahkan tubuhnya dengan gerakan cepat sekali.
"Hehehe...! Boleh juga kepandaianmu. Tapi jangan kira dengan begitu kau sudah merasa menang!" leceh Setan Gembel.
"Aku tidak butuh kemenangan darimu, Setan Gembel. Aku hanya ingin menangkapmu dan menyerahkanmu pada orang yang pantas untuk memberi hukuman," tandas Pendekar Rajawali Sakti, mantap.
"Hehehe...! Kau betul-betul bodoh dan menyia-nyiakan kehidupanmu sendiri, Kisanak!"
"Akan kita lihat, siapa sebenarnya yang menyia-nyiakan hidupnya. Kau ataukah aku!" sahut Rangga tenang.
"Huh!" Setan Gembel mendengus geram. Kedua tangannya cepat disilangkan di dada. Wajahnya tampak geram penuh amarah.
"Kau akan mampus, Kisanak!" desis Respati.
"Apakah dengan menggunakan pukulan Tapak Setan kau kira bisa lolos dari incaranku?" kata Rangga.
"Kau akan tahu setelah nanti sampai di akhirat!" Setelah berkata begitu, Setan Gembel melompat menerjang.
"Heaaat...!"
Tidak seperti menghadapi keroyokan tadi, kali ini Respati tidak mengumbar pukulan. Agaknya dia hendak menyerang dari jarak dekat, karena menyadari kalau pemuda ini memiliki gerakan gesit. Sehingga mudah sekali pukulannya dihindari.
Rangga yang menggunakan jurus Sembilan Langkah Ajaib mulai merasakan tekanan yang dilancarkan Setan Gembel. Dan dia merasa tidak boleh gegabah. Malah sebisa mungkin menghindari setiap pukulan serta tendangan yang dilancarkan lawan.
"Hehehe...! Kau mulai ketakutan, Kisanak! Kematianmu sebentar lagi. Maka, berdoalah sebelum aku mencabutnya!" ejek Setan Gembel.
"Tak ada yang bisa menentukan kematianku, kecuali Yang Maha Kuasa. Dan aku jadi khawatir, ucapanmu malah sebaliknya," balas Pendekar Rajawali Sakti.
"Huh! Kau akan mampus sekarang juga!" dengus Setan Gembel.
"Heaaa...!"
Diiringi satu bentakan keras, kedua telapak tangan Respati menghentak ke arah Rangga pada jarak kurang dari tiga langkah. Gerakannya cepat bukan main.
Tapi yang dihadapi adalah Pendekar Rajawali Sakti, seorang pendekar berkepandaian tinggi yang sudah banyak makan asam garam. Tak heran kalau sejak tadi Rangga telah bersiap dengan mengerahkan tenaga dalamnya ke tangan. Maka begitu melihat lidah api meluncur dari telapak Setan Gembel. Pendekar Rajawali Sakti cepat menghentakkan tangannya, memapaki.
"Aji Guntur Geni! Heaaa.?!"
"Aaakh...!"
Rangga dan Respati sama-sama terlempar ke belakang. Pendekar Rajawali Sakti mampu bangkit dengan sigap mesti kedua bahunya turun naik menandakan bahwa pernapasannya tengah tersengal. Mukanya sesekali berkerut menahan rasa sakit. Dan dari sudut bibirnya menetes darah segar.
Sebaliknya Setan Gembel menderita luka yang cukup parah. Pemuda itu jatuh berguling-gulingan sambil berteriak kesakitan. Dari mulutnya beberapa kali memuntahkan darah kental bercampur kehitam-hitaman. Dia berusaha bangkit, namun kembali terjatuh.
Sementara itu, orang-orang yang melihat kejadian ini terkesiap. Mula-mula mereka takut-takut. Tapi setelah mengetahui kalau Setan Gembel tengah tidak berdaya, salah seorang berteriak pada yang lainnya.
"Bunuh Setan Gembel! Ini kesempatan baik. Dia tengah tidak berdaya!"
Teriakan itu disambut yang lain dengan penuh semangat. Maka mereka yang tadi lari pontang panting ketika Setan Gembel mengamuk, seperti punya kesempatan untuk melampiaskan sakit hatinya.
Respati memang tidak berdaya. Namun pemuda itu sepertinya tidak gentar menghadapi keroyokan. Dia berusaha untuk duduk bersila dengan kepala tertunduk. Gerakannya lemah, seperti tidak bertenaga.
"Heaaa...!"
"Awas...! Minggiiir...!"
Pada saat yang gawat bagi Setan Gembel, mendadak terdengar derap langkah kaki kuda disertai teriakan keras. Orang-orang yang hendak menghabisi Respati seketika buyar, menyelamatkan diri. Kalau tak ingin dilanggar seekor kuda yang ditunggangi satu sosok tubuh berpakaian ketat warna hitam! Kuda itu terus berlari kencang, menuju sosok Setan Gembel.
Begitu penunggang kuda itu melewati Respati, pununggang kuda itu segera menambah lari kudanya. Dan saat itu juga, tubuh Setan Gembel telah raib dari tempatnya semula.
"Heh?! Ke mana dia?!"
"Hilang? Tidak mungkin...!"
Orang-orang yang ada di tempat ini kaget dan mulai sibuk mencari-cari. Sementara itu, Pendekar Rajawali Sakti tetap berdiri pada tempatnya, dengan pandangan tetap tertuju ke arah Setan Gembel lenyap tadi. Baru kemudian pandangannya berbalik pada mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan utama. Diam-diam dia mengerahkan aji Tatar Netra untuk mengenali sosok penunggang kuda tadi yang telah menyelamatkan Setan Gembel.
"Kisanak... Aku atas nama kawan-kawan mengucapkan terima kasih atas pertolongan yang kau berikan...."
Pendekar Rajawali Sakti menoleh saat mendengar suara dari belakangnya. Tampak kelima orang yang tadi sempat dihajar Setan Gembel.
"Namaku Setiaji..." lanjut yang bicara tadi.
Rangga menaksir usia laki-laki ini mungkin sebaya dengannya. Tapi empat orang lainnya berusia paling tidak, sudah kepala empat.
"Aku Rangga...."
"Ya! Kami tahu, kau adalah Pendekar Rajawali Sakti...!" tukas Setiaji.
"Terima kasih. Tapi aku...."
"Harap jangan menolak! Kau harus istirahat barang beberapa waktu untuk menyembuhkan luka dalam yang kau derita saat ini!" tukas salah seorang.
"Benar! Lebih baik ikut kami sebelum luka yang kau derita semakin parah!" timpal Setiaji.
Rangga berpikir beberapa saat sebelum menyatakan persetujuannya lewat anggukan. Baru saja mereka melangkah beberapa tindak, mendadak beberapa orang bergerak mengerumuni peti mati yang tertinggal di jalan utama. Peti mati dari kayu jati, milik Setan Gembel.
"Kuburkan saja peti ini!" teriak salah seorang.
"Tidak! Sebaiknya bakar. Barangkali setelah dibakar Setan Gembel akan terus sial!"
"Ya, betul! Sebaiknya dibakar saja!"
Rangga kembali melanjutkan langkah diiringi Setiaji dan tiga orang kawannya. Mereka tak ingin memusingkan soal peti mati. Biarlah para penduduk yang mengurusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
214. Pendekar Rajawali Sakti : Setan Gembel
ActionSerial ke 214. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.