BAGIAN 1

418 15 12
                                    

“Suiiiit.....”
Terdengar suara siulan melengking bernada tinggi yang mengoyak langit. Pelakunya adalah seorang pemuda memakai rompi putih dan menyandang pedang bergagang kepala burung yang lebih dikenal dengan sebutan Pendekar Rajawali Sakti, bernama asli Rangga.
Tak lama berselang tampak titik di angkasa yang perlahan mulai mendekat. Seekor burung Rajawali raksasa, sahabat sekaligus guru Pendekar Rajawali Sakti.
“Bagaimana kabarmu, sobat...” sapa Rangga sambil mengelus-elus bulu putih Rajawali kesayangannya.
Burung itu mengangguk-anggkuk seakan mengerti ucapan Rangga.
“Antarkan aku ke Karang Setra, sobat...” Rangga mengutarakan maksud dirinya mengundang Rajawali Putih.
“Entahlah, tiba-tiba saja aku ingin bertemu Pandan Wangi.”
Kemudian burung raksasa itu melakukan gerakan berputar-putar sambil melompat-lompat beberapa kali.
“Kraaagh... Kraaggh,”
“Haha...! Bisa jadi ini yang namanya kangen.”
Rangga seakan mengerti apa yang dimaksud gerakan burung raksasa itu. Setelah berkelakar sejenak, Rangga segera melompat ke atas punggung Rajawali Putih.
“Hup!”
Slaap!
Wuzz!
Dalam sekejap mata, Rajawali Putih itu langsung melesat tinggi membumbung ke angkasa membawa Rangga yang duduk di atas punggungnya.

***

Rangga melangkah mantab menuju gerbang istana Karang Setra yang ada di depannya. Beberapa prajurit penjaga yang mengenalinya langsung menghampiri dan memberi hormat.
“Selamat datang, Gusti Prabu.” kata salah satu prajurit dengan menghaturkan sembah yang kemudian diikuti prajurit yang lain.
“Terima kasih, prajurit. Kalian sudah menjaga istana ini dengan baik.”
Gerbang istana langsung terbuka menyambut kedatangan Rangga yang diiringi prajurit penjaga di belakangnya. Tak sampai beberapa langkah, terlihat seorang yang datang tergopoh-gopoh menghampiri Rangga. Dia berpakaian kebesaran kerajaan, dan langsung menghampiri Rangga.
“Oh, Kakang Prabu. Sungguh tak disangka Kakang Prabu sudah kembali.”
Ternyata dia adalah Danupaksi, adik tiri Rangga yang selama ini menjalankan roda pemerintahan kerajaan Karang Setra. Danupaksi terlihat sangat gembira dengan kedatangan Rangga.
“Danupaksi, bagaimana kabarmu? Dan bagaimana keadaan Karang Setra, aku harap semua berjalan dengan baik.” sapa Rangga sambil tersenyum hangat pada Danupaksi.
“Berkat bimbingan Kakang Prabu, rakyat Karang Setra semua sejahtera. Hasil bumi melimpah, perniagaan pun berkembang pesat.” jawab Danupaksi bersemangat.
Rangga tersenyum lalu mereka pun berpelukan seakan ingin melepaskan rindu.
“Oh iya, mana Pandan Wangi? Sejak tadi aku belum melihatnya.” ujar Rangga sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.
“Ah, sebaiknya Kakang Prabu beristirahat dulu sejenak, Kakang Prabu pasti lelah dalam menjalani pengembaraan. Mari Kakang Prabu, kita istirahat dulu...” seloroh Danupaksi sambil menuntun jalan Rangga menuju kamar peristirahatan pribadi kerajaan.
“Hmm... Baiklah kalau begitu.”
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju tempat peristirahatan.
“Ehm... maaf, Kakang Prabu...” sambil berjalan santai, Danupaksi memulai bercerita.
“Ada apa, Danupaksi?”
“Saat ini sebenarnya Pandan Wangi tidak berada di istana, dia sedang mencari seseorang...”
“Seseorang? Siapa dia?” alis Rangga jadi mengkerut.
“Aku sendiri tidak tahu. Dia cuma bilang ingin mencari kakek tua penjual kayu bakar.”
“Kakek tua? Hmm...” Rangga menggumam tak jelas.
“Waktu itu salah seorang prajurit penjaga mengantarkan sebuah surat dari gulungan kulit binatang yang berisi pesan kepada Pandan Wangi. Prajurit itu mengatakan bahwa ada seorang kakek tua penjual kayu bakar yang memberikan gulungan surat itu. Lalu kakek tua itu langsung pergi.”
“Teruskan...”
Rangga semakin tertarik dengan cerita Danupaksi.
“Prajurit itu tidak sempat menanyakan siapa namanya dan dari mana di berasal. Tapi dia melihat kakek tua itu berjalan menuju pasar di alun-alun kotaraja. Lalu Pandan Wangi berpamitan padaku untuk mencari kakek tua itu. Aku sudah tawarkan padanya biar para prajurit saja yang mencarinya, karena kupikir pasar kotaraja tidak jauh dari istana. Tapi Pandan Wangi tidak mau. Dia ingin mencarinya sendiri.”
“Pandan Wangi berhasil menemukannya?” tanya Rangga terus menyelidik.
“Sampai saat ini belum kembali. Entahlah, dia sudah menemukan atau belum aku tidak tahu.”
“Sudah berapa lama Pandan Wangi pergi?”
“Dua hari ini...”
“Hmm... Kalau begitu aku akan menyusulnya sekarang.” ujar Rangga.
“Tapi, Kakang Prabu baru tiba di sini, sebaiknya beristirahatlah barang sejenak. Biar aku perintahkan para prajurit untuk menjemput Pandan Wangi pulang.” pinta Danupaksi.
Rangga hanya tersenyum sedikit.
“Aku takut terjadi apa-apa pada Pandan Wangi. Sebaiknya aku pergi sekarang.” sergah Rangga.
“Tapi...”
“Hup...!”
Belum selesai Danupaksi berbicara, Rangga sudah mencelat ke atas dinding dan menghilang. Danupaksi jadi melongo saja melihat kakak tirinya pergi secepat itu.
“Hhhhh....” Danupaksi menarik nafas panjang. “Semoga saja tidak terjadi apa-apa...”

215. Pendekar Rajawali Sakti : Naga WisesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang