Deep Affection 6

306 37 9
                                    

The amount of pain humans can endure because what love does to them is incredible. And I’m the strongest. Because I love you. – Xiao Zhan

I want to scream ‘I missed you, love’ from the bottom of my lungs, with every beat of my heart, with every pain of missing you. – Yibo

Loving someone means you only want the best for them even if it means swallowing the sad reality that the best isn’t you. – Ling He

 [CHAPTER 6]

Hanya tersisa seorang Wang Yibo yang berdiam seorang diri di dalam ruangan gelap, redup semenjak malam menggantikan siangnya. Meski masih ada setitik cahaya dari sinar rembulan dari luar sana yang berbaur dengan sinar-sinar lampu yang ada. Masuk melalui jendela, yang mana Yibo mungkin lupa untuk menutupnya.

Yibo hanya terdiam. Terduduk kaku di atas sofa. Seperti enggan untuk bergerak sedikit saja. Wajahnya begitu tegang, namun matanya menyiratkan sedih dan juga sesal yang begitu dalam. Bahkan meski dalam gelap, ia masih dapat mengingat dan sedikit melihat tiap jejak benda di hadapannya.

Sekarang ia mengerti. Mengapa lilin itu mengering tanpa ada tangan yang menyentuhnya. Beserta ketidaknyamanan seluruh pelosok yang ada dalam bangunan tersebut, Yibo tahu mengapa menjadi demikian. Debu yang bertebaran di tiap celah yang ada. Begitu berantakan dengan beberapa benda yang mulai usang.

Karena tak ada tangan yang menyentuh mereka. Karena tak ada pemilik mereka. Yang biasanya merawat dan menjaga mereka. Kini ‘dia’ tak ada.

Srak.

Satu bunyi akhirnya timbul. Yibo teringat dan lalu meraih satu lembar kertas yang sempat ia lupakan. Satu kertas berarti berisikan tulisan terakhir Xiao Zhan untuknya.

Wangyie..

生日快乐..

Yibo tersenyum pahit. Ia remas sisi kertas tersebut. Seperti tidak rela jika kertas itu harus robek karena emosinya saat ini. Mungkin ia akan menyesal jika melenyapkan satu bukti torehan tangan terakhir dari sang kekasih yang kini dirindunya. Xiao Zhan yang entah di mana ia berada.

Di mana? Di mana Zhan berada? Pada siapa Yibo bertanya? Ia pikir tak ada yang dapat membantunya sekarang!

Hari demi haripun Zhan rangkai sebisa mungkin. Tetap bertahan dengan apa yang dialaminya. Tetap hidup didetiknya yang selalu saja merindu akan Yibo. Hari berlalu minggu, bahkan menapaki bulannya. Zhan tetap bertahan dengan tangis yang tak pernah hilang di tiap malamnya.

Meski kadang ia tersenyum. Harus! Di saat orang-orang disekitarnya ada untuknya, ia tak lelah untuk menunjukkan senyumnya. Ada Yubin di sana yang selalu mengajaknya bicara. Ada pula YiZhou yang tak henti membuat gurauan yang setidaknya dapat membuatnya tertawa lepas untuk sekejap saja.

Ada pula Zhang Ling He.

Dia yang selalu dapat melihat apapun di dalam mata Zhan. Semua selalu terlontar dari mulutnya secara langsung. Seperti, “apa kau bermimpi tentangnya hari ini?” atau juga, “Kau masih merindukannya?” Karena di sinilah Ling He berada. Tetap di posisinya seperti semula.

Karena bukan hanya raga Zhan yang tak dapat dimilikinya karena penghalang sel besi itu, namun juga hati Zhan yang tak akan pernah mampu ia raih karena kehadiran Wang Yibo yang entahlah, di mana sosok itu berada. Namun Ling He tetap tersenyum. Ada di samping Zhan seperti janjinya. Selalu memperhatikan tiap detail sosok Zhan.

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang