01 - GELOMBANG HATI

124 19 1
                                    

"Satu hari dengan sejuta cerita, lucu bukan? selalu saja sesuai prediksi"

RENJANA

"BANGUN! SEKOLAH! "

'Eungh' suara serak- lebih tepatnya teriakan seseorang dari luar kamar membangun kan gadis yang sedang bergulat dengan mimpinya itu.

Gadis itu mengerjap kan matanya beberapa kali tapi matanya nya masih ingin tertutup kembali. beberapa menit kemudian mata gadis itu tertutup kembali.

Brak!

Brak!

Lagi-lagi gadis itu terbangun kali ini gedoran pintu yang cukup keras mengusiknya. Mata gadis itu sudah terbuka sempurna dan gadis itu mendudukkan dirinya di tepi ranjangnya.

"MASIH BELUM BANGUN!!"

Suara serak tadi kembali terdengar, itu adalah suara Alteraga, ayah nya. Teriakan-teriakan Ini sudah menjadi rutinitas gadis itu setiap hari saat pak tua itu ingat pulang ke rumah.

Ya, memang jarang raga pulang ke rumah. karena dia selalu memburu uang sejak gadis itu masih kecil sampai sekarang.

Tapi semenjak kedatangan anak angkat itu raga lebih sering pulang ke rumah, yang biasanya pulang 3 bulan 7 hari sekarang menjadi 1 bulan 12 hari. Itu pun hanya untuk menemui anak angkat kesayangannya dan istrinya saja.

"HEH!"

Lagi dan lagi. gadis itu hanya bisa menghela napas panjang. Dia sangat benci dengan kata-kata itu apa lagi dengan nadanya.

"Udah.. " jawabnya pelan.

Menit berlalu sudah tak ada suara dan ketukan pintu seperti tadi.

Netra hitamnya melihat ke arah jam weker dan jarum jam menunjukan pukul 06.20 ia merotasi kan bola matanya malas.

"Ck!"

Gadis itu segera pergi ke kamar mandi dan mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Tidak membutuhkan waktu lama gadis itu melakukan ritual itu.

Sekarang dia sudah memakai atribut lengkap dan tentu memakai sweater kesayangannya.

Dia berjalan kearah meja belajar nya, mengemasi buku dan alat tulis yang akan di bawa dan memasukkan ke ranselnya.

gadis itu tak menggunakan bedak atau sejenis nya, dia tidak suka dengan hal semacam itu ribet katanya.

Sekarang gadis itu sudah berada di ambang pitu dapur dengan mata sayu nya yang tengah melihat gambaran keluarga cemara, candaan selalu mendominasi mereka.

Seru banget ya? Kayak nggak ada beban sama sekali. Gue dulu nggak gini pas masih anak tunggal.

Hahaha, tolol. Inget sen.. lo cuman figuran di cerita ini. Bukan pemeran utama-ucap batinnya miris.

Kiara Alteraga-bunda Senja. tak sengaja melihat keberadaan putri bungsu nya yang berada di ambang pintu. Beliau berdeham pelan, sembari menyuapkan apel ke mulut nya.

Keira dan Raga yang menyadari perubahan raut wajah Kiara pun mengerutkan keningnya, ia menoleh dan mendapati Senja yang mematung di ambang pintu.

dan di detik berikut nya raut wajah Raga berubah menjadi datar dan dingin ketika beliau menangkap sosok Senja di indra penglihatan nya.

Namun lain halnya dengan Keira Aldefasyka--kakak tiri Senja. dia malah menampilkan senyum tipis saat melihat senja

"Senja, sini kita makan sama-sama." titahnya dengan nada lembut dan sedikit menyeringai, yang membuat Senja ingin mencabik-cabik wajahnya.

Renjana ; Goresan TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang