5. DUA SEKTE, BUKAN DUA HATI

291 19 2
                                    

"Terbangku terlalu tinggi, padahal di atas sana matahari bersinar terlalu terang dan panas. Sayapku akan terbakar jika tak turun, tapi keindahan harapan itu terlampau menggoda."

______________🌹...
______________🌹...

SETIAP sudut diberi hiasan merah darah, lampion-lampion dinyalakan, buah-buahan tersaji di meja-meja panjang dengan banyak kue dan minuman menggiurkan. Tidak ada arak, karena Yun Shen Buzhi Chu melarangnya untuk tersedia. Ah, berbeda dengan seorang pria mungil ber-hanfu hitam-merah yang berjalan santai sambil memainkan seruling Chen Qing.

Tidak ada yang berani melarangnya menikmati Tian Zi Xiao di area Yun Shen Buzhi Chu kecuali Lan Qiren. Namun, si tua nan cerewet itu sibuk menjamu para tamu dari sekte-sekte lain. Mengharapkan para murid untuk mengawasi si mantan dukun centil ini? Oh, tidak akan berhasil. Bagaimana bisa berani jika yang menyediakan Tian Zi Xiao adalah yang mulia Han Guang Jun sendiri? Hahaha...

Glek glek glek, "aaahh...segarnya minuman duniawi ini, ihiii~" siapa lagi pemilik kikikan centil jika bukan si Yiling Laozu tadi?

Wei Wuxian mengangkat bahu acuh saat berpapasan dengan beberapa kultivator muda dari Jin Lin Tai. Jika disapa, dia akan menyahut ceria, setelahnya akan pergi begitu saja. Pemuda tersebut hanya malas mengobrol dengan para dedemit mirip merak sombong. Semua orang di sana terlampau angkuh untuk Wei Wuxian yang sifat songongnya masih tersegel (atau sudah terbuka?). Ah, sudahlah.

Langkah Wei Wuxian yang seringan kapas membawanya ke hutan bambu belakang Jingshi. Setengah rambut yang diikat tinggi langsung tenang, tidak melompat-lompat lagi seperti tubuhnya. Mata menyipit, menduga-duga siapa gerangan yang duduk menimang kelinci.

"Ungu seperti ubi, putih seperti mayat hidup, muka julid seperti Jing Yi," Wei Wuxian mengusap dagunya sok serius. Hah! Berpikir adalah hal menyebalkan untuknya, jadi dia berjalan cepat ke arah makhluk ungu tadi.

"Kau siapa bisa berada di kebun kelinciku?" Bukan bermaksud tidak ramah, tapi Wei Wuxian merasa kurang suka jika kebun kelincinya dan Lan Wang Ji didatangi orang asing.

Sosok tadi tersentak, kelinci putih mungil langsung melompat pergi dan bergabung dengan kawanannya. Wei Wuxian menyipitkan mata, berjalan semakin maju dan mendongak dari undakan bawah.

"Siapa kau? Apa Lan Zhan mengenalmu?" Telunjuk Wei Wuxian mengacung, bibirnya manyun lucu dan Tian Zi Xiao terabaikan di dekat kaki.

Orang yang ditanya justru mematung. Angin dari sela-sela bambu mendatangkan kesejukan, sekaligus kesesakan dari pihak yang enggan menjawab. Helai rambutnya tersibak angin, menampilkan raut wajah angkuh sekaligus berwibawa.

"Wei--"

"Wei Ying." Suara orang asing tadi terhempas satu panggilan dari Lan Wang Ji. Pria serba putih itu berjalan anggun, Bichen tergenggam di tangan kanan, tangan kiri meraih pinggang kekasihnya.

"Ah, Lan Zhan!" Si manis merespon ceria, "maaf mungkin tadi aku tidak sopan pada tamu. Tapi, apa orang ini sudah izin untuk kemari?"

Lan Wang Ji melirik Wei Wuxian dengan mata sayu yang indah. "Sudah izin."

"Ooh, baiklah. Salahku tadi bicara tidak ramah." Pemilik senyuman semanis madu itu menyodorkan tangan yang tidak memegang Chen Qing, "halo, aku Wei Wuxian, kekasihnya Han Guang Jun. Maaf tadi aku membuatmu tidak nyaman."

Lan Wang Ji hanya menonton, bibir terkatup menunggu respon si tamu. Orang tadi ikut diam, tapi ada embun di matanya yang bergetar. Wei Wuxian tidak melihat itu dengan jelas.

"Namaku...aku ini..."

Wei Wuxian merengut, dia menoleh pada Lan Wang Ji. "Lan Zhaaan~ aku sudah minta maaf padanya. Tapi dia mungkin marah. Kau saja yang beritahu aku namanya."

PERNAH BAHAGIA (WangXian - ??)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang