Chapter 2

38 7 3
                                    

Masanya telah tiba,masa dimana paling dihindari oleh Fara. Ya,sesuai dengan keputusan papanya,Fara tak bisa menolak,apalagi berontak. Padahal kemarin sempat terpikirkan di kepala gadis cantik itu untuk kabur dari rumah,pergi sejauh mungkin dan tidak ingin kembali. Tapi apa daya,sebagai anak yang notebenenya beban keluarga,yang apa-apa selalu pemberian dari papanya,Fara rasa pilihan untuk kabur itu sama saja dengan cara bunuh diri.

"Woi ngelamun aja lo"

Tegur seseorang yang bahkan Fara tidak ingin melihat wajahnya.

"Nih gue beliin roti kesukaan lo" Cowo itu terlihat menyodorkan sebungkus roti padanya,tapi dengan cepat ditepis oleh cewek tersebut.

"Buset,yaudah kalo ga mau" Ujarnya, lalu kemudian melahap roti tersebut dengan santai.

"Lo kenapa kuliah di kampus gue juga sih?!"

Dafa mengernyitkan dahinya,"Salah emang?"

"Harusnya lo gak usah kuliah,mending lo bantuin nenek gue ngurusin taman bunganya!"

Dafa terkekeh kecil, "Sekiranya ada tawaran buat kuliah? Why not?"

Fara memalingkan wajahnya ke arah luar jendela,kereta yang ditumpanginya melaju semakin cepat meninggalkan kota tempat kelahirannya itu.

"Sesampe disana,lo jangan ngintilin gue. Gue ga perlu dijagain sama lo"

"Lo lupa kalo gue dapet amanah dari bokap lo?"

"Lo jadi orang ga usah jujur-jujur amat bisa kan? Lo ga musti jalanin perintah papa gue Daf!"

Dafa melirik kearah luar jendela,hening sejenak sampai kemudian cewek dihadapannya itu kembali bersuara.

"Gue gamau tau,lo pokoknya bo'ong aja sama bokap gue misal ditanyain apa-apa. Gue ga mau tinggal di kost yang deketan sama lo,gue udah booking kost an lain yang deket sama kampus"

"Far,lu bisa ga sih sekali aja gitu akur sama gua?"

Fara berdecih,"Akur? Akur kata lo? Sampe kapanpun gue gabakal bisa akur sama lo"

"Kenapa,gue salah apa sih sama lo?"

"Salah lo banyak,lo napas aja salah bagi gue Daf"

Dafa menghela napas panjang,dari bertahun-tahun sejak mereka TK beginilah kurang lebih obrolan mereka. Tak pernah akur,ada saja hal yang didebatkan,dan tentu saja Dafa yang akan selalu jadi orang yang tersalahkan.

"Bokap lo udah ngasih amanah sama gue,gue ga bisa gitu aja lepas dari tanggung jawab"

"Lo tuh aslinya mengcaper aja kan sama bokap gue?! Apa sih yang lo cari dari keluarga gue hah? Harta? Lo pikir dengan dapet kepercayaan kakek gue,bokap gue,dan seluruh anggota keluarga gue,lo bisa gitu ambil alih seluruh aset keluarga gue?"

Dafa yang mendengarnya hanya mengulas senyum tipis "Pola pikir lo picik banget Far"

"Memang kenyataannya kayak gitu kan?!" Sahut Fara dengan nada tinggi.

"Kecilin volume suara lo bisa? Malu sama orang-orang" Tegur dafa saat meliat penumpang sebelah mereka tampak menoleh sambil memasang raut wajah tak bersahabat.

"Bodo amat" Sahutnya.

"Far,denger ya. Terserah lo mikir konspirasi aneh atau tuduhan-tuduhan aneh yang ada di pikiran lo,yang jelas gue ga kayak lo pikirin" Ujar Dafa,lalu kemudiaan menyumpal earphone ketelinganya.

Gadis yang duduk dihadapannya itu memalingkan wajah kejendela dengan raut wajah yang tak bersahabat.

"Marah-marah mulu tar cepet keriput" Canda Dafa dengan sorot mata yang masih setia memandangi gadis dihadapannya itu.

"Bodo" Sahutnya kesal.

---●●---

Perjalanan 3 jam,akhirnya mereka tiba di kota yang dituju. Seturun dari kereta,Fara tampak berjalan lebih dulu di depan Dafa. Gadis itu dengan langkah cepat menggiring koper warna cokelat miliknya,dengan sebuah boneka amigurami yang tampak dia tenteng ditangannya.

"Dah gede masih bawa boneka" Celetuk Dafa seraya terkekeh.

Gadis itu tampak berhenti tiba-tiba,lalu menoleh ke arah belakang.

"Lo jangan ngikutin gue,kita pisah disini" Ujarnya dengan penekanan di akhir kalimat.

"Yakin?" Dafa tersenyum licik.

"Yakin lah,udah sono pergi!" Usirnya seraya memberi gesture tangan mengusir.

Dafa menuruti gadis tersebut,dia tampak berjalan meninggalkan Fara. Fara pun tersenyum lega,lalu kemudian merogoh jaletnya untuk mengambil ponselnya. Tapi demi apa ponselnya tidak ada disana,dia mencoba mencari sampai ke dalam tasnya,hasilnya nihil. Ponselnya sudah hilang apa gimana?

Fara merutuki dirinya sendiri,kalo ponselnya hilang gimana caranya dia ngeliat lokasi kost yang di share oleh Gina,sahabatnya.

"Kenapa lu?" Suara seseorang dari jauh,tidak usah ditanya itu siapa.

Fara tak menghiraukan,tanganya masih sibuk merogoh saku-saku jaketnya.

"Fara!" Panggil Dafa yang kini mungkin jarak mereka sekitar 25 meteran.

Fara menoleh dengan jengah,dan alangkah kagetnya dia ketika melihat ponselnya sedang di acungkang tinggi-tinggi oleh cowok tersebut.

"Nyari ini ya?" Ujarnya dengan senyum mengejek.

"Oy kembaliin hp guee!!"

Dafa tak memperdulikan,dia melanjutkan langkah kakinya dengan senyum puas terpampang di wajahnya. Ponsel Fara sengaja dia ambil ketika cewe tersebut ketiduran di kereta tadi. Dafa tau Fara tak akan bisa berkutik tanpa ponsel pintarnya itu. Untuk tipe pelupa seperti Fara,jangankan nomor telepon keluarga,nomor telepon dirinya saja dia tak hapal. Dipastikan dia akan panik jika tanpa Ponsel di tangannya.

"Kembaliin hp gue woii" Teriak cewek itu dengan sedikit berlari untuk mengejar Dafa.

"Lo gaada pilihan,ikut gue ato hp lo ga bakal gue kembaliin"

"Dafa gilaaa" Teriak Fara.

Itulah akal busuk Dafa supaya Fara ikut dengannya. Bisa-bisanya Fara tak sadar bahwa ponselnya diam-diam diambil.

"Dasar licik!" 


"Dasar licik!" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hai hai,gimana chapter ini? Jangan lupa tinggalkan jejak yaa!♡ - with luv,Aurysthela

𝟖 𝐥𝐞𝐭𝐭𝐭𝐞𝐫𝐬 [𝐎𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang