Fara merebahkan diri diatas kasur kamarnya,tatapannya kosong memandang langit-langit kamar. Saat setengah jam yang lalu,si Gina sahabatnya itu menelpon. Bak radio rusak,Gina merutuki kelicikan Dafa yang diceritakan oleh Fara.
"Gagal total gue sekost sama Gina" Keluhnya. Padahal sudah dari lama Fara membayangkan betapa serunya jika bisa tinggal bareng sahabatnya itu,tapi semuanya sirna begitu saja.
"Drttt drttt drttt"
sebuah panggilan masuk,dan disana nama Dafa terpampang nyata. Tanpa pikir panjang pun Fara langsung nge-deny panggilan tersebut.
"Ni curut kenapa sih?!" Kesal Fara ketikan Dafa masih saja menelponnya hingga berkali-kali.
"Oy Far,lu udah tidur apa gimana?" Suara seseorang dari depan pintu kamar.
Fara berdecak,"Pake disamperin segala"
Bak mengetuk pintu ingin menagih hutang,begitulah yang dilakukan Dafa.
"Kenapa sih?!" Fara berujar sambil membuka pintu.
Dan begitu membuka pintu Fara langsung di sodorin dengan 1 bag makanan.
"Laper kan? Makan dulu sebelum tidur"
"Ga perlu,gue bisa pesen gofood sendiri" Tolak Fara seraya menyerahkan kembali bag makanan tersebut.
"Lagi ujan noh,kalo mau nungguin makanan lo nyampenya berjam-jam ya silakan si" Cuek dafa tak ambil pusing,laki-laki itu bersiap ingin beranjak pergi.
Cuaca memang sedang Hujan,ditambah lagi sekarang sudah sekitar jam 7 malam,pastinya agak sulit mendapatkan driver gofood disaat-saat seperti ini.
"Daf..."
Dafa yang baru berjalan beberapa langkah pun berhenti,
"Apa susahnya sih tinggal makan aja gitu loh" Dafa menyerahkan kembali bag makanan tersebut.
Gadis itu melirik isi dari bag makanan,dan memperhatikannya secara seksama
"Sama-sama" Dafa berujar sarkas,jujur dia heran dengan gadis dihadapannya ini,sangat sulit sekali mendengar kata maaf,terimakasih,dan tolong keluar dari mulutnya.
Fara memutarkan bola mata dengan malas,"Udah sono pergi"
Tanpa mengucapkan apa-apa Dafa pun beranjak pergi,dan tampak dari atas sini laki-laki tersebut berlarian melewati derasnya hujan untuk sampai ke kostnya.
"Muak gue sama orang sok baik kayak elo Daf"
---●●---
"Serasa jadi tuan putri banget kan tu bocah" Celetuk Adam seraya menyesap kopi susu miliknya.
"Yagitulah Dam,tugas gue makin berat aja" Sahut dafa seraya mengeringkan rambutnya menggunakan handuk
"Lu sih kenapa langsung setuju-setuju ae sama bokapnya dia"
Dafa hanya mengulas senyum,"Ini juga salah satu cara gue berterimakasih sama keluarga dia Dam"
"Tapi kan lo-"
"Udah gaada tapi-tapi an,gue ikhlas koq ngelakuin amanah om Imran"
"Terserah elu si ngab,tapi jagain cewek keras kepala gitu apa ngga susah di elu Daf" Adam turut prihatin dengan sohibnya itu.
"Justru itu,gue jadi tertantang buat ngilangilangin keras kepala tu cewek"
"Aga laen lu,klo gue jadi lu mah mending bodo amat lah"
Begitulah percakapan 2 sohib itu,diakhiri dengan keheningan dan asik dengan pikiran masing-masing.
---●●---
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟖 𝐥𝐞𝐭𝐭𝐭𝐞𝐫𝐬 [𝐎𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠] ✅
Fanfiction"Lu bisa nggak sih pergi jauh-jauh dari hidup gua?" "Kalo gue bilang nggak bisa,gimana?"