Charlotte menyetir Volkswagen Beetle nya dengan kecepatan rendah menuju flat nya. Beberapa kali dia memaki kesialan yang menimpanya hari ini. Terlebih lagi kedua tangannya di borgol dan luka di lututnya belum di bersihkan. Saking tidak sabar menyetir mobilnya, Charlotte dengan sengaja menginjak pedal gas dan membuatnya hampir menabrak pembatas jalan. Ia juga hampir menabrak seekor anjing yang tiba-tiba menyebrangi jalan di depan mobilnya dan membuat Charlotte membanting stir ke kanan dan menabrak trotoar.
"Brengsek!" Maki Charlotte saat merasakan mobilnya terlalu miring ke kiri. Kemudian ia keluar dari mobilnya dan menendang pintu pengemudi dengan sengaja. "Astaga cobaan apalagi ini!" Pekiknya kesal saat melihat kedua ban mobil kirinya bocor. Untungnya hujan belum turun.
Dengan langkah gontai dan kepala pusing, dengan terpaksa Charlotte meninggalkan mobilnya dengan keadaan terkunci dan berjalan kaki menuju flat nya yang hanya tinggal berjarak beberapa meter lagi.
Ia mendekap erat ranselnya dan berjalan sepanjang trotoar. Sebelumnya, ia sudah menghubungi Louis untuk mengantarkan kunci pembuka segala jenis borgol yang dia punya ke flat nya. Mr. Maxwell menyiapkan sebuah flat yang standar untuk Charlotte.
"Akhirnya sampai juga." Kata Charlotte pelan saat sudah sampai di depan gerbang flat yang terbuka. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu setengah jam untuk sampai di flat nya, karena kesialan hari ini menjadi dua jam.
TIN TIN TIN TIN
Charlotte kaget saat di rasakannya suara klakson mobil tepat di belakangnya. Ia pun sedikit terpekik dan membalikkan badannya ke belakang dan matanya terbelalak kaget melihat mobil Audi TT berwarna silver seperti milik Harry. Ia berharap agar di pengemudi mobil adalah orang lain. Audi TT bukan Harry saja yang mempunyainya. Pekik Dewi batin Charlotte.
Charlotte segera menyingkir dari jalannya dan menatap tajam kaca mobil pengemudi. Tiba-tiba kaca mobil pengemudi turun dan memperlihatkan si pengemudi mobil, seketika itu juga mata Charlotte yang tadinya menatap tajam sekarang berubah menjadi tatapan kaget.
"Jangan pernah menghalangi jalan utama, nona Tomkins." Kata si pengemudi mobil dan langsung menyetir mobil nya ke dalam pelataran flat meninggalkan Charlotte yang masih mematung berdiri di dekat gerbang. Rasa kesalnya seketika hilang.
Itu Harry!. Pekik Charlotte sedikit girang dalam hati. Tampilan Harry tadi sangat acak-acakkan meskipun masih ada kacamata tebal yang bertengger di hidungnya.
"Harry mengetahui nama belakang ku?" Tanya Charlotte bertanya pada dirinya sendiri, ia merasakan bagian bawahnya berkedut mendamba. Hatinya sedikit menghangat di kala Harry mengucapkan nama belakangnya, meskipun dosen itu mengucapkannya dengan nada datar. "Persetan! Aku semakin tidak nyaman dengan celana ini!"
Charlotte segera berjalan dengan langkah lebar memasuki gedung flat nya, tanpa menghiraukan beberapa orang yang melihatnya dengan tatapan aneh ke arah tangannya yang di borgol. Ia berfikir dan menebak-nebak apa yang di lakukan Harry di flat ini. Apakah dia tinggal disini atau mengunjungi flat seorang teman, tapi sepertinya seorang Harry tidak mungkin tinggal di flat yang standar seperti ini.
Ia benar-benar harus menghindari Harry jika tidak ingin bagian sensitive nya berkedut terus.
Charlotte memasuki sebuah lift dan dia segera memencet tombol angka tujuh dengan susah payah. Baru saja ia ingin memencet tombol untuk menutup pintu lift tiba-tiba terdengar teriakan seorang pria. "TUNGGU!" Charlotte memaki dirinya dalam hati karena kebodohannya menuruti teriakan itu.
Ia baru sadar saat teriakan itu adalah milik dosennya.
Mereka hanya berdua di dalam lift itu. Charlotte terus menatap ke bawah melihat sepatu converse nya yang warnannya sudah pudar karena terlalu sering di cuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIMADONA
Fanfiction❝Guns, Missions and Passion are My Expertise.❝ Charlotte is an intelligence agent who receives a mission to protect the American Vice President's daughter. Disguised as a student and get some messages of terror smelling things nasty and vulgar. Sen...