Charlotte merasakan kepalanya berdenyut nyeri, lantai ia perlahan-lahan membuka matanya dan mengumpulkan kesadarannya penuh. Ia sadar, jika ia sekarang tidak berada di flatnya, ia berada di flat milik Louis, teman kantornya. Charlotte mengambil jam digital yang berada di nakas dan melihat sudah pukul delapan pagi. Ia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dan memijat
Tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan Louis yang masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan perak berisi sarapan untuk Charlotte. Ia sedikit mengeluh melihat Louis membawa segelas susu putih untuknya.
"Selamat pagi, princess." Louis memberikan segelas susu yang dia bawa pada Charlotte, sedangkan Charlotte menerimanya dengan setengah hati.
"Pagi, Louis. Kau tahu, aku benci panggilan itu." Balas Charlotte sambil memutar kedua bola matanya. Ia langsung meminum susu itu sampai habis tidak tersisa tanpa bernafas. Ia tidak berani jika menolak pemberian Louis.
Louis duduk di pinggir ranjang dan mengambil remote untuk menyalakan tv. Terlihat sebuah berita tentang penembakan berencana kemarin siang di Café tempat Charlotte celaka.
"Oh ya! Bagaimana dengan Vannesa?!" Tanya Charlotte pada dirinya sendiri dengan nada suara panik. Ia tidak bisa membayangkan, jika Vannesa terluka terlalu parah dan Mr. Maxwell tau kerjadian itu, ia akan langsung di berhentikan secara tidak hormat menjadi agen intel.
Louis langsung membekap mulut Charlotte yang mengeluarkan banyak makian untuk memaki dirinya sendiri. "Hei, Charlotte! Tenanglah, Vannesa baik-baik saja." Ujarnya menenangkan.
"Baik darimana?! Jelas-jelas aku kemarin melihatnya sebelum pingsan ada darah yang mengalir di pelipisnya, Louis!" Nafas Charlotte terengah-engah setelah mengatakan itu.
"Dia sudah keluar dari rumah sakit tadi pagi, Mr. Maxwell yang memberitahukan info itu padaku. Mr. Maxwell memberimu peringatan elang." Jelas Louis memberitahu Charlotte.
Charlotte yang mendengar penjelasan Louis hanya bisa menghela nafas pasrah. Sudah terjadi, dan ia memang harus menyesalinya. Charlotte memakan sarapannya dengan terburu-buru melihat matahari sudah semakin naik, ia tidak ingin melewati mata kuliah Manajemen Bisnisnya. Sampai di kampus nanti, ia harus cepat-cepat mengecek Vannesa hadir atau absen di kelas nanti.
"Dimana ponselku?" Tanya Charlotte lalu bangkit dari tempat tidur dan memakai sandal bulu kelincinya.
"Ada di nakas."
Charlotte langsung mengambil ponselnya yang ternyata tidak rusak dan masih bisa nyala, hanya saja ada beberapa goresan di layar ponselnya. Setidaknya masih berguna, aku akan mengganti nomor. Batin Charlotte.
***
Lima Belas menit yang lalu Charlotte sudah sampai di kelasnya. Ia duduk di meja paling belakang untuk melihat satu persatu mahasiswa dan mahasiswi yang masuk ke dalam kelas. Hari ini, Charlotte tampil acak-acakan, ia hanya memakai celana jeans belel, converse milik Louis yang sudah kekecilan, dan kaus oblong miliknya yang pernah tertinggal di lemari Louis. Apalagi, wajahnya sangat terlihat pucat, untungnya dia membawa baby lips di ranselnya.
Mata kuliah Mr. Felton yaitu Manajemen Bisnis akan di mulai lima menit lagi, tapi tanda-tanda kemunculan Vannesa dan teman-teman satu gengnya belum terlihat.
"Hai, Charlotte."
Charlotte yang sedang bercermin di ponselnya langsung tersentak kaget karena suara Liam yang terlalu tiba-tiba di depannya, apalagi pria itu duduk di menghadapnya dengan jarak yang begitu dekat.
"Astaga, Liam! Kau mengagetkanku." Balas Charlotte kesal sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. "Sedang apa kau disini? Kelas ku akan di mulai beberapa menit lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIMADONA
Fanfiction❝Guns, Missions and Passion are My Expertise.❝ Charlotte is an intelligence agent who receives a mission to protect the American Vice President's daughter. Disguised as a student and get some messages of terror smelling things nasty and vulgar. Sen...