iii. affection

224 29 0
                                    

Perempuan dengan rambut hitam selengan itu baru saja menginjakkan kaki di rumah setelah sejak pagi disibukkan dengan kegiatan workshop florist

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan dengan rambut hitam selengan itu baru saja menginjakkan kaki di rumah setelah sejak pagi disibukkan dengan kegiatan workshop florist. Alasan dia mengikuti workshop itu adalah karena workshop tersebut diadakan oleh idolanya di dunia perbungaan, Qorry Tanuwijaya, seorang florist sekaligus selebgram ternama.

Setelah mencampakkan barang bawaannya ke kasur, Amara beranjak ke balkon.

Kilatan-kilatan putih di langit tampak merekah di antara gumpalan awan kelabu. Dari tempat Amara berdiri, kilatan-kilatan itu terlihat seperti naga yang sedang melesat kesana kemari.

Tak berselang lama kemudian, gumpalan kelabu tersebut menjatuhkan rintik demi rintik yang berhasil membuat jalanan di bawahnya menjadi basah. Seketika, udara yang berhembus pun mulai terasa jauh lebih dingin daripada yang sebelumnya. Kendati demikian, Amara masih betah berdiri di balkon kamar. Menikmati semilir angin yang tidak berhenti menerpanya.

Saat sedang menikmati hujan, tiba-tiba pandangan Amara jatuh pada motor yang baru saja berhenti di depan gerbang rumahnya. Kedua alisnya ikut mengernyit saat matanya memicing, berusaha memastikan siapa yang datang ke rumahnya setelah menerobos hujan. Saat netra keduanya bertemu, Amara langsung berseru, "Arga?"

Arga yang masih mengenakan helm jelas tidak bisa mendengar seruan Amara terlebih di pendengaran hanya dipenuhi dengan suara hujan. Maka dari itu, Arga pun melambaikan tangan. Meyakinkan gadis itu kalau dia benar-benar datang menerobos hujan untuk menemuinya.

Melihat itu, Amara pun langsung berlari keluar dari kamar, dan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Sebelum tangannya mencapai knop pintu rumah, dia menyempatkan untuk menggapai payung yang memang selalu tersedia di dekat pintu masuk. Begitu payung mengembang, gadis itu berlari lagi untuk menghampiri Arga yang sudah melepas helm dari kepalanya.

Setelah memastikan payung bawaannya telah melindungi pemuda itu, Amara pun mulai angkat bicara, "Kok—"

Tangan Arga terulur ke tangan Amara yang kala itu memegang gagang payung, membuat gadis itu membeku dalam sepersekian detik. "Aku lega kamu baik-baik aja," kata Arga dengan senyum lega yang terkembang di bibirnya.

Amara cepat-cepat mengalihkan pandangan lalu menghela napas pendek. "Kita ngobrol di dalam aja."

Begitu masuk ke dalam rumah, Amara langsung menyarankan Arga untuk mengeringkan diri di kamar mandi terlebih dahulu. Gadis itu juga membawakan pakaian kering miliknya yang berukuran besar pada Arga. Sementara Arga mandi, Amara menyibukkan diri di dapur untuk menyeduh cokelat hangat dan memanggang roti.

"Amara, ada yang bisa aku bantu?"

Suara itu jelas berhasil membuat gadis yang sedang menata roti di piring itu tersentak kaget. Begitu membalikkan badan, dia langsung mendapati Arga berdiri tepat di belakangnya dengan hoodie oversize miliknya dan celana training milik adiknya yang memang oversize. Pemuda itu tampak lebih segar.

Hi Hello, Humble!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang