v. wishing we were more than friend

153 17 0
                                    

Minggu ini, pendaftaran ujian seminar proposal gelombang pertama akan segera ditutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu ini, pendaftaran ujian seminar proposal gelombang pertama akan segera ditutup. Beberapa dosen penguji menjanjikan nilai A untuk mahasiswa yang mengikuti ujian seminar proposal gelombang pertama tersebut. Demi nilai A yang telah dijanjikan, Amara pun berusaha untuk mengejar ujian pada gelombang itu. Gadis itu harap-harap cemas karena nyatanya Pak Sumardi yang tidak lain adalah dosen pengujinya masih saja terus merevisi proposalnya, bahkan hingga kemarin. Menurut beliau, pembahasan yang diulas Amara masih terlalu umum, ada beberapa yang masih rancu, dan belum berpusat pada judul yang telah dipilih.

Padahal sebelumnya sudah berkali-kali direvisi. Tentu saja hal itu membuat Amara pusing tujuh keliling.

Hari ini, dia kembali melaksanakan bimbingan karena Pak Sumardi yang memintanya. Gadis itu sangat gugup mengingat ini adalah kesempatan terakhirnya untuk maju ke ujian seminar proposal. Tak dapat dipungkiri dia mulai merasa putus asa karena keheningan yang meliputinya sejak awal Pak Sumardi membuka lembaran pertama proposal revisinya.

Setelah lama menilik hasil revisi tersebut, pria berkacamata itu menghela napas. Ada perubahan riak wajah yang membuat Amara menahan napas selama beberapa detik sebelum dia ikut membuang napas.

Karena riak itu tak terdefinisikan oleh Amara sehingga jelas saja itu membuatnya merasa cemas.

"Menurut saya, ini udah oke. Berhubung waktunya udah mepet, abis ini kamu langsung aja gas daftar. Move like a flash."

Mendengar itu, senyum di bibir Amara kontan merekah sempurna. Cemas yang sedari tadi menggelayutinua kontan sirna tanpa sisa. Kedua matanya terasa panas, dan pandangannya mulai buram, tetapi dia berusaha menahan agar genangan di kelopak matanya itu tidak tumpah pada saat itu. "Baik, Pak! Terima kasih banyak."

Selesai saja proposalnya ditandatangani, gadis itu pun menyalami dosen pengujinya. Barulah setelah itu dia keluar dari ruangan tersebut dengan senyuman yang setia terpatri di bibirnya. Dia cepat-cepat menuju ke ruangan Bu Irma untuk mendaftarkan diri mengikuti ujian seminar proposal gelombang pertama.

Akhirnya, setelah lama bergumul di dalam lumpur bernama revisi, dia bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian seminar proposal pada gelombang pertama yang telah diincarnya.

Nilai A terasa benar-benar di depan mata, dan akan segera masuk dalam genggaman.

Gadis itu kemudian langsung bergerak cepat menuju ke ruang Tata Usaha untuk mendaftarkan diri.

Usai dengan urusan pendaftaran, gadis itu langsung melipir ke perpustakaan guna menenggelamkan diri dalam tumpukan buku, dan mematangkan persiapannya untuk menghadapi ujian yang memang telah ia tunggu-tunggu sejak lama.

Amara baru menegakkan leher setelah hampir empat jam belajar. Itu pun karena matanya sudah mulai terasa lelah, dan lehernya sudah mulai terasa pegal. Ia lantas melakukan peregangan sembari menguap lebar.

Hi Hello, Humble!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang