iv. i guess i'm in love

176 20 0
                                    

Amara sedang memasukkan roti panggang ke dalam kotak bekal saat adik bungsunya tahu-tahu keluar, dan mendekatinya dengan wajah khas baru bangun tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amara sedang memasukkan roti panggang ke dalam kotak bekal saat adik bungsunya tahu-tahu keluar, dan mendekatinya dengan wajah khas baru bangun tidur.

"Buat aku mana?" Anak lelaki itu mengucek mata, dan menguap lebar.

"Bikin sendiri, gih."

Wajah Saddam langsung masam. Bibirnya maju lima senti. "Yaudah, nggak jadi."

Dia lantas berbalik badan, tetapi sebelum benar-benar melangkah, Amara langsung berkata, "Dih, ambekan... Tuh, di bawah tudung saji."

Mendengar itu, Saddam kembali memutar badan dengan wajah semringah. Kedua mata bundarnya tampak berbinar saat tangannya menyibak tudung saji, dan mendapatkan beberapa lembar roti bakar bertumpuk di sana, lengkap dengan segelas susu yang masih hangat.

"Kakak udah makan?" tanya Saddam setelah dia menenggak susu buatan sang Kakak.

"Udah, kok."

"Berarti ini buat aku semua? Aku habisin, ya?"

"Iya. Kakak udah masak juga. Kali aja kamu mau sarapan nasi, tapi kalau buat makan siang juga boleh, sih."

"Mimpi apa, deh?" seloroh Saddam sambil menatap sang Kakak curiga. Pasalnya dia sangat mengetahui Amara bukan tipe yang akan menyiapkan lebih dari satu macam makanan dalam satu waktu. Amara sangat mencintai kepraktisan alias tidak mau ribet.

Amara tak menjawab, hanya berdecak pelan. Begitu roti panggangnya masuk semua, Amara langsung menutup kotak bekal tersebut.

"Mau ke mana?" Saddam kembali bertanya. "Ke kampus, apa ke studio?" Pemuda itu memastikan.

"Nggak tahu," jawab Amara santai. Tak menatap ke Saddam, hanya menatap barang di tangannya sambil tersenyum lebar.

Terlihat menyeramkan. Saddam yakin, anak kecil manapun pasti akan langsung menangis begitu melihat wajah sang Kakak.

Tatapan Saddam kemudian memicing. Kecurigaannya kian melonjak. Pasalnya, Amara jelas berbeda dengan Saddam yang kehidupan sosialnya berwarna-warni, perempuan itu lebih terkenal no life. Hidupnya tidak jauh-jauh dari rumah, kampus, dan studio. Daripada nongkrong di luar, Amara, dan teman-temannya lebih sering nongkrong di rumah, di kampus, dan di studio. Hanya sesekali, jika benar-benar butuh suasana baru, barulah mereka keluar dari zona-zona itu. Jadi, jawaban Amara tadi jelas saja membuat Saddam curiga sekaligus penasaran.

"Kenapa, sih?"

"Kakak mau ke mana?"

"Nge-date," jawab Amara enteng yang sontak membuat adiknya itu tertawa mendengkus. Gadis itu langsung mengerutkan kening. Dia jelas merasa terhina dengan tawa yang sarat akan ledekan tadi. "Heh! Maksudnya apa ketawa kayak gitu?"

"Oh, udah move on dari si Bagas nih ceritanya?"

Kedua mata Amara sontak membola. "Dih! Aku udah move on dari dua tahun yang lalu, ya! Enak aja..."

Hi Hello, Humble!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang