Istirahat telah usai kini pembelajaran pun berlanjut kali ini Kelas XI IPA 1 dalam suasana hening hanya terdengar suara guru yang menjelaskan materi.
Liona yang awalnya mengantuk kini menegakkan badannya saat matanya tak sengaja melihat seorang memegang sebuah senapan yang mengarah pada dirinya. Orang itu berada di gedung gym sebelah sekolahnya yang kebetulan memiliki roof top dan memang sejajar dengan kelasnya yang berada dilantai 3.
"Sial bagaimana mereka tau gue ada dikelas ini" kata batin liona yang mulai resah
Liona mulai menuliskan sesuatu di kertas lalu ia menyobeknya dan menyerahkan pada devin yang berada didepannya. Kertas itu bertuliskan "berlindung dibawah meja ketika gue menggebrak meja! Sebarkan!!"
Devin menoleh ke arah liona seakan bertanya namun ia tak bersuara ia cukup tau dengan situasi ini. Liona hanya melirik melalui ekor matanya ke arah sniper itu. Devin yang peka juga melakukan hal yang sama, ia hanya melirik sekilas.
Semua murid dalam kelas mencoba biasa saja walaupun Mereka sebenarnya khawatir karena ini menyangkut nyawa seseorang. Liona terus fokus melihat kearah sniper itu melalui ekor matanya ia harus berhati-hati dan tidak boleh gegabah karena nyawanya sedang dalam bahaya.
Melihat sniper itu mengambil ancang-ancang menembak.
Brakk!!
liona langsung memukul meja dengan keras.
Semua murid langsung berlindung dibawah meja.Prankk
Bunyi pecahan kaca membuat para murid tanpa sadar menutup mata mereka. Guru yang menjelaskan didepan mematung ia tentu terkejut melihat liona yang mengebrak meja lalu semua temannya langsung berlindung di bawah meja dan tak berselang lama jendela kelas yang pecah.
"Semuanya tenang kita keluar dari kelas ini tapi jangan berdiri oke" ucap liona menginstruksikan kepada teman sekelasnya.
Semua hanya menurut saja mereka takut sniper menembakkan peluru lagi karena tidak ada yang berani mengintip ke gedung sebelah. Apakah orang itu sudah pergi atau masih memantau? Jadi lebih aman mereka keluar kelas terlebih dahulu saja.
Liona menjadi orang terakhir yang keluar dari kelas. Suasana dilantai tiga sangat ramai, semua yang berada dilantai tiga sudah keluar saat mendengar suara yang memekakkan telinga.
Kini semua mata tertuju ke arah liona yang kondisinya sangat memperihatinkan. Banyak luka gores di tubuh liona karena ia yang paling dekat dengan jendela yang pecah.
"Kenapa?" Liona menatap teman sekelasnya bingung karena mereka melihat dengan begitu intens.
"Na dahi lo berdarah lo gak ngerasa apa gimana?" Bima menunjuk dahi liona yang berdarah cukup parah.
"Ini cuma luka kecil gak usah risau"
"Luka kecil lo bilang? Lo gak liat tubuh lo punya banyak goresan na" Alena tak habis pikir dengan teman barunya ini.
Sudah jelas luka liona cukup parah dan dia dengan santainya berkata seperti itu."Ayo na kita ke UKS obati luka lo itu" ajak Andre
"Gak perlu gue udah biasa" tolak liona
"bahkan gue pernah hampir mati" lanjutnya dalam hati.
Bima langsung menyeret tangan liona dan menyuruh devin mengikuti mereka agar lukanya diobati juga. Bima tau liona tipe orang keras kepala jadi percuma saja menyuruhnya tanpa bertindak itu akan sia-sia.
***
UKSSuasana hening menyelimuti ruang kesehatan dimana bima fokus mengobati liona sedangkan devin ia hanya diam melihat temannya. Luka devin tak terlalu parah hanya ada beberapa goresan kaca pada lengannya.
"Na lo tau darimana sniper itu ada di gedung sebelah?" Tanya devin memecahkan keheningan yang ada
"Gue gak sengaja liat" jawab liona terlihat biasa saja seakan tak terjadi apa-apa
Bima dan devin merasa bingung dengan sifat liona, mereka kira liona akan takut setelah kejadian tadi.
"Lo gak takut gitu na secara kan lo yang jadi incaran?" Tanya Bima
"Hidup gue dari dulu udah banyak yang ngincar bahkan gue dulu hampir mati" jawab liona
"APA!! Kok bisa?" Bima dan devin menjawab secara bersamaan
"Hehehe biasa aja kali gak usah lebay deh kalian"
"Wah Vin dia bilang biasa aja padahal nyawanya udah sekarat. Dia bego apa goblok?" Bisik Bima
"Kayaknya sih dua-duanya" balas devin dengan berbisik juga
Liona jenggah dengan mereka berdua padahal ia jelas mendengar suara mereka.
"Gak usah bisik-bisik gue denger" liona menatap mereka dengan datar
"Udah lah gue mau pulang dulu bye" liona pergi tanpa menunggu jawaban mereka berdua.
Tapi sebelum menuju parkiran liona menuju ke kelasnya yang sudah kosong ia menuju tembok belakang. Tujuannya hanya untuk mengambil peluru yang tertancap di tembok.
Tak!!
Liona dengan cekatan mengambil peluru itu mengunakan sapu tangannya dan menaruhnya di dalam plastik.
Setelahnya ia langsung pergi menuju tempat seseorang agar bisa menganalisis sidik jari yang terdapat di peluru itu.
Saat sampai ke tujuannya ia langsung saja menuju tempat orang itu.
"Kamu ke sini tanpa mengabari ku?" Tanya pria itu
"Apa yang terjadi padamu?" Pria itu menghampiri liona dengan tatapan khawatir
"Hemm aku ingin kamu menganalisis sidik jari di peluru ini" liona menyodorkan peluru yang ia ambil tadi ke arah pria itu.
"Jawab dulu pertanyaan ku sayang"
"Ada seseorang yang mengirim sniper ke sekolah"
"Sial beraninya mereka menyakitimu"
"Tenanglah aku tidak apa-apa"
"Kau bilang tidak apa-apa saat tubuhmu terluka?" Sungguh emosi pria itu tersulut
Liona langsung saja memeluk pria itu agar emosinya mereda.
"Kamu tak merindukan ku?"
"Aku sangat merindukanmu sebagai gantinya kau harus menginap disini hari ini bagaimana?"
"Aku tidak bisa kau tau aku harus kembali agar kakak ku tak khawatir"
"Baiklah" pria itu terlihat kecewa namun ia tak bisa memaksakan liona.
*******
LIONA YORA DAMIAN
10 April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
dark night (On Going)
RandomLiona Yora Damian seorang gadis yang kembali ke Indonesia untuk membalas apa yang keluarganya perbuat pada dirinya dan ibunya. Ia ingin membalas dendam atas pembunuhan yang di alami ibunya Ia ingin tau kebenarannya dan mengapa ia dikirim keluar neg...