PROLOG

376 8 1
                                    


SenJa itu, huJan turun deras membasahi bumi, awan Gelap berkelabu tampak membuat seisi Langit ikut bersedih. Cuaca yang tadinya Terang Benderang, kini berubah Gelap dan sendu.

Sama sendunya Dengan sorot mata Lelaki berkemeJa hitam itu.

Namun, meskipun Guyuran huJan tersebut melimpah ruah Mengenai tubuhnya, hal itu sama sekali Tidak dapat membuat Tatapan Lelaki itu berpaling dari Nisan dan Gundukan tanah Merah di depannya.

Sebuket Bunga Mawar merah yang tadi ia bawa, kini Teronggok layu dibawah kakinya.

Kuburan itu masih baru, Tanahnya merah dan Bunga yang ditabur masih Sangat Segar di Penglihatan.

Tanpa perlindungan apapun, ia tetap kukuh berdiri, walaupun diterpa Angin dan huJan yang deras. KemeJa hitamnya telah basah seJak beberapa menit yang lalu. Sorot sendunya terus menatap ukiran nama di-nisan tersebut. Tangannya Mengepal kuat, mencoba menahan letupan amarah didalam dirinya.

Namun, rupanya ia kalah Mengendalikan dirinya, Lelaki itu pun bersimpuh didepan Makam tersebut dan Menangis pedih.

"Kita sudah berdamai, tapi kenapa Kamu malah Pergi?"

•••

LakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang