Suara dan Mimpi

7 0 0
                                    

Terror lain yang menimpaku sendiri...

Sore hari menjelang maghrib, aku sedang mencuci pakaian di teras kos, sore itu berganti petang, adzan maghrib sudah berkumandang, hanya ada lampu penerangan dari jalan sempit ini. Fyi, teras kami juga gak ada lampunya.

Saat itu aku sengaja menyelesaikan cucianku yang tinggal bilasan terakhir. So, sejak menjelang maghrib hingga adzan selesai aku tetap melanjutkan aktifitas mencuciku (emang dasar ya, harusnya sholat malah di luar).

Aku masih berkutat mengerahkan tenagaku untuk memeras air dari celanaku. Hingga aku mendengar suara,

“Hii… hii. Hii. Hii. Hiii”

Sangat lirih dan nyata. Aku langsung terdiam dengan tangan yang masih meremas pakaian terakhir. Aku berusaha berpikiran positif,

“Ah mungkin itu anak atas yang sengaja ngerjain aku,”

Meski aku tahu yang sebenarnya ditambah suasana benar-benar hening tidak ada tanda-tanda kehidupan dari mereka. Kebetulan saat itu emang benar-benar aku saja yang disitu. Aku tidak berani mengambil resiko yang bisa menyebabkanku pingsan hanya karena kebodohanku menoleh ke belakang karena suara itu berasal di tepat belakangku.

Aku pun juga merasakan hembusan angin lirih di telinga kananku. Hampir lima menit aku memaku disitu sampai akhirnya tetangga depan kos keluar dari rumahnya dan aku memberanikan diri menoleh kebelakang yang untungnya tak ada siapa-siapa.

Cepat-cepat aku masuk ke dalam, kutinggalkan semua pakaian yang belum aku jemur, karena saking takutnya. Aku memilih diam untuk tidak menceritakan hal ini ke teman-teman. 

Mimpi itu...

Mimpi ini bermula ketika aku sedang pulkam ke kampung halaman.  Semalam sebelum aku kembali ke kota itu aku bermimpi seperti ini:

aku sedang berada di parkiran kampus, tiba-tiba temanku datang dan bertanya

“Kamu ngekos dimana Han?”

“Aku ngekos di gang ini, kos-kos an Bu Wati.” Jawabku.

“Hah? Masa si Han? Bukannya disitu gak ada kos-kos an Bu Wati ya?” tanyanya tidak percaya sambil mengerutkan dahi.

“Ada kok, gang ke dua belok kiri rumah pertama.” Jawabku dengan sedikit ngegas.

Tetapi temanku tetap menyangkal jika disitu tidak ada kos-kos an. Aku benar-benar terkejut saat aku terbangun dari tidurku. Speechless.

Bulan depannya ketika aku pulkam lagi, aku memimpikan hal serupa tetapi kali ini beda orang. Aku sedang membeli makan di warung dekat kos, tiba-tiba seniorku sebut saja namanya Kak Agil yang kebetulan 1 gang dengan kosku, dia datang dan bertanya “Kamu ngekos dimana sih?”

“Aku ngekos di gang X, tempatnya Bu Wati.” Jawabku,

Dan kalian tau jawaban apa yang aku dengar?

“Loh, bukannya disitu gak ada kos-kos an ya?” Jawab Kak Agil.

Aku sampai berdebat lagi dengan orang di dalam mimpi. Dan yang paling membuatku kesal adalah, aku selalu memimpikan hal yang sama disetiap aku hendak balik ke kos itu. In fact, aku sama sekali tidak memikirkan mimpi itu lagi, aku hanya menganggapnya bunga tidur.

Gara-gara mimpi itu, setiap kali aku tiba di depan kos sambil membawa tas yang berisikan pakaian, aku selalu berpikir,

“Ini beneran kos-kos an kan? Kak Angel Real kan? Teman-temanku real kan?” sambil memandangi bangunan itu.

Rumah Kos Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang