Aku ngetik pakai HP, pegelnya minta ampun. Jempolku kayaknya bengkak ini, huwaaaa ... Entah kapan bisa beli keyboard baru, hiks. Karyakarsaku sepi syekali 😔🥺😭
Aku tetap update Rabu ini, karena udah janji sih. Jadi aku berusaha keras, walau ngetik di HP. Untuk alurnya, woles ya. Gak langsung ena-ena terus. Semoga teman-teman masih tetap suka.
Untuk next chapter, mau barter sama 130 vote dan 30 komentar ya. Jangan lupa, vote dan komen ~
***
"Wihii ... ada si Yusuf nih bos. Kita apain dia?"
Sony mencegatku yang sedang berjalan dengan tenang menuju kantin. Setelah seharian kemarin menghabiskan waktu bersama kak Galang, aku jadi makin merasa dekat dengannya --dan sepertinya dia juga begitu. Makanya kak Galang hari ini mengajakku makan bareng di kantin.
Sony, seperti biasa dia berjalan bersama dengan Rafa dan Farhad. Tiga serangkai ini seakan tak terpisahkan. Kemana-mana bareng terus. Ah lupa! Mungkin karena Farhad juga udah nenenin dua orang ini, jadinya ya mereka nempel terus ya.
Aku sekarang lebih berani menatap ke mata Farhad. Malah sebaliknya, dia tetiba memalingkan mukanya saat aku menatap ke arahnya. Meja sudah terbalik. Kini aku punya senjata pamungkas untuk melawan Farhad. Selama ketuanya tak berkutik denganku, dua antek-anteknya ini gak mungkin memiliki kekuasaan yang cukup untuk mengusikku. Kuyakini seperti itu, jadi ...
"Hentikan! Gak usah ngurus anak ini lagi. Kita cari mangsa baru."
Farhad memberikan titahnya saat Sony tetiba ingin mencengkeram kerah bajuku. Dia bergegas menghentikan, karena tahu ancaman apa yang telah kuberikan padanya kalau berani macam-macam.
"Eh, kok gitu bos? Asyikan sama anak ini lah. Kalau perlu, kita bisa nenen..."
"Anjing! Kata gua ganti, ganti. Udah lah cabut. Gak usah ganggu si Yusuf lagi!"
Si Sony memang agak frontal. Dalam hati, aku menyimpan amarahku padanya. Mungkin dia harus diberikan pelajaran juga biar tahu rasa. Nanti-nantilah kupikirkan caranya. Untuk sekarang, aku ingin menemui lelakiku dulu.
Jiakh, lelakiku, ceunah. Kayak yang udah jadian aja. Aku sama kak Galang memang dekat, tapi belum sedekat itu untuk bisa dikatakan pacaran juga. Pacaran? Eh emangnya aku mau pacaran sama cowok? Hii ... kenapa aku jadi baperan gini dah. Baru aja ngewe di toilet sama di rumahnya (untuk cerita ngewe di rumah kak Galang, aku unggah nanti di karyakarsa kalau sudah selesai), kok udah ngerasa dia dekat banget denganku ya?
Hmm ... mungkin wajar aja sih. Soalnya kak Galang memang baik. Dan aku merasa, dialah satu-satunya orang yang memperlakukanku dengan sangat baik. Kalau ada istilah 'memanusiakan manusia' di bumi ini, maka kak Galang merupakan tipikal manusia yang telah memperlakukanku demikian.
"Hey, sini Suf!"
Kak Galang melambai ke arahku saat aku tiba di kantin yang cukup ramai. Dia duduk sendirian, namun banyak gadis yang duduk di sekitarnya dan berbisik-bisik; merumpi tentangnya. Tentu saja. Bukankah sudah kubilang kalau kak Galang merupakan sosok yang cukup populer di sekolah ini?
"Eh, kak. Tumben sendirian."
Iya ini serius. Walau aku terkesan cuek dengan orang lain, apalagi manusia berjenis kelamin cowok yang dulu kuanggap gak ada menarik-menariknya selain karena mereka populer, aku masih tetap bisa memperhatikan sekilas tentang sosok seperti kak Galang. Karena dia anggota OSIS, jadinya kak Galang juga cukup sering menghabiskan waktu bersama teman-teman OSIS di meja makan. Jarang banget aku ngelihat dia duduk sendirian kayak gini. Kayak aneh aja gitu lihatnya.
"Ya kan udah janjian sama kamu. Jadi aku bilang aja sama mereka, kalau aku lagi pengin sendiri dulu, buat nyambut kamu di sini," katanya kemudian seraya berbisik. Lucu sekali mendengar dia terlihat malu-malu dan ber-aku-kamu dalam momen kayak gini. Jangan bilang, makan siang di kantin ini dianggapnya sebagai nge-date. Hih, malu atuh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencarian Lubang Perjaka
FantasiKisah fantasi ringan, tentang pencarian seorang siswa bernama Yusuf terhadap lubang-lubang perjaka, atas perjanjian balas dendamnya.