Ucapan Miyuki membuatku gelisah sepanjang malam hingga aku tak dapat tidur. Ketika akhirnya aku berhasil terlelap, tidurku tidak nyenyak dan aku kerap terbangun beberapa kali di tengah malam. Alhasil, aku terbangun dengan sakit kepala.
"Kau terlihat tidak sehat," komentar Jason. Dia sendiri tidur dengan sangat lelap seperti bayi. Dia bahkan tidak terbangun sama sekali ketika aku kembali ke kamar tadi malam. Padahal bunyi derit pintu cukup berisik.
"Aku sedikit sulit tidur," sahutku, menguap lebar-lebar.
Tadi malam, Miyuki tidak bersedia mengungkapkan apa rahasia yang dia maksud, serta dari mana dia dapat mengetahuinya. Dia hanya berjanji akan menjelaskannya nanti lantaran tidak ingin merusak suasana ulang tahunnya. Namun, dia menambahkan bahwa danau misterius itu memang ada hubungannya dengan rahasia yang dia bicarakan. Hanya, tidak seperti yang dikatakan Sakura.
"Lalu, kenapa kau mengundang kami ke sini?"
"Sebab aku memerlukan kalian sebagai alibi. Agar Sakura tidak mencurigaiku. Aku harus membuatnya percaya kalau aku datang ke sini hanya untuk bersenang-senang."
Kalau boleh jujur, aku sedikit terkejut Miyuki dapat merencanakan semua ini. Kukira dia betul-betul hanya ingin merayakan ulang tahun (serta Halloween) dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Sepertinya ada sisi lain dari Miyuki yang belum pernah kukenal.
Kami bergabung dengan yang lain di halaman belakang. Untung saja tidak ada orang lain di sini. Penampilan kami pasti terlihat mencolok lantaran jubah hitam yang kami kenakan. Menurutku pribadi, ini benar-benar konyol, tapi demi Miyuki apa boleh buat. Setelah menyanyikan lagu ucapan selamat ulang tahun, Miyuki meniup lilin yang ditancapkan di atas kue ulang tahun berbentuk labu oranye. Kemudian, dia memotong kue dan membagikannya kepada kami (tentu saja setelah meminta Sakura mengambil foto kami bersama-sama). Setelah menyantap kue, Miyuki membagikan permen dan cokelat kepada kami. Itu adalah rutinitas tahunannya untuk merayakan Halloween (sebab kami sudah terlalu tua untuk berkeliling dan mengetuk pintu rumah tetangga demi mendapatkan permen).
Sambil mengulum permen, aku melepas jubah hitam yang kukenakan. Matahari mulai bersinar terik dan jubah itu menyerap panas berlebih, membuatku berkeringat padahal kami bahkan belum mulai mencari danau. Begitu melihatku menanggalkan jubah, teman-temanku yang lain segera mengikuti jejakku. Miyuki hanya tertawa melihatnya.
"Aku benar-benar membuat kalian melakukan hal-hal konyol, ya," ucapnya, mengipas-ngipasi wajahnya yang berkeringat dengan tangan.
"Memang," sahut Jennifer. "Apa boleh buat. Namanya juga demi teman."
Miyuki menyeringai. "Bagaimana kalau kita mulai mencari danau sekarang? Kudengar letaknya agak jauh di dalam hutan, jadi mungkin kita memerlukan waktu agak lama untuk menemukannya."
"Itu juga kalau kita beruntung," tukas Lauren, menggigit cokelat batangan di tangannya dengan kedua mata tertuju pada Miyuki. "Dan jangan berpikir untuk melanggar peraturan yang sudah disebutkan Sakura. Kita bukan anak-anak lagi. Tidak ada gunanya menantang hal-hal semacam itu."
"Lauren benar," Franz mengiakan. "Kami akan menemanimu mencari danau itu. Tapi hanya untuk bersenang-senang. Aku tidak sepenuhnya percaya pada ucapan Sakura, tapi tidak ada salahnya untuk mengikutinya."
Miyuki sontak tertawa. "Baiklah! Aku akan mengikuti saran kalian. Hanya supaya kalian tidak cemas."
Aku melirik Jason yang duduk di sebelahku. Dari tadi dia hanya diam dengan sebelah tangan berada dalam saku jaketnya. Kurasa dia sedang menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk memberikan kado kepada Miyuki. Kami sendiri tidak membawa kado apa pun lantaran Miyuki lebih senang menerima uang tunai sebagai hadiah. Kami juga lebih senang begitu sebab tidak perlu repot mencari benda apa yang kira-kira akan dia sukai.
Aku menyenggol pelan lengannya. "Berikan sekarang," bisikku.
Jason menelan ludah. Wajahnya sedikit pucat dan aku bertanya-tanya apakah dia setegang ini juga sewaktu melamar kekasihnya.
"Nanti saja," balasnya, dan aku pun tak mendesaknya lagi.
Berbekal peta pulau yang kami pinjam dari Sakura, kami pun memasuki hutan yang terletak di belakang penginapan. Karena sinar matahari bersinar terang, hutan itu tidak tampak menyeramkan seperti yang kubayangkan sebelumnya. Denah di peta juga cukup jelas, bahkan bagiku yang tidak terlalu pandai membaca peta.
"Sakura bilang, danau itu terletak di sekitar sini," ujar Brad, menunjuk area di bawah gambar gunung. Hanya ada satu gunung di pulau ini, jadi seharusnya menemukan danau itu bukan perkara sulit.
"Tapi dia juga bilang kalau hanya orang-orang tertentu yang dapat menemukannya," tambah Jennifer.
"Tepatnya, orang yang 'diizinkan' untuk menemukannya," lanjut Brad. Dia mengangkat kepala dari peta, memandang ke arah gunung yang menjulang tinggi. "Aku penasaran apakah danau itu benar-benar ada."
"Memang benar ada, kok," kata Miyuki.
Aku menelan ludah, mendadak gelisah. Apa yang sebenarnya akan kami temukan di danau itu?
Kami melanjutkan perjalanan. Di luar dugaan, rute yang kami tempuh cukup panjang dan melelahkan. Atau barangkali lantaran sinar matahari yang bersinar terik di atas kepala kami. Matahari di bulan Oktober tidak sepanas bulan-bulan sebelumnya, tapi tetap saja lebih dari cukup untuk membuat kami berkeringat.
"Lihat itu," kata Miyuki, menunjuk ke arah pepohonan tinggi, tak jauh dari kami. Ada sesuatu yang memantulkan cahaya di sana.
Dengan bersemangat, kami bergegas ke sana, menyibak semak belukar lebat yang menutupi jalan. Kami semua bersorak gembira ketika memastikan bahwa apa yang dilihat Miyuki memang benar danau yang kami cari. Di luar dugaan, menemukan danau itu tidak sulit sama sekali. Rasanya sukar dipercaya belum pernah ada yang menemukannya selama ini.
"Airnya sangat jernih," bisik Lauren tatapannya terpaku ke permukaan danau.
Aku yang berdiri di sebelahnya mengangguk setuju. Danau tersebut sangat indah. Airnya kebiruan dan bersih. Area rerumputan yang mengelilingi danau juga bersih. Tidak terlihat sampah sedikit pun.
Jennifer mencondongkan tubuh ke depan, lalu mengerutkan kening. "Aku tidak melihat apa pun selain pantulan wajahku sendiri."
Brad terbahak. "Jangan-jangan kau tidak memiliki jodoh!"
Jennifer ikut terbahak, kemudian memukul lengan Brad. Itu hanya dimaksudkan untuk bercanda, tapi Brad kehilangan keseimbangan dan terpeleset jatuh ke dalam danau. Jennifer dan Lauren berteriak kaget, tapi rupanya danau itu tidak seberapa dalam. Ketika Brad berdiri, ketinggian air hanya sebatas pinggangnya. Namun, masalah terbesarnya bukan itu.
Brad menginjak dasar danau.
Dia baru saja melanggar salah satu peraturan yang disebutkan Sakura.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lake
Fantasía"Kamu dan teman-temanmu akan menghabiskan Halloween di sebuah pulau pribadi dengan sedikit populasi manusia. Akan tetapi, salah satu dari kalian melanggar sebuah peraturan, dan hal mengejutkan mulai terjadi...."