Part 2

12 0 0
                                    

***

Gewi menghapus air matanya, acara kali ini agak kacau karna sedikit kesalahan. Imbasnya pada Gewi dan Fachri terkena amukan dari Yogi selaku steering committe saat menghadap tadi. Gewi merasa dari sekian event yang dia ikuti, yang satu ini memang yang paling kacau.

Pelataran sekretariat ormawa sepi, semua panitia masih berada di gedung Mandala tempat acara dilaksanakan. Ya setelah UAS selesai, event tahunan Fisip yaitu Juang Festival sudah berjalan. Minggu kemaren Seminar Nasional dan juga Kompetisi Essey sudah dilaksanakan. Dan hari ini adalah hari terakhir dari kompetisi e-sport.

"Teh Gew" sahut seseorang membuat Gewi menoleh, itu Henderry salah satu anak binaan promotor

"Iya der, gimana?" Jawab Gewi melihat Derry

"Liat Bintang nggak teh?" Tanya Derry

"Oh nggak liat Der, di gedung nggak ada gitu?" Jawab Gewi dengan pertanyaan kembali

"Nggak ada teh, ini udah mau closing acara malah ilang lagi itu anak" kata Derry dengan wajah kesal

Gewi melirik jam di tangannya, itu menunjukan pukul 23.30 WIB. "Semua kompetisi udah selesai Der?"

"Udah teh, ini tinggal tampil satu band," Derry melihat Gewi sebentar lalu kembali berkata, "Klo ada apa-apa bilang ya teh, Derry cari Bintang dulu" lanjutnya lalu pamit pergi.

Gewi tertegun sebentar lalu tersenyum kecil. Mata sembabnya diketahui oleh Derry. "Harus kompres mata ini mah" gumamnya kecil lalu berdiri untuk kembali ke gedung Mandala.

"Geeeee abis darimana sih maneh, urang nyari sama Indi juga" baru saja masuk gedung, Gewi menemukan dua temannya. Dan yang berteriak itu adalah Janitra.

"Nih pake kacamata" Indi mengulurkan kacamata, dia memang yang paling peka.

Gewi mengambil kacamata yang diberikan Indi," Abis dari sekre gue, nyimpen berkas tadi" kata Gewi menjawab pertanyaan Jani

"Gue kira acara e-sport nggak bakal ada music live, meski bukan band gede tpi ini band lokal yang lagi naik daun" kata Jani menoleh pada Gewi

"Emang bener deh temen gue yang satu ini keren bangett" lanjutnya sambil mengacak rambut Gewi.

Gewi tersenyum, hatinya menghangat. Kedua temannya ini sangat mengerti dirinya. Wajahnya yang murung berubah menjadi sedikit ceria.

"Kayak nggak tau Gendhis Widuri aja, semuanya harus totalitas. Klo nggak gitu yang ada nanti anak-anak kena marah" ejek Indira

"Bukan Gendhis Widuri klo nggak bisa kayak gini" sambut Gewi dengan senyuman bangga. Lalu mereka bertiga berjalan mendekati panggung. Penampilan dari Bersuara Band menutup acara Kompetisi E-sport tahun ini.

***

Sekretariat Himpunan

Semua panitia berkumpul, Gewi yang paling terakhir datang segera duduk dekat pintu. Dia sedikit telat karna mengobrol terlebih dahulu dengan promotor tadi.

"Oke, Alhamdulillah acara ketiga kita rampung. Terimakasih untuk kerjasama teman-teman semua. Satu acara lagi menanti, jaga kesehatan. Semoga semuanya berjalan dengan lancar sampai akhir" Kata Fachri

"Aamiin"

"Amiinn

"Aamiin Ya Allah, Abi tos teu kiat hoyong ketemu sama mbak raisaa"

"Aamiin amiin"

Sahutan mulai bermunculan, melihat teman-temannya yang seperti ini Gewi tersenyum kecil. Fachri melihat Gewi," Ge, ada tambahan?"

Gewi menggeleng kecil," Nggak kang, tutup aja. Uda subuh juga bagian istirahat. Kasian yang lain" kata Gewi

"Yaudah, sekian untuk hari ini. Sekali lagi terimakasih. Yang mau nginep di sekre sok nginep, yang mau pulang ke kost hati-hati dijalan." Tutup Fachri

Sebagian panitia menginap di sekretariat, sebagian lagi pulang termasuk Gewi yang paling ke kost. Jam menunjukkan pukul 02.30 WIB. Gewi menghela nafas, menyimpan barang bawaannya lalu pergi ke kamar mandi.

Selesai berbenah diri, Gewi melirik ponselnya, satu notifikasi dari Arhan Rajendra. Seseorang yang dekat dengannya beberapa bulan ini.

'bisa telpon?'

Gewi mengiyakan lalu dering telpon berbunyi.

'dimana ge?' suara berat membuka percakapan

Gewi merebahkan diri," Di Kost Han, baru selesai acara" jawab Gewi, tidak tau mengapa tapi perasaannya menyebutkan bahwa sesuatu telah terjadi.

'gimana acaranya?' tanya Arhan

"Alhamdulillah lancar" Jawab Gewi

Hening sebentar saat akhirnya Gewi bersuara," Ada apa Han?"

'Ge, aku minta maaf' kata Arhan lirih

"Hm, kenapa?" Kata Gewi yang sedang menutup matanya

'Kayaknya kita nggak bisa lanjut," suara Arhan disana terdengar pelan. Hening kembali melanda.

"Dia balik?" Tanya Gewi yang tidak mendapat jawaban. Ya Gewi sudah tau apa yang akan keluar dari mulut Arhan.

"Saya pamit klo begitu Arhan. Thank you" kata Gewi lalu memutuskan sambungan telpon. Dia tahu Arhan Rajendra belum usai dengan masa lalunya. Dia seharusnya percaya pada kata orang yang mengatakan bahwa jangan memulai hubungan dengan orang yang belum usai dengan masa lalunya.

Arhan Rajendra, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi 18 itu berhasil membuat Gewi kembali tidak percaya pada laki-laki.

***

Gewi membuka matanya mendengar suara bisikan kecil yang menariknya dari tidur panjang dan juga dingin disekitar matanya. Dia menyipitkan matanya, Jani dan Indi sudah berada di kamarnya. Jangan heran keduanya mempunyai kunci kost, setelah kejadian Gewi yang sakit tanpa mengabari dan barakhir pingsan di kost membuat mereka meminta kunci lain ke ibu kost. Kejadian itu membuat Gewi di rawat beberapa hari di rumah sakit. Jika bukan karna Indi yang sengaja melihat Gewi pada saat itu mungkin Gewi sudah tidak dapat diselamatkan.

"Jam berapa?" Tanya Gewi matanya masih tertutup.

"Jam satu siang" jawab Indi

"Gue boleh nggak sih mukul si arhanjing itu?" Tanya Jani, wajahnya sangat masam. Pagi hari tadi keduanya mendapat kabar, bahwa Arhan kembali dengan mantannya. Segera setelah mengetahui hal tersebut mereka berdua bergegas menuju kost Gewi.

Gewi bangun, mengucek matanya lalu menatap Jani,"Jangan malu-maluin gue ah, yang mau sama gue masih ngantri" senyum sombong terbit diwajah

Jani dan Indi yang melihat itu ikut tersenyum, walau mereka tahu dia sedang tidak baik-baik saja tapi melihatnya sudah tersenyum itu sedikit membuat mereka tenang.

"Welcome back Gendhis Ambarwati" seru Janitra lalu memeluk Gewi diikuti oleh Indi

Ya bukan Gendhis Ambarwati jika hanya menangisi laki-laki tanpa melakukan sesuatu yang membuat laki-laki tersebut menyesal telah menyakitinya.

Bagi Gendhis Widuri Ambarwati ditinggal oleh Arhan bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Lebih dari itu dia sudah pernah merasakan sakit yang lebih daripada ditinggalkan Arhan.

***

With Love
Mrstypo07

Semesta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang