***
"Lapar gak?" Tanya Sajiwa melirik Gewi disampingnya
"Mampir beli sempol dulu boleh a? Yang deket tugu pahlawan itu" jawab Gewi
Sajiwa mengeryit, "Kok jadi sempol sih?"
Gewi terkekeh," Dari kemaren bm sempol a, boleh kan?" Tanya Gewi, Sajiwa mengangguk sebenrnya sedikit lucu tpi tak apalah.
Sampai di perempatan tugu pahlawan, Gewi membuka seatbelt dan keluar dari mobil diikuti Sajiwa. Memesan salah satu sempol favorit yang sering dia pesan. Sajiwa menatap gerak-gerik Gewi dari mulai memesan sampai membayar. Karna penjual bertempat di depan minimarket keduanya memutuskan untuk duduk di depan minimarket setalah membeli air minum.
Mata Sajiwa mengamati Gewi yang memakan sempol yang dia pesan perlahan, setiap gerakan yang dilakukan Gewi tidak terlepas dari perhatian Sajiwa. Gewi yang merasa diperhatikan pun bersikap acuh meski tatapan Sajiwa membuatnya sedikit terintimidasi.
"Seenak itu ge?" Tanya Sajiwa membuka percakapan
"Heem, favorit Gewi a" jawab Gewi setelah itu menyipitkan matanya melihat seseorang yang dia kenal. Arhan bersama seorang perempuan, mata Sajiwa melihat kearah yang Gewi lihat.
"Balik yuk a, udh tengah malem" ajak Gewi lalu mereka berdua berdiri meninggalkan tempat.
Sajiwa penasaran tapi tidak bertanya lebih jauh, mungkin nanti dia akan bertanya pada sahabatnya. Karna arah kost dan tempat tadi berlawanan maka dibutuhkan 25 menit untuk sampai di kost Gewi. Sajiwa menurunkan Gewi tepat di pintu gerbang kost Gewi. Di kompleks kost ini masih banyak orang yang beraktivitas diluar, terutama para pedagang sekitar.
Gewi membuka seatbelt dan menatap Sajiwa," makasih a jiwa, sorry jadi ngerepotin juga" kata Gewi
"Nggak papa, gih sana masuk" jawab Sajiwa, Gewi segera keluar dari mobil, tpi dia berbalik kembali mengetuk kaca mobil Sajiwa.
Sajiwa membuka kaca dan menatap Gewi," Ada yang ketinggalan?"
"Kalo udh sampai tolong kabarin gue ya a, hati-hati dijalan" kata Gewi lalu melenggang masuk. Sajiwa terdiam bebrapa detik lalu tersenyum tipis sambil memikirkan apa dia selalu seperti ini jika diantar oleh pria? Betapa beruntung jika seperti itu.
Apa yang tidak diketahui oleh Sajiwa adalah dia pria pertama yang mengantarkan pulang Gewi. Bahkan arhan pun tidak pernah mengantarkan pulang karena Gewi selalu membawa kendaraan sendiri.
***
Memasuki libur semester Gewi dihadapkan dengan pergantian pengurus himpunan, sebenarnya Gewi beberapakali sudah diajak diskusi dengan seniornya perihal pemilihan ketua BEM fakultas. Tapi Gewi belum memiliki ketertarikan itu. Mungkin di semester lima nanti Gewi akan mencoba magang.
Tapi akan sangat membosankan bagi Gewi jika hanya memiliki satu kegiatan saja. Dengan itu Gewi mencoba kembali memikirkan tawaran untuk menjadi ketua BEM fakultas. Rasanya dia perlu berdiskusi dengan papahnya terlebih dahulu sebelum membuat keputusan.
Jam menunjukan pukul setengah dua belas malam, ini hari terakhir rapat pleno untuk pemilihan ketua himpunan periode selanjutnya. Telah diputuskan bahwa yang akan mengambil alih kepemimpinan di himpunan berada di tangan Alfian Rizal, teman satu angkatan Gewi.
Gewi melipir terlebih dahulu ke angkringan, perutnya sudah tidak bisa dikondisikan. Duduk dan memesan hidangan favorit Gewi. Kali ini bibi kembali menambahkan bonus untuk Gewi. Sejenak Gewi melamun, dia memikirkan hari apa akan pulang menemui orangtuanya.
"Gege" panggil seseorang, Gewi menoleh melihat segerombolan orang yang baru saja turun dari mobil, dan juga beberapa motor. Yang menarik perhatian nya adalah Sajiwa turun dari motornya yang memakai jaket hitam. Gewi terdiam memikirkan bahwa Sajiwa sangat pas dengan setelan bajunya ini, terlihat lebih menarik dimata Gewi.
"Eh abis pada darimana a?" Tanya Gewi pada Fares
"Biasalah ge abiss selesai di event, terus mampir sini, nggk papa nih gue gabung?" Kata Fares dan Gewi hanya mengangguk lalu berkenalan dengan teman teman komunitas Fares serta Sajiwa.
"Item banget teh matanya, berapa hari nggak tidur?" Kata Bintang, memang sebagian orng-orng yang datang bersama Fares adalah orng orang yang sudah Gewi kenal.
"Item banget apa? Gue udh dua hari nggak tidur bin"jawab Gewi membuat Sajiwa yang duduk disampingnya mengerutkan kening.
"Lagi sibuk apa sekarang emngnya th? Bukannya udah libur ya?" Kata Bintang
"Pergantian pengurus, tapi Alhamdulillah si udah selesai." Jawab Gewi kembali lalu mereka menikmati makanan yang di pesan.
"Eh eh teh gege, cewek yang bareng teteh pas konser raisa teh siapa eta? Eta si a Fares kepo" kata Dery membuat beberapa temannya meledek
"Yang mana? Yang wajahnya Arab atau yang bule?" Tanya Gewi kembali
"Yang kayak Arab, yang dikerudung itu, klo yang bule tau aku. Mojang ituyang suka ada di acara acara" kata bintang menyaut
"Oh temen gue, indira. Kenapa nih mau ngeceng?" Kata Gewi dengan cengiran jail lalu mereka bersorak kegirangan menjaili Fares yang wajahnya sudah memerah.
Jam menunjukan jam dua pagi, Gewi pamit undur diri. Karna hari ini rapat Gewi membawa motor kesayangannya. Gewi berpamitan kepada semua orang, tapi dia memikirkan bahwa hari ini Sajiwa terlalu diam. Gewi menggelengkan kepalanya, itu bukan urusannya.
Tapi yang mengejutkan Gewi adalah pesan yang dia terima setelah dia sampai di kost. Disana tertera dengan nama Kavindra Sadajiwa.
Kavindra Sadajiwa
Berkabar klo udh sampe.
***
Gewi memutuskan untuk bersih-bersih terlebih dahulu. Lalu setelah itu dia membalas pesan yang belum dia lihat termasuk dari Sajiwa.
Gendhis Ambarwati
Udah sampe a, thankyouu
Setelah itu Gewi membalas pesan satu persatu Gewi memutuskan tidur karna besok sore dia akan kembali kerumah. Tanpa menyadari bahwa balasan pesan yang dari Gewi sangat ditunggu oleh Sajiwa.
Setelah Sajiwa melihat notifikasi dari Gewi dia menghela nafas lega, hari ini dia cukup lelah karna kegiatan yang telah dilakukan juga pengaruh dari alkohol membuat Sajiwa lebih diam daripada yang lain. Yang menggangu pikirannya adalah Gewi yang pulang malam sendirian sehingga dia memutuskan untuk mengabari Gewi.
Sajiwa tidak tau kapan itu terjadi, entah sejak projek film yang dikerjakan atau saat dia pertama kali melihatnya di memimpin ratusan mahasiswa fisip saat itu, tapi yang Sajiwa ketahui bahwa dia selalu mengedarkan pandangannya kearah Gewi. Gewi menjadi satu orng yang Sajiwa cari. Sekacau apapun keadaannya Gewi selalu menjadi orng pertama yang Sajiwa cari.
Dan tanpa mereka sadari bahwa keduanya sudah terikat entah sejak kapan. Gendhis Ambarwati akan menjadi orang pertama untuk membhag seorang Kavindra Sadajiwa mengalah, mengalah pada takdir yang membuat mereka terikat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
أدب المراهقينKusebut Dia Semesta sebab dia terlalu luas untukku yang tidak bisa membuatnya utuh. ©2022