Sam menyukai Airin sejak mereka SMU. Namun, ternyata tidak mudah baginya untuk mendapatkan gadis itu. Perjalanan hidup membuat keduanya terpisah. Banyak kejadian yang membuat Sam harus menahan rasa.
Airin bahkan sempat pacaran dengan David, mereka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SUDAH READY DI PLAY STORE.... YANG PENASARAN SILAKAN MELUNCUR...
***
"Kamu dekat dengan Airin?" tanya Suster sambil meletakkan tehku.
"Suster tahu dari mana?"
"Airin cerita beberapa kali."
Aku tersenyum, rasanya bahagia sekali mendengar itu. Mungkin Airin bercerita tentang hubungan kami.
"Kalian pacaran?"
"Belum, dia nggak mau pacaran sebelum lulus." jawabku jujur.
"Dia baik, saya percaya Airin bisa membimbing kamu. Pertahankan segala hal baik yang ada dalam hidupmu sekarang, abaikan sisanya. Kalau mau mendapat yang istimewa, maka usahamu pun harus maksimal. Kamu masih sering minum?"
Kali ini aku mengangguk.
"Alkohol memang baik untuk menghangatkan tubuh saat udara dingin. Tapi kalau sampai mabuk berarti fungsinya sudah hilang. Jangan terlalu sering. Kamu harus bisa menata masa depanmu sendiri. Kalau mau mendapatkan Airin, kamu harus mengubah kebiasaan buruk. Ingat siapa papanya. Jangan harap bisa jadi menantu Pak Pendeta kalau kelakuan kamu masih seperti yang dulu."
Kini aku tersenyum sambil mengangguk.
***
Sekembali dari bertemu seorang teman, kumasuki rumah yang terlihat sepi seperti biasa. Namun, kali ini ada yang berbeda. PA Mommy berada di rumah dan duduk mematung di ruang tamu. Semua terlihat bingung.
"Ada apa?" tanyaku penasaran.
"Ibu sedang di halaman belakang."
"Kenapa?"
"Tadi ribut dengan Bu Angela di sebuah acara."
Segera aku berlari menuju area taman belakang. Penasaran dengan nama yang disebut terakhir. Setahuku mereka tidak pernah berjumpa langsung. Di sana Mommy sedang tertunduk sambil menangis. Ini bukan hal yang biasa. Mommy adalah orang yang paling pandai menyembunyikan perasaan. Sulit untuk mengetahui apakah dia sedang sedih atau bahagia. Saat ini terlihat tak jauh berbeda.
Ia tak menjawab, juga tak bergerak. Bahunya bergetar hebat. Segera kupeluk erat tubuhnya. Kali ini Mommy menangis keras di dadaku. Aku tidak butuh kata-kata untuk memahami apa yang ia rasakan. Hanya dengan memeluknya kuharap ia bisa merasa memiliki seorang teman. Cukup lama hingga tangisnya mereda. Mommy tak pernah menangis di depan banyak orang. Ia akan menampilkan sosok tegar dan kuat serta tak terkalahkan. Meski sebenarnya ia rapuh.
"Why?" tanyaku akhirnya.
"Kami bertemu setelah sekian lama." Bibirnya bergetar tak sanggup melanjutkan.