Ch 01

3.3K 279 23
                                    

Halooo! Maaf aku udah lama belum update Kakak Alumni malah bawa book baru.






Enjoy reading!








Pagi ini cukup cerah dengan langit biru dan matahari yang tidak terlalu terik. Suasana yang baik untuk memulai hari. Akan tetapi, tidak bagi Harvey.

Laki-laki dengan pahatan wajah yang cantik itu tampak terburu memasuki mobilnya lalu menutup pintunya dengan keras. Mengemudikan mobilnya untuk segera keluar dari garasi rumah tinggalnya yang sangat luas tersebut. Dahinya mengkerut dan mulutnya mengeluarkan gerutuan.

"Apaan sih nyuruh-nyuruh nikah mulu?" Harvey mulai menyuarakan keluh kesahnya.

"Lagian tuh bocah satu ngapa sih mau keburu nikah segala? Ya gapapa sih sebenernya, gua dilangkahin tuh ga masalah. Kenapa mami papi kekeuh banget harus gua dulu yang nikah ah elah."

Harvey merupakan putra sulung di keluarganya. Usianya sudah menginjak 27 tahun dan masih setia dengan status singlenya. Kalau dibilang tidak laku, Harvey sebenarnya cukup tersinggung. Dia cantik, sangat cantik untuk ukuran seorang lelaki. Kulitnya putih bersih, perawakannya tinggi dengan bahu sempit dan kaki jenjang, bibir penuhnya berbentuk hati, ditambah mata bulat serta bulu mata yang lentik.

Selain fisiknya, Harvey juga memiliki kepribadian yang baik. Dia tidak segan untuk memberi bantuan kepada siapapun. Tidak banyak berburuk sangka pada orang lain. Harvey juga orang yang sangat jujur. Teman-teman dekatnya mengatakan Harvey cukup polos. Pekerjaan yang Harvey milikipun cukup bagus dengan pendapatan yang sangat lebih dari cukup untuk dirinya.

Meskipun demikian, Harvey cukup menyadari jika dirinya seringkali kesulitan bersosialisasi. Dia terbiasa berinteraksi hanya saat dibutuhkan. Tipe introvert yang cukup menutup diri. Cuek dan tidak bisa basa-basi, begitu kata Wilona, sahabat dekat Harvey sejak bangku SMP.

Harvey memakirkan mobilnya di halaman sebuah rumah mewah. Kakinya ia langkahkan menuju pintu utama. Belum sempat menekan bel, pintu terbuka dari dalam menampilkan sosok pria muda yang sepertinya akan pergi dari rumah.

"Eh, Harvey," sapa pemuda tersebut.

"Hehe, halo, Mas. Mas Sadewa mau pergi? Wilo juga?" tanya Harvey. Sosok dihadapannya ini adalah Sadewa, suami dari Wilona.

"Iya, Mas mau ada urusan di luar sebentar. Wilona nggak ikut kok. Kamu masuk aja temenin Wilona."

"Oh, oke deh, Mas. Aku masuk ya, hati-hati, Mas"

Harvey memasuki rumah tersebut. Kakinya ia langkahkan menuju ruang tengah dimana ia dapat melihat sosok sahabatnya sedang terbahak-bahak menyaksikan sebuah video di ponselnya. Di hadapannya terdapat mangkuk besar berisi buah-buahan potong. Harvey mendudukan dirinya dan melahap potongan buah yang bukan miliknya tersebut.

"Eh, anjing, ngagetin aja lu setan." ucap Wilona.

"Heh, orang hamil tuh ngomong yang baik-baik. Masih pagi udah ngakak-ngakak sambil makan sambil main hp. Mandi juga belum kan lu?" balas Harvey sewot.

"Yeu, lah elu pagi-pagi dateng ke rumah orang kaga ada salam-salamnya."

Harvey hanya membalas dengan menirukan perkataan Wilona.

"Eh, Vey, mumpung lu di sini masak-masak, yuk." Ucap Wilona sambil menggandeng lengan Harvey. Begitulah keduanya, sedetik yang lalu saling cekcok, detik berikutnya sudah menempel erat.

"Males ah. Gua lagi nggak mood. Harusnya lu tanya kenapa gua pagi-pagi udah melarikan diri ke rumah lu." balas Harvey.

"Ah elah, paling juga Mami mulai lagi nyuruh-nyuruh lu nikah kan. Udah hafal gua mah."

Mendadak Nikah | JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang