Ch 07

1.1K 177 14
                                    





Enjoy reading!




Harvey kembali mengecek ponselnya. Masih tidak ada tanda-tanda pesan yang ia kirim sejak tadi pagi akan terbaca.

Seharian ini yang dilakukan Harvey hanya berguling-guling di atas ranjangnya. Tidak ada mood menonton drama korea atau pun jalan-jalan ke luar untuk mengisi akhir pekan.

Sekali lagi Harvey mengecek ponselnya. Pesan terakhir yang ia terima dari Jendra adalah dua hari yang lalu. Seharusnya kemarin Jendra sudah sampai kembali di Jakarta. Namun, Harvey tak menerima kabar apapun dari Jendra. Hari ini Harvey menghubungi Jendra untuk menanyakan apakah Jendra sudah benar-benar sampai di Jakarta, tetapi tak kunjung mendapat balasan.

Harvey sempat berpikir untuk menghampiri apartemen Jendra, tetapi ia urungkan niatnya. Jendra mungkin kelelahan hingga lupa mengabari dirinya. Ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat Jendra. Namun, tidak kunjung mendapatkan balasan atas pesannya tadi pagi hingga waktu sudah menjelang sore membuat perasaan khawatir menyelimuti Harvey.

Harvey segera bersiap dan meraih kunci mobilnya. Ia akan menghampiri Jendra di apartemennya. Harvey takut terjadi hal buruk pada Jendra seperti sakit dan tidak dapat menghubunginya.

Saat berada di lampu merah, Harvey tanpa sengaja menolehkan pandangannya ke kafe yang berada di samping jalan tempat ia berhenti. Harvey menajamkan matanya saat merasa mengenali sosok yang terlihat duduk di dalam kafe. Sosok tersebut kebetulan duduk menghadap dinding kaca transparan yang menghadap ke jalanan. Di samping sosok yang dikenalnya tampak seorang pemuda manis dengan baret di kepalanya. Keduanya tampak sangat dekat dan asik bersenda gurau.

"Halo?"

"Di mana?"

"Di kafe dekat apartemen. Ada apa?"

"Sama siapa?"

"Sama teman, tadi nggak sengaja ketemu jadi ngobrol dulu,"

"Oh, ya udah,"

Harvey baru saja menelepon sosok yang sejak tadi dirinya perhatikan. Benar saja, sosok di dalam kafe tersebut adalah Jendra.

Lampu sudah berganti hijau dan Harvey melajukan mobilnya. Pikirannya sedikit terganggu karena Jendra yang sedang asik dengan sosok yang disebut Jendra sebagai teman dan mengabaikan pesan Harvey sedari pagi. Harvey merasa sedikit kecewa karena kekhawatirannya terasa sia-sia.

Setelah berputar tanpa arah dengan mobilnya, Harvey memutuskan untuk pergi membeli martabak asin langganannya lalu pulang ke rumah.










----













Keesokan harinya, pada Minggu pagi, Jendra mengabari Harvey jika ada kepentingan mendadak sehingga tidak bisa ikut Harvey, Mami, dan Bundanya untuk melakukan tester catering. Harvey cukup kecewa karena sebenarnya hari ini merupakan hasil reschedule minggu lalu saat Jendra harus ke Surabaya. Namun, Jendra malah kembali tidak dapat hadir. Harvey tidak mungkin meminta reschedule untuk kedua kalinya. Harvey berusaha memendam kekecewaan yang dirasakannya, toh ia sudah ditemani Mami dan Bunda.

Sepanjang hari, Harvey berusaha memikirkan bagaimana cara dia menyampaikan kekecewaannya pada Jendra. Dia dan Jendra sudah berjanji untuk saling memberi tau perasaan masing-masing baik senang maupun tidak. Mereka berpikir hal tersebut dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman ke depannya.

Saat perjalanan pulang, Harvey membuka aplikasi instagram di ponselnya. Ia menonton snapgram yang diunggah beberapa temannya. Jarinya menekan layar ponsel untuk menghentikan video dalam snapgram yang diunggah Sadewa. Matanya menangkap sosok Jendra dalam video tersebut. Dapat dilihatnya suasana santai seperti pesta barbeque dalam potongan video tersebut. Sosok Jendra dengan kaos putih santai tampak duduk di sebuah bean bag mengobrol dengan seseorang. Harvey memperhatikan lagi keduanya yang tampak mengobrol dalam video. Ah, ternyata itu pemuda manis yang Harvey lihat bersama Jendra di kafe kemarin.

Mendadak Nikah | JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang