Ch 02

1.6K 217 8
                                    






Enjoy reading!








"Maaf, ya, jadi ngerepotin kamu," ujar Jendra membuka pembicaraan dengan Harvey. Saat ini keduanya berada dalam perjalanan pulang dari rumah Sadewa Wilona menggunakan mobil Harvey karena Jendra memang sebelumnya datang bersama Sadewa.

"Gapapa, Mas, kan aku yang nawarin," ujar Harvey. Harvey memang menawarkan tumpangan pada Jendra saat mengetahui dia melewati daerah dekat tempat tinggal Jendra.

"Besok ada agenda apa?"

"Besok masih libur kerja, Mas. Kantorku lima hari kerja, kebetulan lagi nggak ada project yang ngorbanin weekend juga. Kenapa, Mas?"

"Kita jalan, mau?"

"Mmm, boleh. Emang mau ke mana?"

"Ke tempat yang enak buat ngobrol aja. Kita belum sempet ngobrol banyak. Kamu ada rekomendasi tempat?"

"Aku jarang pergi-pergi sih, Mas. Paling cuma ngafe. Mau ke kafe favoritku? Suasananya tenang dan nggak terlalu ramai pengunjung, tapi agak jauh dari sini."

"Boleh, kita ke sana besok." Jendra tersenyum menghadap Harvey. Mereka telah sampai di lobby apartemen tempat tinggal Jendra.

"Makasih banyak, Harvey. Mau mampir dulu?"

"Enggak deh, Mas. Aku duluan, ya."

"Hati-hati di jalan, ya." Jendra mengucapkan salam sambil mengusak rambut Harvey. Harvey merasa malu sendiri mendapatkan perlakuan tersebut. Jendra sempat menawari untuk mengantar Harvey sampai ke rumahnya, tetapi Harvey menolaknya karena tidak efektif bagi Jendra yang harus bolak-balik.








---









Harvey mendudukkan dirinya di depan meja rias. Dirinya sudah selesai bersiap sejak sepuluh menit yang lalu. Kemeja baby blue dengan lengan tergulung ke atas ia padukan dengan celana jeans biru tua membuat kesan simple dan elegan pada penampilannya. Harvey menunduk menatap layar ponselnya.

Sesuai rencana kemarin, Harvey akan pergi bersama Jendra. Kini ia tengah menunggu sosok Jendra untuk datang menjemputnya. Harvey menghela nafas panjang. Ia tidak tahu apakah keputusannya untuk lebih dekat dengan Jendra merupakan keputusan yang baik atau bukan. Kemarin dirinya berpikir setidaknya ada orang yang dapat ia percaya yang mengenal Jendra. Namun, sejak semalam Harvey berulang kali memikirkan keputusannya.

Harvey tidak pernah dekat dengan siapapun sebelumnya dalam konteks asmara. Separuh dirinya merasa takut, separuh dirinya merasa bersemangat mencoba hubungan.

"Halo, Wil?" Harvey memutuskan menghubungi Wilona.

"Kenapa, Vey? Lemes amat suara lu," balas Wilona sembari mengunyah.

"Gua mau jalan sama Mas Jendra,"

"Oh, yaudah," hening beberapa detik sebelum suara teriakan terdengar "HAH?! JALAN SAMA MAS JENDRA? YANG BENER AJA LU?"

"Ish, beneran. Kemarin itu pas lo pergi, Mas Jendra ngajakin buat PDKT,"

"Terus lo iyain?"

"Hm,"

"Tumbenan? Dulu kalau ada orang yang mau deketin baru gelagatnya aja lo udah ngindar. Lo suka sama Mas Jendra?"

"Ih, nggak gitu, Wilooo. Gua juga nggak tau. Gua iyain aja kemarin. Toh dipikir-pikir Mas Jendra temen deket Mas Sadewa terus kakaknya Manda jadi gua pikir Mas Jendra bukan orang jahat,"

Mendadak Nikah | JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang