Ch 11

1.7K 165 9
                                    











Enjoyyy!












Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tidak terasa dua bulan telah terlewati oleh Jendra dan Harvey sebagai sepasang suami istri. Perkenalan yang terbilang cukup singkat membuat keduanya lebih banyak belajar dan berkompromi dalam rumah tangga mereka.

Harvey dan Jendra yang memang sudah merasa cocok, siap, dan mantap untuk membangun rumah tangga pun menikmati setiap proses yang mereka lalui. Mengkombinasi kegiatan sehari-hari keduanya hingga mengambil keputusan dalam rumah tangga mereka lalui bersama.

Teguran-teguran kecil demi kenyamanan hidup bersama pun sering terdengar dalam apartemen keduanya. Seperti pagi ini, Harvey yang baru selesai menyiapkan sarapan melangkahkan kakinya ke kamar mereka karena Jendra yang tidak kunjung keluar kamar.

"Mas?"

"Kok belum siap?" tanya Harvey saat melihat suaminya sedang berkutat di depan lemari dengan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Sayang, setelan olahraga Mas yang warna abu-abu hitam di mana, ya?"

"Setelan olahraga?"

"Iya, hari ini Jumat ketiga, ada olahraga bersama,"

"Oh, iya. Maaf Harvey lupa, Mas," Harvey sebenarnya sudah menyiapkan setelan batik untuk Jendra, Ia lupa jika setiap Jumat minggu ketiga kantor Jendra akan mengadakan olahraga bersama.

Harvey membuka lemari sebelah Jendra dan mengeluarkan setelan olahraga yang Jendra maksud.

"Ini, Mas,"

"Oh disitu ternyata. Makasih, Sayang," Jendra menerima setelan olahraga tersebut dan mengecup kening Harvey.

Harvey menatap lemari yang ditinggalkan begitu saja oleh suaminya.

"Mas, kan Harvey udah bilang..." Harvey menolehkan kepalanya pada Jendra.

"Sayang, maaf. Mas beresin nanti pulang kerja, ya? yayaya?" Jendra yang baru memakai bawahan segera mendekat ke Harvey dan mengecup bibir cemberut sang istri.

"Kalau nyarinya baik-baik kan nggak perlu beresin apa-apa, Mas," sahut Harvey.

Okey, jadi permasalahan pagi ini adalah Jendra yang membuat isi lemarinya menjadi acak-acakan karena mencari setelan olahraganya. Harvey sudah beberapa kali menegur dan mengajari Jendra saat mengambil pakaian agar baju lainnya tetap rapi, tetapi terkadang Jendra mengabaikan hal tersebut saat sedang terburu-buru.  

"Ya udah, ayok sarapan. Keburu telat," ujar Harvey.

Saat membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar, Harvey memicingkan matanya.

"Mas, handuk basah kan nggak boleh di atas kasur," tegur Harvey lagi.

"Heheh, ini kan Mas belum selesai pakai baju. Habis selesai Mas jemur kok. Maaf ya, Sayang," ucap Jendra dan terburu-buru memakai atasannya dan meraih handuk tersebut.

"Sini, aku jemur. Kamu sisiran aja sana," Harvey meraih handuk di tangan Jendra dan berjalan keluar. Jendra segera menuruti perkataan istrinya sebelum terjadi keributan lagi.















---



















Setelah selesai bersiap, keduanya segera berjalan bersama menuju basement parkir apartemen mereka. Keduanya berangkat bersama dengan Jendra yang mengantar Harvey terlebih dahulu.

"Kita ke rumah Ayah nanti sore atau besok, Mas?" tanya Harvey.

"Astaga, Sayang, Mas lupa bilang. Kita ke Malang yuk? Mas diundang buat peresmian hotel proyek Mas waktu itu. Sekalian jalan-jalan, kita kan belum pernah jalan-jalan ke luar kota setelah menikah,"

"Acaranya kapan?"

"Heheh, besok pagi jam 10,"

"Pasti kamu yang kelupaan kasih tau aku, bukan undangannya yang mendadak," sungut Harvey. Suaminya ini memang sering lupa memberi tahu dirinya tentang kegiatan yang harus dilakukan di luar kota.

Jendra yang memang sering bepergian ke luar kota untuk pekerjaannya pun selalu bepergian 'seadanya'. Maksudnya di sini adalah sebelum memiliki pasangan, Jendra hanya memilih pakaian tanpa pikir panjang, memasukkan ke backpak atau koper tergantung jumlah pakaian yang Ia masukkan. Jika mendadak Ia kekurangan pakaian, Jendra akan membeli di tempat yang Ia temui di kota tujuannya. Namun, setelah bertemu Harvey, Jendra belajar cara packing yang benar. Memilih pakaian menyesuaikan kegiatan, melipat, menata pakaiaan sesuai urutan pemakaian, dan cara mengambil pakaian tersebut agar tidak merusak tatanan pakaian lainnya. Harvey juga mengajari Jendra cara menyimpan baju kotor agar tetap tertata dan tidak memakan tempat.

"Undangannya baru dua hari yang lalu, kok," elak Jendra.

"Ya udah, jadi kita berangkat kapan? Naik apa?"

"Tolong cariin tiket pesawat dong, Sayang. Pakai HP Mas aja,"

Harvey segera meraih ponsel Jendra dan membuka sebuah aplikasi untuk mencari tiket pesawat.

"Ada nih, Mas. Nanti aku izin pulang cepat aja nggak apa-apa. Hari ini longgar kok,"

Jendra menganggukkan kepalanya mengiyakan Harvey.

"Hotelnya, Mas?"

"Kita nginep di hotel itu, udah disediain kok. Sebenarnya yang punya hotel ini juga yang nyuruh Mas ajak kamu karena waktu kita menikah beliau berhalangan hadir," jawab Jendra. Harvey hanya menganggukkan kepalanya dan segera memesan tiket pesawat tersebut.

Klien perusahaan tempat Jendra bekerja kali ini merupakan salah satu pengusaha hospitality sukses yang cabang usahanya sudah menyebar di mana-mana. Klien Jendra satu itu memang sudah terlalu akrab dengan Jendra dan memperlakukan Jendra seperti anaknya. Bahkan undangan ini disampaikan secara pribadi tidak melalui kantor seperti beberapa klien lainnya.

Setelah memesan tiket pesawat, dengan uang Jendra tentunya, Harvey segera membuka ponselnya mencari-cari informasi tempat yang bisa Ia kunjungi di Malang. Harvey menjadi bersemangat untuk trip dadakannya pertamanya bersama sang suami.







------------------------------------------------------

Met malam kawan, heheheheheh.

So sorryyyy nggak update 2 minggu.

So sorryyyy nggak update 2 minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pis lov n gawl from Harvey!

See you next chapter!

Senin, 09 Januari 2022.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mendadak Nikah | JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang