Ch 06

1.2K 182 3
                                    

Enjoy reading!





Satu minggu setelah kejutan pertunangan Harvey dan Jendra, pertemuan resmi kedua keluarga besar dilaksanakan. Sanak saudara Jendra dari Jogja dan Solo datang bersama-sama ke rumah Harvey. Ayah Juna memang berasal dari Jogja dan Bunda Rosa berasal dari Solo. Sedangkan Jendra dan Manda lahir dan besar di Jakarta. Namun, kini Ayah Juna dan Bunda Rosa menetap di Bogor hanya karena sedang ingin. Mereka pun sudah mempersiapkan rumah masa tua mereka di Solo.

Sanak saudara pihak Harvey juga turut datang ke acara pertemuan keluarga tersebut. Papi Ben dan Mami Lisa bukan orang Betawi asli, tetapi keluarga mereka sudah tinggal di Jakarta sejak dahulu.

Berdasarkan pertemuan tersebut, pernikahan Harvey dan Jendra diputuskan akan dilaksanakan dua bulan setelah pertemuan tersebut. Dalam waktu yang singkat, Harvey dan Jendra dibantu dengan Bunda Rosa serta Mami Lisa mempersiapkan pernikahan keduanya melalui salah satu Wedding Organizer terkenal yang sudah dipercaya keluarga Mami Lisa sejak lama. Masih Wedding Organizer yang sama dengan acara pertemuan keluarga tersebut. Sejak diputuskan tanggal pernikahan mereka, Harvey dan Jendra merasa waktu berjalan sangat cepat.

"Huffft," Harvey menghembuskan nafas panjang sesaat setelah mendaratkan pantatnya di kursi samping kemudi mobil Jendra.

"Capek, ya?" tanya Jendra sambil mengusap pelipis Harvey. Keduanya baru saja meeting dengan pihak WO untuk menentukan dekorasi serta penyesuaian tata letak gedung yang akan digunakan untuk pernikahan keduanya.

"Laper, Mas," jawab Harvey kemudian.

"Kita makan dulu. Ada resto bebek peking rekomendasi temen kerja Mas di dekat sini. Mau coba?"

"Mauuu," apapun untuk makanan Harvey akan mau.

---

"Enak banget, Mas, huhuhuhu" Harvey merasa terharu saat berhasil menyelesaikan menu makan siangnya.

"Mau bungkus buat makan malam?" tawar Jendra.

"Boleh deh. Kita makan sama-sama nanti di rumah Mami gimana?"

"Boleh," balas Jendra.

"Mmm, Sayang," panggil Jendra ragu pada Harvey.

"Kenapa, Mas?" Harvey menjawab dengan tenang setelah selesai menumpuk piring-piring bekas makan siangnya dan Jendra.

"Proyek Mas yang ada di Surabaya lagi ada permasalahan. Mas harus dampingin tim kerja Mas buat ngecek ke sana," Jendra menyampaikan hal yang mengganggu pikirannya sejak tadi pada Harvey. Jendra merasa tidak enak pada Harvey karena dalam beberapa minggu ini mereka perlu mengecek berbagai kepentingan untuk pernikahan mereka.

"Berapa lama?" Meskipun sedikit sedih, Harvey mencoba untuk memahami kondisi calon suaminya.

"Mungkin tiga sampai empat hari, paling lama satu minggu,"

"Ya udah nggak apa-apa, Mas. Nanti aku coba minta reschedule cek catering sama fitting baju kita."

"Maafin Mas ya, Sayang. Makasih banyak," Jendra menggenggam tangan Harvey.

"Nggak apa-apa, Mas. Mas hati-hati di jalan sama di sana besok. Kita mau nikah lho, jadi Mas harus tetap sehat nggak boleh kurang satu apapun. Berangkat kapan? Udah beres-beres keperluan buat di sana?"

"Berangkat besok pagi. Mas udah siapin keperluan buat tiga empat hari. Tinggal tambahin beberapa barang aja,"

"Harvey bantu deh nanti. Mau nginep ya, Mas," Harvey memang sudah beberapa kali menginap di apartemen Jendra, entah karena kelelahan setelah mempersiapkan pernikahan ataupun karena hanya ingin menghabiskan waktu bersama Jendra. Mami dan Papi Harvey pun mengizinkan karena percaya keduanya tidak akan melebihi batas sebelum menikah.

---

"Hati-hati ya, Mas," Harvey memeluk Jendra di bandara. Pagi ini Harvey menyempatkan diri mengantar calon suami tersayangnya ke bandara. Rasanya sedih meski hanya berpisah beberapa hari.

"Kalau udah sampai di sana langsung hubungin Harvey,"

"Iya, Sayang. Kamu hati-hati habis ini ke kantornya. Pulangnya juga hati-hati. Jaga diri selama nggak ada aku, makan juga yang benar," pesan Jendra. Harvey semakin mengeratkan pelukannya. Dihirupnya aroma tubuh Jendra yang akan selalu menjadi aroma favoritnya.

"Ya udah, Mas berangkat dulu. Tim Mas udah pada nungguin,"

Setelah mengecup pucuk kepala Harvey cukup lama, pelukan keduanya terurai. Jendra melangkahkan kakinya menuju rekan satu timnya menunggu. Harvey melambaikan tangannya pada Jendra.

Setelah bayangan Jendra hilang dari pandangannya, Harvey melangkahkan kakinya menuju mobil Jendra. Hari ini dia akan membawa mobil Jendra ke kantornya karena semalam ia menginap di apartemen Jendra dan tidak membawa mobilnya.

---


"Iya, Mas, nggak begadang kok. Aku lanjut besok lagi di kantor," Harvey merapikan berkas-berkas pekerjaannya. Ia tengah melakukan panggilan video dengan Jendra. Ini sudah hari ketiga Jendra di Surabaya.

"Makanan di Surabaya yang enak apa, Mas?"

"Makanan? Apa ya? Mas kurang tau makanan Surabaya. Mas makan makanan hotel atau nasi box di lapangan,"

"Masa nggak nyobain sih Mas? Apa gitu,"

"Mas kan kerja, Sayang. Bukan jalan-jalan. Kalau gitu kapan-kapan kita ke sini, hunting makanan Surabaya sepuasnya,"

Harvey terkekeh dan mengangguk-angguk setuju mendengar ajakan Jendra.

"Mas, aku mau kamar mandi bebersih terus skincarean, terus tidur. Mas Jendra tidur juga gih istirahat. Hari ini kan Mas full di lapangan,"

"Kamu nggak mau Mas tungguin sampai tidur?"

"Nggak usah, Mas. Mas Jendra istirahat duluan aja. Mas udah nguap daritadi,"

"Maaf, ya. Ya udah Mas tidur duluan. Malam, Cantik. Selamat tidur,"

"Malam juga, tidur yang nyenyak ya, calon suami kesayangan Harvey," balas Harvey yang langsung menutup sambungan panggilan video keduanya. Harvey merasakan pipinya memanas dan salting sendiri. Dasar, dia yang menggoda dia juga yang salting. Tapi tidak apa-apa karena Jendra juga sama saltingnya dan tidur tersenyum sepanjang malam.







-------------------------------------------------------

Hallooo guyss!!

Aku kelupaan update tapi belum kelewat hari Senin jadi masih belum telat lah yaa😭😭🙏🙏 Chapter 06 nih guys!

Makasih banyak yang udah baca, vote, dan komen di chapter sebelumnyaa!! That's made me happy hahahahah💗💗

See you next chapter ya guyss!

Senin, 21 November 2022.

Mendadak Nikah | JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang