Prolog

152 63 20
                                    

"mau sekeras apapun menyalahkan diri, semua yang sudah hilang tidak akan pernah bisa datang kembali."
.

.

.

Hujan deras menyelimuti seluruh kota, tidak ada tanda-tanda akan berhenti. Seorang gadis datang dengan payung yang menaungi dirinya dari guyuran hujan.

Memasuki sebuah gedung berwarna putih, gadis itu sedikit menepuk-nepuk pakaiannya yang terkena tetesan air.

Dia menyapa beberapa orang dengan ramah, sambil terus menyusuri koridor rumah sakit.

Memasuki sebuah ruangan VVIP yang di mana terlihat seseorang yang berbaring dengan tenang di sana.

Lantas tersenyum sendu.

Gadis itu duduk di samping bangsal, terdiam menatap wajah rupawan yang sedang memejamkan mata itu.

"Temen lo udah bebas sekarang, katanya nanti mau jenguk lo, lo juga harus nyambut dia." Ujar gadis itu, dia pun tau tidak akan ada balasan dari orang yang ada di hadapannya itu.

"Bener kata lo suara hujan itu indah." Lanjutnya menoleh ke arah jendela.

"Tapi lo jangan terlalu sering dengerin suara hujan, sesekali dengerin juga suara lain, suara-suara yang nunggu lo balik, dan juga...gue kangen sama suara lo."

Sebulir air mata jatuh disatu sisi pipinya, dengan cepat ia menyeka dengan tangannya, tidak mau terlihat sedih di depan orang yang dia sayangi.

Gadis itu mengembangkan senyum dan berdiri dari duduknya, ia mengusap surai legam yang mulai memanjang selama 2 tahun terakhir itu.

"Gue balik dulu, mungkin 4 hari lagi gue bakal dateng lagi ke sini."

"Oh iya, sekarang gue udah punya toko roti sesuai keinginan gue, nanti sesekali gue bakal bawain roti buat lo." Ucapnya tersenyum manis dan mengecup lembut kening laki-laki tersebut.

Dan perlahan gadis itu meninggalkan kamar dan menghilang dibalik pintu yang terasa dingin itu.

"Memang, sesuatu yang hilang takkan pernah bisa kembali, tapi percayalah satu doa yang menghilang  akan datang membawanya kembali."

.

.

.

(27 Oktober 2022)

Arran "Before The Strom" [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang