Satu

3.2K 314 5
                                    


"Lo tuh gak usah nyari gara-gara sama Bang Hera bisa gak sih?! Kan bonyok muka Lo!" ucap Azrean dongkol sambil mengobati wajah Alfano yang luka-luka akibat berkelahi dengan kakak kelasnya.

Sebenarnya Azrean gak perlu heran lagi karena memang itu lah kerjaan Alfano setiap hari,kalau tidak bolos ya berantem . Masih bersyukur Azrean karena adik kembarnya itu gak ikutan geng motor yang sering gangguin dia kalau pulang sekolah.

Tapi yang tidak Azrean tahu adalah, Alfano itu sengaja. Namanya juga Alfano pasti ada aja ulahnya. Dia memang sengaja agar bisa mendengar amukan kembarannya tiap hari.

"Halah orang Heranjing itu yang duluan" Alfano membela dirinya.

Dengan dongkol, Azrean menoyor jidat Alfano. "Halah-Halah ! Lo mah selalu aja ngaku jadi korban ! Mana mau ngaku kesalahan Lo!" ketus Azrean.

"Iya-iya, galak bener punya kembaran" gerutu Alfano.

"Heh! Bersyukur Lo punya kembaran kayak gue, udah baik, rela menolong pula!"

"Iya iya, alhamdulilah..."

Azrean duduk di samping Alfano yang tengah meminum air mineral yang ia berikan. Cowok itu menatap lurus ke arah pintu UKS dengan tak minat.

"Andai aja, kita tinggal serumah,pasti gak akan kayak gini ya,Re" ujar Alfano sambil terkekeh

Azrean menoleh, cowok bernama Alfano itu menunduk sambil memainkan jari kakinya yang terbalut kain sepatu. "Andai aja Mama sama Papa gak cerai,pasti asik. Kita bakalan ngerasain jalan-jalan bareng bahkan bisa bercanda bareng sama mereka"

Azrean tersenyum, ia menepuk-nepuk pundak Alfano dengan sayang. "Udah gak papa,toh kita masih bisa ketemu di sekolah." hibur Rean.

"Tapi rasanya gak sama ,Re. Gak kayak dulu. Dulu mah asik,gak kayak sekarang!"

Memang benar. Walaupun mereka adalah saudara kembar tapi keduanya tak tinggal di tempat yang sama. Perceraian adalah alasan utama dibalik terpisah nya mereka sejak 4 tahun yang lalu tepatnya saat mereka masih kelas 7 SMP.

Mama dan Papa selalu memisahkan keduanya tapi sama sekali tidak berhasil. Alfano dan Azrean,selalu punya cara untuk bersama.

"Yee ditungguin di perpus, ternyata malah pacaran di sini" cibir Hamda ketika membuka pintu UKS.

Hamda bukan teman dekat Azrean melainkan teman dekat Alfano. Sifatnya sebelas duabelas dengan Alfano. Menyebalkan !

"Diem ngapa sih Lo! Ganggu aja ! Gue lagi kangen Abang tahu gak sih?!" ketus Alfano sementara Hamda hanya mengelus dadanya sabar.

"Ya udah , ya Fan,Re, gue pergi duluan. Jadi enek gue kalau lihat muka si Fano !" dan dengan ketus pula Hamda berbicara sebelum akhirnya cowok itu pergi dari pandangan Alfano dan Azrean.

"Akhirnya gak ada yang ganggu lagi" ucap Alfano aneh.

"No, Lo gak dipukulin Papa lagi kan?" tanya Azrean cemas. Cowok itu menatap khawatir ke adik kembarnya.

"Enggak kok,Re. Gue kan udah berubah" kekeh Alfano .

Hanya Azrean yang tahu,dalam kekehan itu tersembunyi sosok Alfano yang sebenarnya. Alfano memang terlihat sebagai siswa berandalan hanya karena gaya nya yang urakan dan suka berantem sana sini,tapi dibalik semua itu,Alfano adalah cowok yang baik dan pengertian.

"Lo sendiri masih suka berantem sama Geza?"

"Ya gitu,"

Jawaban singkat yang Azrean berikan sudah cukup membuat Alfano mengerti jika hubungan antara Azrean dan saudara tirinya itu sedang tidak baik-baik saja. Atau mungkin,tidak akan pernah baik-baik saja ?

"Kalau Papa mukulin Lo lagi,Lo harus bilang sama gue,ya ? Gue bakal berusaha sebisa gue buat ngelindungin adik gue satu-satunya"  ucap Azrean disambut tawa oleh Alfano.

"Gue udah Gedhe,Re. Gue juga udah biasa berantem. Gue bisa ngelindungin diri gue sendiri" ucap Alfano meyakinkan kakak kembarnya.

...

"Rean ! Mama udah bilang berapa kali sih sama kamu, gak usah kamu deketan lagi sama Fano!"

"Mama kenapa sih?! Fano adik aku ! Anak mama juga ! Jadi Rean mohon jangan benci Fano kayak gitu,Ma!" dengan berani Azrean menatap kedua mata Rini.

Azrean tidak pernah tahu alasan apa yang membuat kedua orang tuanya tega memisahkan dirinya dengan Alfano. Bukankah Alfano juga darah dagingnya ?

"Mama gak mau kamu ketularan brengsek kayak dia ! Dia itu sama kayak Papanya!"

"Papa Fano itu Papa Rean juga,Ma! Mama gak boleh bilang kayak gitu!"

"Berani kamu sama Mama ya sekarang? Pasti karena kamu keseringan main sama Fano ! Kalau kamu makin gak bisa diatur,Mama bisa pindahin kamu ke sekolah lain!"

"Silahkan ! Rean gak peduli, selamanya Fano itu adik aku ! Mama gak bakalan bisa misahin aku sama Fano !"

Setelah berkata seperti itu, Azrean segera masuk ke kamarnya meninggalkan Rini yang memejamkan matanya menahan semua amarah juga kesedihan di sana.

"Itu balasan karena Lo udah ngehancurin keluarga gue" Rini menoleh,menatap Geza,anak tirinya yang tengah tersenyum senang melihat hubungan ibu anak itu tak dalam keadaan baik-baik saja.

"Geza,kamu ganti baju kalau udah makan ya, Mama udah siapin makanan" ucap Rini lembut.

Geza memutar bola matanya malas, "Pake pelet apaan sih lo sampai-sampai bokap gue milih selingkuh sama orang kayak Lo! Dasar jalang!" umpat Geza lalu segera pergi ke kamarnya.

Perlu diketahui, hubungan Rini dengan Azrean tidak begitu baik apalagi semenjak ia memutuskan menikah dengan pria bernama Rama setelah bercerai dengan suaminya.

Begitu pula dengan hubungan Rini dengan Geza,anak tirinya. Geza selalu menganggap jika Rini adalah orang ketiga yang menyebabkan keluarga kecilnya hancur.

...

"Fan ! Lo malam ini mau kerja?" tanya Hamda. Cowok itu asik memakan jambu air yang berbuah lebat di halaman rumah Alfano.

"Kerja lah,kalau gue libur,siapa yang bakalan bayar biaya pengobatan Papa?"

"Kenapa Lo gak bilang sama Rean kalau Papa Lo sakit,jadi kembaran Lo bisa bantuin itu" tanya Hamda prihatin.

"Gue gak mau nambah beban dia,Da. Gue gak mau dia dimarahin sama Mama gara-gara ketemu sama gue,"

Hamda mengangguk sambil tersenyum tipis, cowok itu sadar, hubungan persaudaraan antara Alfano dan Azrean begitu erat. Keduanya tetap saling menyayangi satu sama lain . Hanya saja,cobaan untuk mereka berdua terlalu berat.

"Gue gak bisa bayangin gimana reaksi Rean pas dia tahu papa sakit, dia pasti kecewa sama gue" sendu Alfano. Cowok itu memainkan jambu ditangannya.

"Gagal ginjal bukan penyakit yang sepele,Fan." ucap Hamda.

Alfano mengangguk, "Gue tahu. Tapi kalau gue kasih tahu,Rean pasti maksa mau ketemu Papa dan berakhir,Rean dipukulin,terus gue dibawa pergi lagi. Gue gak mau itu terjadi,Da."

"Kalau gitu,Papa Lo harus sembuh dulu biar Lo gak perlu bilang sama Rean" usul Hamda.

"Tapi gimana kalau Papa gak mau cuci darah lagi?"

"Hutang gue juga udah numpuk sana-sini cuman buat bayar itu,Da"

"Kalau gitu,gimana pun juga papa Lo harus tetep cuci darah, perjuangan Lo gak boleh sia-sia"

...

A NADHITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang