"Kamu cuman disuruh bahagiain Papa aja gak bisa! Papa itu mau makan enak ! Kasih Papa ayam goreng atau apa kek,asal bukan makanan yang kayak begini ! Kamu pikir Papa mu ini kambing?!" sentak Pawit .Pria itu menatap nyalang pada Alfano yang hanya menunduk. Alfano hanya seorang siswa biasa yang merelakan separuh waktunya untuk bekerja. Penghasilan yang ia dapat saja tak seberapa. Padahal uang itu harus ia gunakan untuk membayar sekolah juga biaya pengobatan Papanya.
"Maaf,Pa. Cuman itu yang bisa Fano hidangkan, lain kali Fano bakal kerja lebih giat lagi biar bisa beliin makanan yang Papa mau"
"Ya emang kamu harus kerja lebih giat ! Kerja ! Cari uang yang banyak ! Kalau perlu,gak usah sekolah ! Apaan sekolah-sekolah ngehabisin duit aja !"
Alfano mendongak,tidak ! Sekurang-kurangnya dia, Alfano tidak mau jika sampai putus sekolah.
"Enggak Pa,Fano gak mau putus sekolah!" ucap Alfano tegas.
"Emang ngapain sih kamu sekolah segala?! Sekolah itu cuman ngehabisin duit,Fan! Mendingan juga kamu kerja biar dapat duit!"
"Justru itu Pa,Fano sekolah biar besok bisa punya pekerjaan yang layak, yang bisa dapat gaji gedhe" jelas Alfano.
"Gak usah nasehatin Papa,ya kamu ! Anak kemarin sore aja belagu ! Tahu apa kamu soal kehidupan?!"
"Maaf Pa, maaf Fano lancang " ucap Alfano cepat, ia hanya tak mau jika Papa akan terbawa emosi di pagi hari ini.
Pagi ini saja ia sudah mendapatkan satu bogeman mentah hanya karena ia menghidangkan nasi dengan kangkung sebagai sayur dan tempe goreng sebagai lauknya.
Mungkin bagi Pawit,ini adalah makanan yang tidak enak tapi berbeda bagi Alfano. Cowok itu tahu bagaimana sulitnya mencari yang jadi ia akan lebih menghargai apapun yang ia punya saat ini.
...
"Fano mana? Biasanya dia bareng sama Lo" tanya Azrean.
"Molor di kelas, dibangunin malah gue kena tabok!" sungut Hamda kesal.
Azrean hanya mengangguk-angguk paham lalu segera pergi dari kantin untuk menuju ke kelas Alfano.
"Fano !"
Dengan tidak ada akhlaknya, Azrean menjatuhkan kantong plastik yang ia bawa di atas kepala Alfano. "Apaan sih?! Gue ngantuk, njir!" sungut Alfano.
"Fan, tumben gak ke kantin?" tanya Azrean.
Alfano tak menjawab. Cowok itu memakan roti yang sengaja dibawakan oleh Azrean dengan lahap karena memang ia tengah kelaparan sekarang.
"Fan! Kok badan Lo bau oli sih?!"
Alfano menatap kembarannya kesal . Gimana gak kesal,kalau Azrean bahkan mendekatkan diri hanya untuk memastikan benar atau tidak yang ia baui saat ini.
"Gue abis praktik , badan gue kena oli jadi ya gitu" jelas Alfano sinis.
"Oh, gitu."
"Papa sehat kan?"
Alfano mengunyah secara perlahan, cowok itu langsung menatap Azrean dengan pandangan sulit diartikan. "Em..."
"Gimana? Papa sehat ? Lo gak dipuku—Eh ! Lo habis dipukulin Papa ya?!!" pekik Azrean waktu melihat lebam yang menghiasi pipi bagian atas di wajah Alfano.
"Iya tadi pagi" jawab Alfano tenang.
"Sakit gak? Mau gue obatin?"
"Ini udah gak sakit"
"Fan,kok Lo murung sih? Biasanya Lo kayak tikus kejepit pintu"
"Gue capek tadi praktik bongkar pasang, semalam juga lembur ampe hampir pagi" ujar Alfano disertai senyuman yang begitu meneduhkan.
"Ya udah,Lo istirahat aja. Gimana kalau tidur di rooftop ? Pasti asik" tawar Azrean.
"Ayo lah,gue ngantuk berat!"
Memang ,kadang kala kembar ini sangat menjengkelkan.
...
"Re,gue kangen Mama" ucap Alfano sambil menatap langit . Cowok itu rebahan disamping Azrean.
"Gue juga kangen sama Papa" ucap Azrean.
"Sayangnya wajah kita beda. Coba aja kalau sama. Pasti bisa kayak di TV-TV itu. Bisa tukeran" kekeh Alfano sambil membayangkan hal yang sering terjadi di layar kaca.
Azrean tertawa singkat,"Ngaco. Gimana mau tukeran,fisik kita gak ada mirip-mirip nya" timpal Azrean.
"Iya,gue tinggi dan Lo nggak"
"Bisa gak sih,gak usah nyebut itu Mulu!" ketus Azrean kesal.
Memang,badan Azrean lebih mungil dariapda Alfano yang memang terlihat kekar. Orang bilang cocok jadi berandalan berkedok pangeran sekolah tapi bagi Azrean lebih cocok jadi kuli panggul.
"Banyak juga yang nyangka kalau Lo adik gue"
"Terosss terosssss " beber Azrean jengkel.
"Hahaha !!" Alfano tertawa puas.
"Sampai sekarang,Geza belum bisa nerima Mama sama Lo?" tanya Alfano.
"Kayaknya sulit buat Geza."
"Dia gak ngapa-ngapain Lo kan?"
"Aman, tapi Geza berani nyakitin Mama selama gak ada Ayah"
"Yang penting Lo gak papa" ucap Alfano seraya tersenyum tipis. Kebahagiaan kembarannya, adalah yang utama.
"Kalau aja Mama gak banyak tingkah, semua ini gak bakalan terjadi" ucap Azrean, cowok itu terkekeh pelan.
"Udah gak ada gunanya juga nyalahin Mama. Semua udah terjadi,kan?"
"Tapi gue benci sama dia, Fan."
"Udah gak papa,Lo boleh benci asal masih inget batasan aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
A NADHITAMA
Teen FictionKembar Nadhitama selalu dipisahkan oleh orang tua mereka dengan berbagai cara , tapi buktinya? keduanya selalu bersama bahkan saling melengkapi . Entah Alfano si berandalan sekolah atau Azrean si cerewet, intinya interaksi keduanya selalu berhasil m...