"Kak Fano ! Kak !" seorang siswa kelas sepuluh berteriak memanggil Alfano yang baru saja melepaskan helm dari kepalanya."Ya? kenapa?" tanya Alfano heran. Alfano tahu kok kalau cewek ini juga merupakan fans nya,tapi kali ini cewek itu datang dengan wajah cemasnya.
"Itu,Kak Rean mau berantem sama Kak Hera!"
"Anjing!" umpat Alfano.
Cowok bongsor itu langsung berjalan cepat untuk menemui si kembaran. Tapi sialannya,Alfano justru tidak bertanya terlebih dahulu dimana tempat keduanya berkelahi.
"Eh! Lihat Rean gak?" tanya Alfano pada beberapa siswa yang duduk-duduk di depan kelas.
"Azrean kayaknya di belakang gedung praktik Multimedia,"
"Oke,thanks"
Dengan segera Alfano menuju tempat yang tadi dikatakan oleh siswa tadi. Sebenarnya cowok itu sudah heran duluan,ya heran saja. Biasanya Azrean itu bukan tipe anak yang suka berkelahi adu jotos seperti dirinya. Dan, biasanya Azrean hanya mengandalkan mulut pedasnya untuk memenangkan segala perdebatan.
"Re!"
Tapi untuk kali ini Alfano benar-benar dibuat kaget. Disana, Azrean dan Hera sama-sama saling memukul. Keduanya imbang bahkan wajah keduanya sudah sama-sama bonyok.
Jangan ditanya kenapa tidak ada yang menonton kecuali teman-teman se-geng Hera. Anak-anak ga ada yang berani ke sini karena mitos nya belakang gedung praktik Multimedia itu angker nya bukan main.
"Masalah Lo apa woy?!" Alfano menarik kembarannya dan mendorong badan Hera dengan kasar.
"Woy! Minggir dong! Lagi seru-serunya nih!!!" teriak anak buah Hera seraya bersorak heboh.
"Minggir lo! Urusan gue sama dia!" tunjuk Hera pada Azrean.
"Re,Lo mundur aja,biar gue yang beresin" ujar Alfano ,tapi kembarannya itu sepertinya tidak mau mendengarkan.
Baru saja mereka hendak saling memukul satu sama lain,teriakan Pak Rio mengentikan mereka. "Ke ruang BP sekarang !!"
...
"Jadi, Azrean dan Hera. Kenapa kalian berantem? Ngerasa jadi jagoan kalian di sekolah ini?!" Pak Wawan, Kepala SMK Pahlawan .
Entahlah, padahal menurut Alfano,masalah berkelahi adalah masalah sepele dan biasanya hanya akan berurusan dengan guru konseling. Tapi ia juga heran kenapa kali ini Kepala sekolah juga ikut turun tangan.
"Saya gak berkelahi Pak, saya hanya membela diri." ucap Hera. Cowok itu memang selalu seperti itu,tidak pernah mau mengakui kesalahannya tapi menyudutkan orang lain.
"Bohong Pak. Rean gak mungkin mukulin dia kalau gak dipancing duluan" ujar Alfano membela Azrean.
"Alfano kamu diam. Mau saya tambahi kredit point kamu!?" tegas Pak Wawan membuat Alfano terdiam.
"Azrean,kenapa kamu memukuli Hera? Dia melakukan apa pada kamu?" tanya Pak Wawan mengintimidasi.
Azrean tersenyum manis tapi terlihat mengerikan menurut Alfano. Hanya Alfano yang tahu arti senyuman itu,bukan senyum ketulusan ataupun menyembunyikan kesedihan melainkan menyembunyikan suatu kemarahan.
"Saya gak akan memberikan pembelaan apa-apa pada diri saya,Pak. Karena saya tahu,bapak pasti akan membela Hera" jawab Azrean seraya tersenyum sebelum akhirnya cowok itu mengusap darah di sudut bibirnya.
"Maksud kamu apa,Azrean ?!" enam anak yang duduk di hadapan Pak Wawan dibuat kaget ketika sang kepala sekolah berteriak tegas pada Azrean.
"Loh, saya bener kan? Dari dulu,masalah apapun yang Hera lakuin,mau dia ngebully pun,dia bakal dinyatakan gak bersalah. Dia selalu dilindungi, dia juga pasti menang karena dibela sama Bapak,jadi buat apa saya susah-susah membela diri" ucap Azrean santai.
Tapi disaat itu pula,Pak Wawan benar-benar harus menahan rasa marahnya. Siapa sih murid yang suka dengannya? Pak Wawan diangkat menjadi kepala sekolah saat awal Azrean dan Alfano masuk sekolah.
Perlu diketahui jika ia terpilih menjadi kepala sekolah berkat bantuan dari ayah Hera,jadi sampai sekarang,Pak Wawan harus selalu melindungi Hera sebagai bentuk balas jasa atas apa yang telah keluarga Hera berikan.
Pak Wawan adalah guru yang sangat semena-mena. Suka menindas muridnya dengan hukuman juga aturan yang tidak masuk akal.
Kebanyakan siswa yang sangat membencinya adalah siswa kelas 12 karena Pak Wawan mengajar salah satu mapel untuk kelas 12 yaitu sejarah.
"Saya bertanya,dan kamu malah menjawab seperti itu?! Dimana letak sopan santunmu sebagai seorang siswa,Azrean?!" tak punya kata-kata untuk membalas,Pak Wawan hanya mampu mengatakan hal yang paling sering diucapkan oleh seorang guru.
"Sopan santun saya,ada pada orang yang menghargai saya dan mau mendengarkan saya. Jika tidak ada yang dibicarakan,saya permisi. Saya juga ingat hukuman saya,skors dua Minggu. Terimakasih."
"Tapi kalau boleh,saya minta jangan hukum Alfano,dia tidak bersalah. Jadi biarkan saya yang nanggung satu Minggu skors Alfano," ucap Azrean.
Alfano melotot tak setuju,cowok itu hendak protes tapi ucapan Pak Wawan memupuskan segalanya.
"Baiklah jika itu mau kamu."
...
"Siapa goblok? Rean orangnya. Siapa tolol? Rean juga orangnya.Siapa baik? Rean juga ."
"Diem,Fan ! Ntar Lo keselek mati,tau rasa!" ketus Azrean.
"Re,monyong-monyong,Lo kenapa bisa berantem sama Hera?" tanya Alfano sambil mengunyah makanannya.
"Lo tahu cewek dikelas gue yang namanya Lena?"
Alfano menggeleng,"Lo suka sama dia?"
"Enggak ! Tapi Geza suka sama dia, tadi pagi Hera sama gengnya itu ngerjain si Lena, dihadang-hadang sama mereka ngomong bahasa yang kasar-kasar itu,kan Lena jadi risih,jadi gue tolong. Gelud deh"
"Geza? Lo baikan sama tu anak?" tanya Alfano heran.
"Enggak juga,tapi kasihan sama Lena,dia kan cewek"
"Gue tahu, tapi gak dengan Lo ngambil hukuman skors gue,Re"
"Udah Fan,gak usah bahas skors-skors itu. Yang penting Lo harus sekolah terus."
"Tapi Re,Ayah Lo gak akan marah sama hal ini kan?" tanya Alfano cemas.
"Pasti. Gue bisa jamin,nanti malam kuping gue benar-benar sakit denger ceramah dari Ayah sama Mama. Belum lagi,lihat muka Geza yang ngejekin gue"
"Tapi,gak ada kekerasan kan?"
"Gak ada Fan, biarpun Ayah itu suka nekan dan ngebandingin gue sama Geza,paling dia cuman nyakitin hati aja,gak fisik"
"Tapi..."
"Tapi apa Re?"
"Gue takut,kalau ini awal sebelum Mama mindahin gue ke sekolah lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
A NADHITAMA
Teen FictionKembar Nadhitama selalu dipisahkan oleh orang tua mereka dengan berbagai cara , tapi buktinya? keduanya selalu bersama bahkan saling melengkapi . Entah Alfano si berandalan sekolah atau Azrean si cerewet, intinya interaksi keduanya selalu berhasil m...