Alfano menatap kesal kearah Hamda yang terus memaksanya untuk beristirahat. Hei, bagaimana mungkin Alfano bisa beristirahat jika sewaktu-waktu Pawit berteriak keras seraya meneriakkan nama mantan istrinya dengan berbagai umpatan kasar. Atau bahkan memukuli dirinya sendiri."Lo mau gue alasan apa lagi besok?! Lo pikir gue gak bingung waktu Rean nanyain Lo?! Terus gue mesti jawab apa kalau Lo sampai sakit dan gak masuk sekolah ?!" cerocos Hamda.
"Jidat Lo aja udah berdarah kena beling! Untung aja gak pecah kepala Lo di lemparin vas!" Hamda kembali berteriak.
Hamda benar, dirinya tak akan mungkin membohongi Azrean setiap hari.
"Da,Papa masih bisa sembuh kan? Sekarang dia punya sakit jantung, temperamen nya juga gak stabil." sendu Alfano.
"Fan,temuin Rean aja malam ini. Ungkapin semuanya sama dia. Gue yakin,Lo bakal ngerasa lebih baik." saran Hamda.
Alfano menunduk,"Emang bisa?"
Hamda mengangguk mantap seraya tersenyum,. "Ikatan batin anak kembar. Emang Lo mau,kalau disana Rean juga ikutan gak tenang?"
"Ini udah tengah malam,dia pasti lagi tidur" ucap Alfano.
Hamda dengan cepat menggeleng,kan ia baru saja menelfon Rean. "temuin aja, dia pasti datang"
"Kalau gitu,gue titip Papa. Tolong jagain dia,"
"Pasti. Jelasin aja pelan-pelan,gue yakin Rean bakal ngerti" ucap Hamda yakin.
Jelas cowok itu yakin dengan apa yang ia katakan. Tentu saja karena ia sudah mengatur semuanya yang dipastikan tak akan ada perkelahian ketika Alfano mengungkapkan kejujurannya.
...
Rean duduk di sebuah ayunan yang ada di depan gedung taman kanak-kanak yang terbengkalai. Alasan ia disini jelas karena permintaan Alfano yang mengajaknya untuk bertemu dengan alasan membicarakan sesuatu yang penting.
"Re!" itu Alfano,cowok itu datang dan langsung mendudukkan dirinya di rerumputan yang ada di depan Azrean.
"Sorry,Lo harus keluar tengah malam gini"
"Sok-sokan banget. Dulu juga sering kali gue nemuin Lo jam tiga pagi cuman karena Lo pengen dipeluk doang!" ketus Azrean,cowok itu turun dan memilih untuk duduk di samping Alfano.
Yang lebih muda hanya terkekeh. Memang sih,dulu waktu Mama dan Papa baru saja bercerai, Alfano dan Azrean masih sangat sulit untuk hidup sendiri. Maka gak heran,kalau Azrean kadang menyelinap keluar rumah hanya untuk menemui Alfano.
"Mau ngomongin apa?" tanya Azrean.
"Penting banget," ujar Alfano. Cowok itu menarik nafas panjang sebelum memulai kejujurannya.
Azrean hanya terdiam,ia sudah tahu semua itu.
"Maafin gue,Re. Gue gak jujur. Gue tahu gue salah karena gimanapun itu,Papa adalah Papa kita. Gue tahu gue egois,tapi gue cuman gak mau kalau Lo kenapa-kenapa" ujar Alfano.
Azrean masih terdiam membuat Alfano semakin merasa takut. Jangan sampai Azrean kecewa hingga berakhir mereka bermusuhan dan saling berjauhan. Sumpah! Alfano tak akan pernah bisa !
"Gak usah takut,gue paham kok."
Alfano menatap kembarannya kaget,kenapa Azrean mendadak berbicara lembut begini? Apakah Azrean begitu kecewa hingga sifat galaknya mendadak hilang?
"Sekarang,Papa gimana? Jidat Lo juga kenapa gak di obatin?" tanya Azrean halus. Alfano langsung meraba jidatnya lalu terkekeh ketika melihat darah di tangannya.
Plak !
"Bagoos ! Mau nya Lo diobatin sama gue kan?!" Azrean ngegas bahkan dengan brutal menampar pipi adik kembarnya. Azrean sudah hafal tabiat Alfano sekarang. Adik nya itu memang manusia paling menyebalkan.
"Hehe,tau aja si Abang" kekeh yang lebih muda.
"Alah Bodo amat ! Urus aja sendiri!" ketus Azrean. Cowok itu berjalan kearah kelas yang memang tidak terkunci.
"Bang! Tunggu dong!" si bongsor dengan segera berlari mengejar Azrean yang masih senantiasa memasang wajah kesal.
Alfano mengerjap waktu melihat Azrean yang mencoret-coret papan tulis dengan sebuah spidol. Entah coretan apa yang Azrean buat,Alfano sama sekali tidak paham.
"Gelap,Re. Keluar yuk" ajak Alfano.
"Penakut. Badan doang gede,nyali nya segede kacang tanah"
Alfano hanya tersenyum tipis. Ternyata yang Hamda ucapkan tadi memang benar. Hatinya menjadi jauh lebih baik ketika ia bersama Azrean. Padahal sebenarnya Azrean tidak melakukan apa-apa kan?
"Fan,"
"Ya?"
"Lo tau? Gue sebenernya pengen jadi pelukis. Tapi,Lo tahu sendiri,itu gak akan mungkin. Ayah gak akan ngebolehin dan Mama,benci sama seorang pelukis" ujar Azrean lirih.
"Apa gue bisa ya buat raih impian gue?" tanya Azrean.
Ctak !
"Aduh !!" Azrean memegang jidatnya yang baru saja disentil Alfano. Kurang ajar memang yang namanya Alfano.
"Stop kek gini,ayo mana macan? Kur kur, macan keluar dong!!"
Azrean tertawa,tak merasa marah sama sekali ketika Alfano mengejeknya dengan kata macan. "Gue lagi mau ngomong serius,goblok!"
Alfano masih senantiasa tertawa hingga matanya membentuk bulan sabit. "Re,apa yang Lo mau itu harus Lo dapat. Gak usah peduliin orang lain. Impian Lo itu cuman milik Lo. Tanggapan orang lain,ya bodo amat. "
"Haha ! Bener juga ! Tumben Lo pinter,Fan!" teriak Azrean.
"Dari dulu!" sombong Alfano.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
A NADHITAMA
Teen FictionKembar Nadhitama selalu dipisahkan oleh orang tua mereka dengan berbagai cara , tapi buktinya? keduanya selalu bersama bahkan saling melengkapi . Entah Alfano si berandalan sekolah atau Azrean si cerewet, intinya interaksi keduanya selalu berhasil m...