The Rain

275 60 7
                                    

.

A Little Thing Called Love

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Story by : Kinky Rain

Pairing : Sasuke x Sakura

Rated : T

Don't Like Don't Read

.

.

.

Awan yang berwarna kelabu. Surya yang bersembunyi. Serta rintik hujan yang masih setia mengguyur bumi.

Rupanya sang Maha Kuasa ingin melimpahkan rahmatnya pada seluruh umat manusia dengan menurunkan hujan yang belum berhenti bahkan meski hari telah beranjak sore. Menimbulkan jejak-jejak air pada kaca jendela.

Seorang gadis bersurai merah muda menghela napas, memandang bulir-bulir hujan yang turun sejak pagi tadi lewat kaca jendela di sebelahnya. Hawa dingin yang menelusup melalui kaca jendela yang sedikit terbuka membuatnya bergidik.

Dia menggeser rapat jendela itu demi menghalau angin yang kini membuatnya menggigil. Kemudian pandangannya kembali terpusat pada sang guru yang tengah menjelaskan pelajaran.

"Haah... kapan penderitaan ini akan berakhir? Aku ingin segera pulang ke rumah kemudian menenggelamkan diri dalam hangatnya tempat tidurku," gerutu seseorang di sebelahnya. Sakura hanya tersenyum tipis menanggapi ocehan sahabatnya itu.

Sekilas dia menoleh pada bangku yang berada di ujung paling depan berseberangan dengan bangkunya. Tempat seorang pemuda berambut kuning duduk bersama dengan seorang pemuda berambut emo. Pandangannya tertuju pada pemuda berambut hitam yang sedang menulis itu. Karena letak bangkunya yang berada paling belakang, Sakura bisa dengan leluasa memandanginya tanpa harus merasa takut akan ketahuan oleh pemuda tersebut.

Terus ia pandangi sosok itu, sampai sudut bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman. Mengingat peristiwa itu. Peristiwa yang tidak akan pernah dia lupakan. Peristiwa yang pada akhirnya membuatnya jatuh cinta kemudian diam-diam selalu mengawasi pemuda itu.

****

Sakura membuka payung merah miliknya kemudian berjalan keluar gedung sekolah. Hujan belum menampakkan tanda-tanda akan reda, sementara area sekolah mulai sepi karena murid-murid serta para guru memilih segera pulang ke rumah untuk menghangatkan diri mereka.

Sakura terkesiap saat tiba-tiba ada yang menyusup di sebelahnya, ikut bernaung di bawah payungnya. Dia menolehkan kepala dan emerald-nya sukses membulat sempurna saat mengetahui siapa yang kini tengah berdiri di sampingnya.

Pemuda itu memandang datar padanya sebelum bergumam. "Boleh aku menumpang?" tanyanya.

Sakura segera menguasai dirinya. "Kau tidak membawa payung, Uchiha-san?" dengan gugup dia bertanya.

"Hn," jawab pemuda itu.

Sakura menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya yang memanas dengan rona merah menghiasi kedua pipinya. Senyum bahagia terulas pada bibir itu.

"Wahai Kami-sama, semoga hujan tidak berhenti," batinnya.

Tanpa sepengetahuannya, pemuda yang berjalan di sisi Sakura itu melirik pada gadis yang tengah menunduk tersebut. Pemuda itu kembali mengalihkan pandangannya ke depan, berusaha menyembunyikan semburat tipis di pipinya serta senyum kecil yang terulas dari bibirnya.

.

...

.

Sakura berjongkok memandangi besi berbentuk segi empat dengan lubang-lubang pada lempengnya. Tadi saat dia bermaksud melepas kalungnya yang tersangkut rambutnya sendiri, kalung itu malah terlepas dari tangannya dan kini terjatuh masuk ke dalam lubang got.

Dengan mengeratkan pegangannya pada gagang payungnya, Sakura mencoba menarik penutup lubang got itu dengan sebelah tangannya yang bebas. Terus ia tarik-tarik penutup itu namun tidak mau terbuka.

Tidak menyerah, gadis bersurai sewarna dengan kembang gula itu terus berusaha untuk membuka penutup got itu demi mengambil kalungnya yang terjatuh. Namun usahanya sia-sia.

Menghela napas putus asa, gadis itu akhirnya memutuskan untuk menyerah, sampai sepasang tangan putih terjulur dan menarik penutup got tersebut hingga terbuka.

Sakura mendongak. Kini di hadapannya tengah berjongkok seorang pemuda yang tanpa merasa jijik sedikit pun mulai mengaduk-aduk isi got. Rambut hitamnya yang lepek karena air hujan serta seragamnya yang basah kuyub tak dipedulikannya.

Sakura terus memperhatikan pemuda itu, hingga sebuah suara berat menginterupsinya.

"Ini yang kau cari?" tanyanya. Pemuda itu menunjukkan sebuah benda perak berkilau dengan bandul semanggi berdaun empat. Sakura mengangguk, "ini." Kemudian pemuda itu meletakkan benda tersebut pada telapak tangan Sakura yang terbuka.

"A-Arigatou," gumam Sakura. Dia genggam erat kalung itu.

Mata onyx-nya memandang lurus pada emerald milik Sakura. Dan sedetik kemudian Sakura merasakan jantungnya serasa terlepas dari rongganya saat melihat seulas senyum terpatri di wajah tampan itu.

Pemuda itu kemudian berdiri dan berlari menerobos derasnya hujan. Meninggalkan Sakura yang masih berjongkok di sana sambil memandangi sosoknya yang bercahaya di bawah derasnya air langit.

.

...

.

Pemuda berambut coklat panjang tengah memandang sepasang anak manusia berbeda jenis yang sedang berjalan di antara derasnya hujan itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa yang dilakukannya?" gumamnya.

Sekali lagi dia melirik ke arah payung biru yang teronggok tak berdaya di tempat penyimpanan payung. Dia mendengus kemudian kembali memandang pada dua sosok yang mulai berjalan menjauh.

"Neji, aku ikut denganmu, ya. Aku tidak bawa payung!" teriak sebuah suara dari arah loker. Seorang pemuda berambut kuning berjalan mendekatinya.

"Kau pakai saja payung milik Sasuke, Naruto," cetus pemuda yang dipanggil Neji itu.

"Lalu Teme bagaimana?" tanya pemuda berambut kuning tersebut.

"Kurasa dia tidak memerlukannya," gumam Neji, sekali lagi melirik pada dua sosok samar-samar di antara guyuran hujan yang semakin menderas.

.

.

.

.


TBC?

A Little Things Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang