The Dance

239 63 1
                                    

.

A Little Thing Called Love

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Story by : Kinky Rain

Pairing : Sasuke x Sakura

Rated : T

Don't Like Don't Read

.

.

.


Para murid laki-laki dan perempuan berbaris berhadapan. Setelah mendapat aba-aba dari sang guru, mereka saling membungkukkan badan memberi salam pada pasangan masing-masing. Setelah itu, kembali dengan perintah sang guru mereka langsung mengambil posisi berhadapan dengan sang pasangan.

Sakura berdiri di depan seorang pemuda beralis tebal dengan rambut mangkuknya, sedang tersenyum senang.

"Mohon bantuannya, Sakura-san " seru pemuda itu penuh semangat sembari memberi hormat pada Sakura, membuat gadis itu terkekeh dengan tingkahnya.

"Aku juga, Lee-san," ucap Sakura kembali tersenyum.

"Sakura-san manis sekali!" teriaknya dalam hati sembari menitikan air mata.

Terdengar Kurenai-sensei menepukkan tangannya beberapa kali. "Baiklah. Kita mulai dansanya," katanya.

Para murid bersiap.

"Gerakan pertama!" perintah sang guru, dan diikuti oleh para murid perempuan dengan meletakkan tangan kanan mereka di pundak pasangan masing-masing.

"Bagus. Selanjutnya!" kembali sang guru memberi perintah dan kini murid laki-laki menggenggam tangan kiri pasangannya dengan tangan kanan mereka.

"Oke. Selanjutnya!" kini murid lelaki meletakkan tangan kiri mereka di pinggang pasangan masing-masing.

Kurenai-sensei mengangguk-angguk puas dengan hasil pengajarannya pada sang murid. Dia berjalan mendekati sebuah tape recorder kemudian menekan tombol play, dan mengalunlah sebuah musik dengan tempo yang tidak terlalu lambat. Para murid mulai berdansa menyesuaikan dengan irama musik yang ada dan juga dengan bimbingan dari sang guru.

Tampak seorang gadis berambut merah menyala tersenyum senang memandangi pemuda yang menjadi pasangan dansanya. Tanpa menyadari kalau sedari tadi si pemuda terus mencuri-curi pandang pada gadis bermahkota merah muda yang sedang berdansa tak jauh darinya dengan seorang lelaki berbulu mata bawah.

Dia mendecih saat mendapati pemuda itu tidak mengalihkan perhatiannya dari sang gadis dengan ekspresi yang tampak berseri-seri. Kelihatan sekali kalau pemuda itu begitu bahagia dapat berdansa dengan si gadis.

"Aww...." pekik seseorang, membuat pemuda berwajah tampan itu mengalihkan pandangannya dari si gadis merah muda, kembali pada pasangan dansanya.

"Kau menginjak kakiku, Sasuke," kesal gadis berkacamata itu.

"Hn. Maaf," kata Sasuke dengan wajah datarnya. Tak ada nada menyesal sedikit pun saat dia mengucapkan kata 'maaf' pada pasangan dansanya itu. Mencebikkan bibirnya sebal, gadis beriris bak batu ruby itu kembali melanjutkan dansanya bersama Sasuke.

Sakura melihat adegan tadi dalam diam. Pekikan itu tentu saja menarik perhatian dari banyak orang tak terkecuali dirinya. Terus ia perhatikan pemuda berambut emo yang sedang berdansa itu.

"Beruntung sekali Karin. Andai saja aku bisa berdansa dengan Sasuke." Dia membatin. Sama sekali tidak melepaskan tatapannya dari Sasuke.

"Aww...." kini suara itu berasal dari hadapan Sakura. Gadis itu terkesiap dan langsung menoleh pada pasangan dansanya.

"Maafkan aku, Lee-san. Aku benar-benar tidak sengaja," sesal gadis itu. Berulang-ulang kali ucapan maaf terlontar dari bibir mungilnya.

"Tidak apa-apa, Sakura-san. Aku baik-baik saja," ucap Lee berusaha menenangkan Sakura yang panik.

Kurenai hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan murid-murid didiknya itu. Dia menepuk-nepukkan tangannya lagi, memerintahkan para muridnya untuk kembali berdansa. Para murid yang tadinya ribut dengan posisi yang tidak beraturan itu kembali menertibkan diri, dan mulai berdansa lagi dengan pasangan masing-masing.

Sakura kembali berdansa dengan sesekali masih mengumandangkan kata maaf pada Lee sementara pemuda itu menjawab dengan berkata 'tidak apa-apa'.

Dansa berlanjut sesuai dengan perintah sang guru. Kini mereka mulai berdansa dengan tempo yang sedikit lebih cepat. Gerakan yang mereka lakukan pun sedikit lebih rumit di bandingkan dengan yang tadi.

Sesekali mereka melepaskan tautan sebelah tangan mereka dan merentangkannya, kemudian kembali bertemu dengan si pria meletakkan tangannya di pinggang si wanita.

Sakura sedikit kewalahan dengan gerakan ini karena gerakannya yang serba cepat. Berkali-kali dia bahkan tak sengaja menginjak kaki Lee saat tak bisa menyeimbangkan badannya.

Saat gerakan memutar, pasangan pria akan melepas tangan mereka dan membiarkan pasangan mereka berputar sejenak sebelum akhirnya menarik mereka untuk kembali berdansa.

Sakura berputar sejenak setelah Lee melepaskan tangannya. Namun detik berikutnya dia merasa ada yang menarik tubuhnya.

"Eh?" kagetnya, karena saat ini dia sudah berada dalam dekapan pemuda berambut raven dengan mata tajamnya yang menatap dalam emerald milik Sakura.

"U—Uchiha-san," gumamnya gugup.

Pemuda itu tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu. Kemudian dia meletakkan tangan Sakura yang menempel di dadanya ke pundaknya serta mengeratkan kurungan lengannya pada pinggang gadis itu dan kembali berdansa. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Sakura merasakan jantungnya menari-nari dan panas mulai menjalari wajahnya. Dia bahkan bisa membayangkan kalau rona merah itu pasti menjalar hingga telinganya.

"Kami-sama, jangan biarkan dia mendengar detak jantungku," mohonnya dalam hati, sambil menundukkan wajahnya malu.

"Kenapa aku jadi berdansa denganmu sih?" gerutu gadis berambut merah.

"Mana aku tahu!" jawab pemuda berambut putih kebiruan. Mata violetnya berputar bosan karena mendengar dumelan gadis di hadapannya itu.

"Tadi 'kan aku berdansa dengan Sasuke-kun. Kenapa sekarang jadi berdansa denganmu, Suigetsu?" kembali gadis itu mengomel.

"Kau pikir aku mau berdansa dengan gadis cerewet sepertimu, Karin?" balas Suigetsu.

"Sakura-saaan..." ratap seorang pemuda beralis tebal sambil memandangi Sakura yang sedang berdansa.

"Jangan berisik dan lanjutkan dansanya!" perintah Kurenai-sensei tanpa mengalihkan perhatiannya dari sebuah notebook.

Sasuke memandang pemuda bermata bulat beralis tebal yang tengah berdansa dengan seorang gadis berambut coklat. Sebuah seringai kemenangan muncul di bibirnya saat melihat pemuda itu terus meratap. Sambil mengeratkan lengannya di pinggang gadis yang kini menundukkan kepalanya, dia melanjutkan dansanya.

.

.

.

.

A Little Things Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang