6. Feeling Things I've Never Felt Before

2.5K 379 15
                                    

Hal pertama yang didapatkan Lionel setelah insiden mimpi itu adalah sikap Sea terlihat semakin defensif. Sejak pertama kali gadis itu membuka mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam mobil Lionel, dengan jaket milik Lionel yang menyelimuti tubuhnya, Sea langsung terlihat menarik diri dan sengaja menjauh.

Lionel menyadari hal itu adalah bentuk pertahanan yang Sea lakukan untuk melindungi dirinya sendiri. Sikap defensif yang Sea perlihatkan, adalah tameng agar gadis itu tidak terlihat lemah, apalagi terlihat rapuh.

"Hari ini lo ada kegiatan di kampus?" tanya Lionel di tengah-tengah perjalanan mengantarkan Sea pulang. Lionel sengaja mengajak Sea bicara untuk mencairkan suasana karena sudah benar-benar jengah menghadapi kecanggungan itu.

Untung saja Sea masih merespons dengan baik pertanyaan yang dilontarkan Lionel. "Nggak ada," jawabnya.

"Memangnya lo belum ikut organisasi apa pun di kampus?"

Sea hanya menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

Karena aku nggak mau orang-orang di kampus mengenal aku. Gumam Sea dalam hati. Namun, gadis itu tetap menjawab dengan tenang. "Karena aku cuma mau fokus dengan nilai akademisku aja," kilahnya.

"Tapi kegiatan non akademis juga penting, Se."

"Memangnya harus banget?"

"Ya nggak harus kalau lo termasuk mahasiswa kupu-kupu yang mager dan hobinya rebahan."

Sea menoleh ke arah Lionel, menyadari sikap Lionel tidak berubah sedikit pun. Laki-laki itu masih Lionel yang sama; yang selalu ceplas-ceplos dan bicara seenak udelnya sendiri.

Sea jadi bertanya-tanya sendiri. Apa pelukan hangat yang ia rasakan sepanjang malam itu berasal dari Lionel? Walaupun dalam keadaan tertidur, Sea yakin dengan apa yang ia rasakan. Pelukan hangat yang begitu menenangkan itu terasa sangat nyata.

Siapapun orang yang memeluknya semalam, Sea bisa merasakan orang itu memperlakukannya dengan lembut. Membuatnya merasa disayangi, dilindungi, dan sangat dipedulikan. Seperti yang selalu dilakukan mama papanya setiap kali mimpi buruk itu menyerangnya.

Sea kembali menatap Lionel. Walaupun kecemasan karena mimpinya semalam masih mempengaruhinya, Sea tetap memberanikan diri bertanya, "Kak, soal semalam—"

Tanpa Sea duga, Lionel menangkas ucapannya. "Nggak usah bahas apa pun yang terjadi semalam," putus Lionel dengan tegas. "Gue tau lo nggak nyaman kalau kita bahas soal itu. Kita lupakan aja kejadian itu, oke? Anggap semalam nggak terjadi apa-apa."

Sea praktis membeku. Jadi dugaannya benar. Lionel ada di sana ketika ia mengalami mimpi buruk itu. Dan ternyata memang benar juga apa yang Sea rasakan ketika seseorang yang memiliki tubuh tegap dengan lengan yang kokoh, memeluknya sepanjang malam.

Hening kembali menyelimuti suasana di dalam mobil. Tidak ada lagi yang bersuara, hingga terdengar helaan napas Sea yang terdengar berat.

"Tadi malam aku pasti kelihatan kacau banget," bisik Sea sambil menundukkan kepala. Entah harus bagaimana Sea menyikapi kejadian itu.

Lionel melirik singkat. Menyadari perkataan itu sebagai wujud dari keputusasaan yang Sea rasakan. "Gue percaya semua orang pasti punya sisi gelapnya masing-masing, Se, termasuk gue juga. Jadi, apa yang terjadi sama lo tadi malam itu bukan hal yang harus gue ributkan. Santai aja."

Seharusnya Sea bisa tersenyum setelah mendengar perkataan Lionel. Apalagi ketika Sea memperhatikan wajah Lionel yang tengah serius menyetir. Laki-laki itu sangat tampan. Dan masih terlihat tampan walaupun baru bangun tidur dengan keadaan rambut berantakan serta kaos berwarna putih yang ia kenakan terlihat kusut dan lusuh.

You And Me Against The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang