29. I Wanna Be Okay

2.3K 195 3
                                    

Rico memperhatikan Lionel ketika kawannya itu menyelonong masuk ke dalam rumah kontrakannya dan langsung memasuki kamar mandi. Sejak tadi pintu rumah itu memang terbuka karena para penghuninya masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, dan belum ada yang memasuki kamar walaupun waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.

"Ko, handuk gue mana?" teriak Lionel dari dalam kamar mandi.

"Gue masukin kardus."

"Tolong ambilin, Ko. Gue udah tanggung buka baju."

"Pakai handuk gue aja. Itu baru, kok. Belum gue pakai. Gue pikir lo nggak akan tidur di sini lagi, makanya barang-barang lo gue kardusin."

Lionel kembali menutup pintu kamar mandi sebelum terdengar bunyi guyuran keras.

"Ngapain dia mandi di sini? Malem-malem pula. Jangan-jangan di rumahnya nggak ada air," ujar Alan dengan tatapan penuh kebingungan sambil memperhatikan pintu kamar mandi yang digunakan Lionel.

"Nggak mungkin di rumahnya nggak ada air. Kalau perlu perusahaan PDAM dibeli sama bokapnya."

"Lah, terus ngapain dong dia malah ke sini?"

Rico mengedikkan bahu tak acuh. "Lagi berantem kali sama bininya."

"Lagian belagak nikah muda. Dia pikir nikah muda enak?"

"Emang enak, kok. Apalagi lagi musim hujan gini."

"Iya, enaknya malem doang, siangnya mulai ngerasain mumet."

Setelah itu semuanya terdiam karena Lionel sudah selesai mandi dan berjalan menghampiri mereka hanya menggunakan celana bokser sambil mengosok-gosok rambutnya yang basah.

"Baju gue mana, Ko?" tanya anak muda itu.

"Udah gue kardusin juga. Tuh, gue simpen di pojok bareng barang-barang lo yang lain."

Rico dan Alan terus memperhatikan Lionel ketika teman mereka itu sedang membongkar dus berisi barang-barangnya yang sudah dirapikan oleh Rico.

Setelah berhasil menemukan satu atasan yang biasa digunakan tidur, Lionel menggelar kasur lantai yang dia tempatkan di depan TV, lalu berbaring di atasnya tanpa sedikitpun menghiraukan teman-temannya yang sejak tadi masih terus memperhatikannya.

"Kenapa lo?" tanya Rico pada akhirnya. Dia sudah terlalu mengenal kawannya itu untuk yakin jika Lionel sedang mengalami masalah yang cukup serius.

"Nggak apa-apa," balas Lionel tak acuh.

"Bini lo mana? Ngapain lo tidur di sini?"

"Sebelumnya gue udah biasa tidur di sini, kan? Kenapa sekarang lo pada repot?"

"Bukan gitu masalah. Lo kan udah punya bini. Ngapain lo malah tidur di sini"

Kali ini Lionel hanya diam tanpa menghiraukan pertanyaan Rico.

"Lo berantem sama Sea?" Rico masih belum menyerah. Namun, Lionel masih memilih diam.

"Gue baru tau kalau lagi ngambek kelakuan lo kayak bocah alay! Kalau ada masalah itu omongin baik-baik, bukannya malah menghindar."

"Emang siapa yang berantem? Nggak usah sotoy jadi orang!" balas Lionel.

"Kalau nggak berantem, terus lo ngapain di sini? Bukannya tidur sama bini lo!"

"Suka-suka gue mau tidur di mana."

Rico tidak bertanya lagi karena pada saat bersamaan ponselnya berdering. Dia meraih benda itu dan menemukan nama Sea sebagai identitas penelepon.

"Ko, ini Sea," sapa suara lembut dari seberang sana.

"Iya, Se. Kenapa?"

Kepala Lionel praktis berputar ke arah Rico setelah menyadari siapa yang menghubungi Rico saat itu.

You And Me Against The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang