00

1.6K 178 8
                                    

Mentari bersinar terik di atas kepala, menyorot seorang pria muda yang duduk sendirian di bangku taman. Wajahnya nampak lusuh seperti pakaian yang belum disetrika. Ia menghela napasnya berkali-kali seolah baru saja terkena beban hidup sebesar gunung.

"Lelahnya hidup.." keluhnya pada alam sembari memejamkan matanya. Ia bersandar pada kepala kursi, tangan kanannya terangkat dan memijat pelipisnya yang berdenyut-denyut.

"Om!" Tiba-tiba seorang anak laki-laki berlari ke arahnya dan berdiri tepat di depannya. Membuat alisnya terpaut, kening mengerut, serta mata menyipit. Dia sama sekali tak kenal dengan bocah yang datang menghampirinya.

"Maaf, kamu siapa?" tanyanya pada anak laki-laki itu.

"Nama aku Taehoon, Om!" Si bocah malah memperkenalkan diri.

"Bukan, maksud saya. Kamu siapa? Orangtuamu mana?" Pria muda itu sedikit menjelaskan maksudnya pada Taehoon, anak laki-laki yang menghampirinya dengan cengiran khas.

Bocah ini nampak tidak ada takutnya dengan orang asing. Dia bahkan tersenyum lebar ke orang yang baru dikenalnya. Terlihat mencurigakan, apakah pencuri zaman sekarang memanfaatkan anak kecil untuk mengelabui targetnya? Kalau iya, keterlaluan!

"Oh, ayah nggak tahu kemana. Tadi pagi dia di sini terus ilang! Jadi, Hoonie mutar-mutar lalu balik ke sini dan ketemu om!" Taehoon menjawab dengan memperagakan dirinya yang memutari taman.

Pria muda itu tersenyum melihat tingkah lucu anak kecil di depannya. Lalu terkekeh geli saat menyadari Taehoon memanggil diri sendiri dengan panggilan yang lucu. Itu imut. Ia tanpa sadar mengulurkan tangan kanannya untuk mengusap rambut hitam bocah tersebut.

"Om nggak tahu ayah Taehoon ya?" terka anak laki-laki itu sambil mengerucutkan bibirnya.

Pria muda itu mengulas senyum kemudian beranjak dari kursinya dan berjongkok di depan anak laki-laki tersebut. "Maaf, saya baru tiba di sini. Jadi, saya tidak tahu keberadaan ayahmu.." Ia membalas sembari mencubit pipi menggemaskan Taehoon.

Pipi bocah ini terlihat seperti mochi. Tekstur hanya halus dan kenyal, kulitnya juga putih. Terlihat seperti anak perempuan daripada anak laki-laki.

"Bagaimana bila saya bantu mencari ayahmu, mau??" Pria muda itu menawarkan bantuan pada anak laki-laki di hadapannya yang sedang memanyunkan bibirnya.

Kedua mata anak laki-laki tampak berkaca-kaca setelah mendengar jawabannya tadi. Makanya ia menawarkan bantuan yang mungkin dapat menghibur bocah ini. Dia cuma nggak mau disangka pedofil yang nyulik anak-anak kalau Taehoon nangis dan teriak.

"Eh, Om! Beneran??" tanya Taehoon dengan kedua mata berbinar. Bibirnya pun melengkung ke atas ketika mendengar tawaran dari pria muda di hadapannya.

Pria muda itu mengangguk kemudian mengusap kepala bocah tersebut lalu mencubit hidung mancungnya. Dia gemas dengan wajah anak kecil di depannya. Sangat manis dan imut, ia hampir lupa umur kalau melihat Taehoon.

"Ayo, ikuti kakak! Jangan panggil om terus, saya masih muda," ajak pria muda tersebut sembari berdiri.

Taehoon menggelengkan kepala lalu berkata, "Kata ayah kalau umurnya lebih tua 10 tahun dari Hoonie, harus memanggilnya om atau paman!"

"Memang menurutmu, umur saya berapa?" tanya pria muda tersebut.

"Dua puluh lima tahun," terka Taehoon seraya menunjukkan dua jari di tangan kanan dan lima jari di tangan kiri.

Pria muda itu tersenyum kemudian memukul pelan kepala bocah di depannya. Taehoon pun mengaduh, mengusap-usap bagian kepala yang terkena hantaman tangan pria tersebut. Lalu mengadah, menatap manik laki-laki dewasa di hadapannya.

Bocah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang