01

840 144 11
                                    

"Om.. Hoonie lapar!"

Lee Jinho berhenti di dekat air mancur lalu menatap wajah lesu bocah di gendongannya. Ia merasa kasihan karena sadar Taehoon belum makan dari tadi pagi.

Kemudian dia mengadah, memandang laut biru berhias awan larat di atasnya. Matahari telah condong ke arah barat, pertanda bila hari menjelang sore. Namun ia sama sekali belum bertemu dengan ayah bocah tersebut.

"Ayo, kita makan dulu!" ajak Lee Jinho. Taehoon menggeleng sebagai balasan lalu menyenderkan wajahnya ke pundak kiri pria muda tersebut.

"Nanti kalau ayah Hoonie nyariin Hoonie di sini gimana?" tanyanya seraya mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke pipi pria yang menggendongnya.

"Nanti saya antar balik kamu ke sini, gimana?" Jinho menawarkan.

Taehoon kembali menggeleng kemudian memegang perutnya yang bersuara keras. Semburat merah pun muncul di pipi putihnya. Membuat Lee Jinho tertawa pelan karenanya.

"Kamu imut banget, gemas deh." Ia memuji keimutan bocah digendongannya lalu berjalan menuju tempat makan terdekat.

"Om!!! Hoonie tidak mau~!" Taehoon merengek lalu menggigit kencang pundak kiri Jinho.

"Waduh sakit!" rintihnya sembari menepuk pantat Taehoon.

"Hiks.. Hoonie mau ayah!!" Taehoon berteriak lalu menangis. Membuat beberapa orang yang ada di taman menatap mereka kemudian berbisik.

Lee Jinho yang menyadari tatapan sinis beberapa orang langsung mempercepat langkahnya. Membiarkan Taehoon meronta-ronta dalam gendongannya. Ia nampak kesusahan karena bocah ini nggak bisa diam sama sekali.

Sungguh menguji kesabaran. Untungnya pria berumur 20 tahun tersebut memiliki kontrol emosi yang baik. Jadi dia sama sekali tak mempunyai niat untuk melempar omega kecil digendongannya ke suatu tempat.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah kedai Jajangmyeon dekat taman. Taehoon yang memberontak digendongan pria muda tersebut tiba-tiba terdiam. Matanya mengedip-ngedip lucu, kepalanya pun miring ke samping.

"Om, Hoonie lapar!" serunya seraya menunjuk-nunjuk ke dalam.

"Mau jajangmyeon!"

Lee Jinho terkekeh lalu menurunkan bocah digendongannya. Kemudian berjalan masuk ke kedai tersebut diikuti oleh Taehoon di belakangnya.

Taehoon melihat ke sekitar, banyak orang yang menatapnya lapar karena aromanya. Dia pun merapatkan diri ke Jinho di depannya lalu memegang ujung kemeja pria tersebut. Tubuhnya bergetar pelan setelah merasakan feromon yang tiba-tiba mendekam dalam paru-parunya.

Para alpha di sekitarnya tampak tertarik dengan keberadaannya. Berbeda dengan beta yang acuh dan memilih menyantap jajangmyeon hangat. Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam lengan kecilnya, menariknya supaya berjalan berdampingan.

"Jangan takut, ada saya," ucap Lee Jinho. Ia tahu omega kecil di belakangnya ketakutan karena dilihat oleh sekumpulan alpha. Dia juga sadar kenapa mereka menatap Taehoon seperti itu.

Di Busan, jumlah omega lebih sedikit dibanding Kota Seoul. Itu karena kejahatan seksual di tempat ini sangat tinggi. Banyak omega yang menjadi korban kekerasan dan pemerkosaan.

Rata-rata omega yang tinggal di Busan akan pindah ke kota lain demi mengamankan diri. Makanya saat Taehoon masuk ke kedai, banyak pasang mata yang menatapnya lapar. Mereka tertarik dengan aroma manis Taehoon, nggak peduli apakah bocah ini masih dibawah umur atau tidak.

Keduanya pun duduk di meja kosong, letaknya paling pojok. Tak lama kemudian seorang perempuan datang menyambut dan bersiap mencatat pesanan mereka. Jinho memesan dua jajangmyeon dan segelas kopi. Sementara Taehoon meminta sekotak susu stroberi.

Bocah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang