Jinho membuka matanya perlahan ketika seberkas sinar mentari mengenai kelopaknya. Ia memandang langit-langit kamarnya kemudian bergumam lirih sebelum mengubah posisinya dan memeluk tubuh mungil di sampingnya. Menghirup aroma karamel yang membuatnya candu.
"Om.."
Kedua matanya sontak membola kemudian memandang Taehoon yang mengusap-usap kelopak matanya. Jinho melotot horor pada tangannya yang melingkar di pinggang bocah itu. Ia spontan melepaskan pelukannya kemudian mengubah posisi menjadi terduduk. Dia gila, benar-benar gila.
Kenapa dirinya bisa tidur dengan bocah ini???
"Oh iya, Hoonie minta ditemani tidur tadi malam," batin Jinho setelah mengingat kejadian semalam.
"Om, kenapa?" tanya Taehoon dengan suara serak khas anak kecil bangun tidur. Ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke irisnya. Lalu tersenyum cerah pada Jinho yang menatapnya.
Pria muda itu terperangah, melihat senyum manis anak kecil di depannya. Jantungnya pun berpacu, merespon desiran darah yang mengalir di pipinya. Jinho refleks memalingkan wajah, engga bertatapan dengan Taehoon yang memiringkan kepalanya sembari mengerucut imut.
Taehoon bingung kenapa muka pria muda di sebelahnya memerah. "Om, nggak papa?" Ia bertanya sembari memeluk Jinho dari samping. Dia pikir, alpha dewasa itu sedang sakit.
"Ehem.. nggak papa.." Jinho menjawab sembari mengutuk dalam hati. Dia pagi-pagi sudah mendapat serangan keimutan Taehoon yang memompa jantungnya secara tidak normal. Ini nggak baik untuk kesehatan.
Ia hendak menjauhkan diri dari Taehoon. Namun bocah itu masih betah memeluknya dan sesekali mendusel di lengannya. Jinho bukannya risih atau gimana, dia cuma nggak mau kelepasan.
"Hoonie, saya tidak apa-apa. Ayo, mandi dulu. Saya mau memasak makanan untuk sarapan." Jinho mencari alasan supaya Taehoon melepaskan pelukannya.
"Oke!" seru Taehoon sambil melepaskan pelukannya. Lalu dia turun dari ranjang, memandang Jinho yang masih terduduk di ranjang.
"Om, Hoonie mau mandi, tapi baju Hoonie gimana?" Taehoon bertanya. Ia menatap baju dan celananya yang dikenakannya dari kemarin. Dia memang belum sempat mandi setelah tiba di rumah ini karena tak kuat dengan udara malam.
Jinho menepuk jidatnya lalu beranjak dari ranjangnya menuju lemari coklat. Dia mencari bajunya yang kekecilan di dalam perabotan tersebut. Beruntung bila ada pakaian masa kecilnya karena pasti muat di tubuh Taehoon.
Namun sayang, dia tak pernah menyimpan baju masa kecilnya di rumah ini. Adanya di rumah aslinya yang berada di Seoul, ia pun mengambil baju biru toska yang menurutnya kekecilan di tubuhnya. Lalu melemparkannya pada Taehoon yang mengerutkan kening.
Dia tak siap dengan lemparan tersebut dan membiarkan baju itu mendarat mulus di wajahnya. Jinho yang melihatnya sontak tertawa pelan. Ia pikir Taehoon akan menangkapnya. Namun ternyata tidak.
"Om tuh, menyebalkan!" gerutu Taehoon sembari menarik baju yang menutupi wajahnya. Lalu memandang Jinho yang menggelengkan kepalanya.
"Maaf.." kata pria itu seraya menutup pintu lemari. Lalu berjalan ke arah Taehoon yang melipat kedua tangannya sambil menggembungkan pipi. Ia mengusap rambut karamel bocah itu, membuat si empuh bersungut.
Jinho pun berjongkok di depan Taehoon. Memandang wajah kesal nan manis itu dari bawah. Kemudian mengangkat tangan kanannya, mengelus pipi tembab bocah tersebut.
Taehoon tersentak pelan, menatap manik Jinho yang membuatnya semburat merah menjalar di wajahnya. "Om..!" panggilnya agak kesal.
Jinho terkekeh kemudian mencubit pipi tembab Taehoon. Lalu berkata, "Maaf, sana mandi. Nanti celananya dipakai lagi kalau bajunya biar saya cuci."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah
FanfictionLee Jinho niatnya mau liburan di Busan, tapi kok jadi ngurusin bocah kesasar sih??! Kagak ada kaitannya sama komik How To Fight. Gue minjam karakter Park Taejoon doang. WARNING: Lo ngerti boyslove sama omegaverse? Kalau tahu terus nggak suka, tapi n...