5. Gunpo Guy

676 49 3
                                    

Fyi dua chapter ini chapter terakhir sebelum aku berangkat THE LINK.
Jangan lupa vote and comment 🥺
Enjoy! 💚
*
*
*

"Apa tidak ada yang ingin kau ceritakan kepadaku?", tanya Lia pada pria yang sedang menyetir di sebelahnya.

"Hmm tidak ada. Ada apa?", jawab pria itu. Tangan kanannya mengusap-ngusap-ngusap bibirnya, dengan lengan yang bertengger di kaca mobil. Sedang tangan kirinya memegang kemudi.

Bagi Lia, delapan bulan berhubungan dengan lelaki ini belum cukup untuk mengenalnya. Jujur saat ini ia dihantui rasa penasaran dan bimbang.

"Kalau begitu aku tidak akan memaksamu, aku selalu ada di saat kamu membutuhkan jadi berceritalah kalau kamu benar-benar siap", Lia membuang wajahnya pada jendela yang meperlihatkan gedung-gedung tinggi menjulang.

Tangan kiri Jeno meraih telapak tangan kanan gadis di sampingnya lalu digenggamnya erat.

"Aku sedang tidak ada masalah apapun, jadi fokuslah pada pekerjaanmu. Kalau kau tidak fokus begini, bagaimana bisa mengalahkanku?", Jeno mengalihkan pandangannya pada gadis itu, dicubitnya ujung hidung Lia gemas.

Lia tersenyum simpul sementara otaknya terus bekerja mengatur bagaimana caranya agar Jeno berterus terang tentang hubungannya dengan Karina. Atau kalau pria itu tidak ingin memberitahunya, maka ia harus mencari tahu sendiri.

Sementara di resto Galbitang, Mark sedang menyuap Galbitangnya dengan lahap sembari memperhatikan gadis berkacamata hitam dihadapannya yang sedari tadi sibuk memainkan ponsel sesekali menyeruput secangkir teh.

"Kenapa kau tidak makan?", Mark terheran dengan tingkah laku sepupunya. Tidak biasanya gadis itu mekewatkan sarapannya.

"Aku sedang tidak ingin makan", jawab Karina malas seraya bertopang dagu.

"Kau diet?"

"Tidak juga"

"Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kau terus memakai kacamata hitammu?", Mark merampas kacamata yang sedari tadi bertengger di wajah Karina.

"Yha, oppa! Kembalikan kacamataku!"

"Apa yang terjadi kemarin? Kenapa matamu hitam seperti itu.."

"Aku tidak apa-apa"

"Ck, dasar keras kepala. Bagaimana dengan hasil otopsi ibumu?"

"Seperti dugaanku, data otopsi ibu sepertinya dimanipulasi. Semua ciri-ciri jenazah itu tidak seperti ciri-ciri ibu .. aku harus mencari data medis ibu yang lain untuk memperkuat dugaanku ini"

Mark hanya merespon dengan mengangguk-anggukan kepalanya sambil menghabiskan galbitangnya.

"Kalau kau butuh bantuan, bicarakan saja kepadaku. Oh iya, mantan kekasihmu itu —"

"Stop. Aku tidak ingin mendengar kabar pria itu lagi", Karina buru-buru menginterupsi kalimat sepupunya. Entah kenapa saat ini ia sudah muak dengan mantan kekasihnya itu. Menyaksikan mantan kekasih bercinta didepannya membuat tekadnya bulat untuk melupakan pria itu.

"Jadi dia yang membuatmu menangis?"

Suara ponsel Karina mendistraksi keduanya. Karina melirik benda persegi di sampingnya menunjukkan nama "Samchon".

Our Bad ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang