Prolog

1K 67 6
                                    

Halo semuanya, akhirnya setelah penantian yang panjang. Anhal balik lagi, huhu. Sebelum mulai ayo kita pemanasan dulu, tarik napas tahan!

Let's gooo!!

***

Awal pertengahan Agustus 2022

Malam itu, keluarga kecil itu sedang menikmati makan malam bersama. Beberapa minggu terakhir mereka memang disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Sehingga jarang berkumpul bersama.

Sebenarnya agenda makan malam kali ini bukan tanpa sebab. Tadi sore sempat ada huru-hara yang membuat seisi rumah heboh. Karena si bungsu— Quenby Batari Elisha, kabur dari rumah.

Jujur semenjak kecelakaan yang menimpanya beberapa bulan yang lalu, keluarganya mendadak berubah menjadi over protektif. Elisha tidak boleh ini, tidak boleh itu. Bahkan ia juga dibatasi untuk keluar dari rumah.

Persis seperti lagunya princess Syahrini, yang judulnya buah simalakama.

Kedua orang tuanya bahkan sampai rela menyewa puluhan bodyguard untuk memastikan Elisha tetap berada di dalam rumah.

Dan katanya semua itu mereka lakukan untuk menjaganya?

Haha... yang benar saja. Bukannya merasa aman, Elisha justru merasa tertekan dengan semuanya.

"Cha, kok diem aja?" Tanya sang papa, mendapati si bungsu terlihat ogah-ogahan menyantap makanannya. "Masih marah?"

Masih nanya?

Gadis itu hanya diam saja. Sama sekali tidak berminat untuk menimpali ucapan Kelvin— papanya.

"Kalau orang tua nanya itu dijawab! Bisu lo, hah?!" Sela Galen yang mulai dongkol dengan tingkah kekanak-kanakan adiknya.

"Kakak," tegur Yasmine, sebelum perang saudara part kedua kembali pecah.

Galen mendengus dingin, "lagian salah siapa?" ia menatap sengit gadis didepannya. "Harusnya kalau lo mau pergi, itu ijin dulu! Bukannya kabur-kaburan kayak tadi!"

"Emang kalau aku ijin, papa bakalan kasih?! Nggak kan?" Elisha balas menatap tajam kakak keduanya itu.

"Adek," Arsenio ikut bersuara.

"Maaf," cicit Elisha ketakutan. Memang aura anak sulung itu tidak ada lawan.

Melihat perdebatan kedua anaknya membuat kepala Kelvin pening. Ia membuang napas panjang "Echa, masih marah ya sama papa?"

Elisha tidak tidak bersuara. Ia hanya mengangguk pelan.

"Papa minta maaf untuk yang tadi sore. Tapi demi Allah, papa gak berniat sama sekali untuk bentak kamu. Itu hanya refleks karena papa panik dan khawatir saat tau kamu hilang." jelas Kelvin dengan raut wajah bersalah.

Pria itu benar-benar menyesal karena tadi gagal untuk mengelola emosinya dengan baik. Hingga berdampak pada putrinya.

"Oke, sebagai permintaan maaf papa. Gimana kalau papa kasih kamu ijin buat sekolah lagi?"

Elisha menatap ragu, "papa serius?"

"Iya, tapi dengan syarat—"

"Sama aja kalau gitu." Bahu Elisha langsung merosot saat itu juga.

Yasmine mengambil tangan si bungsu dan menggenggamnya erat "Adek, papa belum selesai ngomong. Dengerin dulu ya?" Pintanya lembut.

"Yaa." Balas si gadis ogah-ogahan.

***

Hari semakin larut, bukannya tidur, Elisha justru duduk termenung di bawah pohon rindang dekat kolam renang di belakang rumahnya. Ia memandangi secarik kertas yang tadi diberikan oleh papanya.

ElishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang